ANALISA LAPORAN KEUANGAN

ANALISA LAPORAN KEUANGAN

Laporan keuangan ini amat penting bagi perusahaan juga bagi kepentingan ekstern. Dengan adanya laporan keuangan yang tersaji dengan baik dan benar akan membantu pengusaha untuk mengambil keputusan yang cepat, tepat dan akurat.
Banyak bentuk laporan keuangan tapi yang paling bermanfaat berupa neraca dan laporan laba rugi atau neraca pendapatan. Keduanya tidak hanya penting bagi urusan dalam perusahaan, tetapi juga bagi pihak-pihak lain, seperti pihak bank, pembekal, penarik pajak dan lainnya.
Dengan laporan bentuk ini akan dapat ditarik banyak kesimpulan mengenai apa yang telah terjadi, apa yang sudah atau belum efektif dan efisien dan sebagainya.

1. Neraca atau Daftar Keadaan Keuangan
Neraca harus menggambarkan keuangan perusahaan pada suatu saat, yaitu posisi harta, hutang dan modal. Dan biasanya disalikan tiap akhir tahun. Tetapi mungkin juga disajikan pada pertengahan tahun bahkan pada kuartal pertama.
Neraca dapa disajikan dalam bentuk laporan dan akun. Neraca berbentuk laporan biasanya membandingkan keadaan sekarang dengan keadaan yang lalu. Dengan neraca ini perkembangan perusahaan akan lebih cepat diketahui daripada memakai neraca akun
2. Laporan Laba Rugi
Untuk mendapat laporan laba rugi diperlukan laporan harga pokok penjualan (HPP) biaya pemasaran dan administrasi. Keterangan penunjang ini bukan untuk pihak luar tetapi hanya untuk pihak pengelola saja. Perhitungan didasarkan pada pendapatan, biaya dan ongkos produksi, biaya pemasaran dan administrasi. Perhitungan ini juga merupakan pelengkap bagi neraca keuangan sehingga keduanya dapat memberikan gambaran jelas tentang keadaan dan kemajuan perusahaan.
Laporan Neraca
Bagan Struktural Neraca
Agar lebih jelas dan memahami suatu neraca maka perlu pengertian tentang struktur neraca seperti dibawah ini:



NERACA
Aktiva Passiva
Aktiva lancar Utang lancar
Aktiva tetap  Utang jangka panjang
 Modal

Aktiva Passiva
Penggunaan dana Sumber-sumber dana
NERACA UD. MANDIRI
31 DESEMBER 2008
(dalam ribuan Rp)
Aktiva Passiva
Kas Rp. 150,- Kredit modal kerja Rp. 600,-
Kas BMT Rp. 300,- Kredit BMT Rp. 600,-
Piutang Rp. 750,- Utang dagang Rp. 60,-
Persediaan Rp. 1100,- Utang pajak RP. 90,-
Aktiva lancar Rp. 2300,- Passiva lancar Rp. 1350,-
Mesin Rp. 300,- Modal pemilik Rp. 1750,-
Kenderaan Rp. 1000,- Laba ditahan Rp. 1500,-
Pabrik Rp. 1000,-
Aktiva tetap Rp. 2300,-
Total aktiva Rp. 4600,- Total passive Rp.4600,-
RUGI/LABA UD. MANDIRI
31 DESEMBER 2008
(dalam ribuan rupiah)
Penjualan bersih Rp. 9000,- 100%
Harga pokok Rp. 6000,- 67%
Rp. 3000,- 33%
Laba kotor
Biaya operasi
 Biaya penjualan Rp. 600,-
 Biaya asal dan umum Rp. 600,-
Rp. 1200,- 13%
Laba sebelum bagi hasil dan pajak Rp. 1800,- 20%
Bagi hasil ke BMT Rp. 120,- 1,3%
Laba sebelum pajak Rp. 1680,- 19%
Beban pajak Rp. 90,- 1%
Laba sebelum 215 Rp. 1590,- 18%
215 (2,5 %) Rp. 39,25,- 0,8%
Laba bersih Rp. 1550,25,- 17%
Setelah perusahaan mampu menyajikan laporan keuangan baik yang dilakukan sendiri ataupun pihak lain selanjutnya menganalisa laporan keuangan tersebut.
Dengan analisa laporan keuangan ini perusahaan dapat mengetahui permasalahan yang timbul dan mencari solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut. Analisa keuangan meliputi:

1. Analisa rasio (nisbah)
2. Analisa perubahan neraca
3. Analisa model kerja
Analisa Rasio (Nisbah)
Dengan laporan keuangan ini perusahaan dapat mengetahui permasalahan yang timbul dan mencari solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut. Analisa keuangan meliputi:
1. Rasio likuiditas
2. Rasio solvabilitas
3. Rasio aktivitas
4. Rasio rentabilitas
Perhitungan rasio ini berguna untuk mengatasi kemampuan usaha kecil, misalnya kemampuan dalam memenuhi kewajiban, efesiensi dan efektifitas usahanya serta meningkatkan keberhasilan untuk menjaga kelangsungan hidup.
1. Rasio Likuiditas
Rasio ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangannya pada suatu saat. Dan analisa rasio ini dapat diketahui apakah organisasi ini sehat atau sakit. Alat-alat analisisnya natara lain:
a. Rasio Lancar
Untuk mengetahui perbandingan aktiva lancer dengan utang lancer adalah
Rumus RL = Aktiva lancar = 2300,- = 1,7 kali
Utang lancar 1350,-
Artinya setiap rupiah utang lancar dan jaminan harta lancar Rp. 1,7. Bila standart ditentukan 2 kali, perusahaan hati-hati dengan hutang lancarnya karena perusahaan likuid.
b. Rasio cair
Perhitungan rasio cair lebih luas dibangdingkan dengan rasio lancar.
Rumus RC = Aktiva lancar – persediaan
Hutang lancar
= 2.300.000 – 1.100.000
1.350.000
= 0,08 kali

Ini berarti setiap satu rupiah utang lancar jumlah standartnya 9 kali berarti perusahaan dikatakan tidak sehat rasio cairnya ini menjadi perhatian pihak perbankan dimana mereka menghendaki agar hutang-hutang perusahaan segera dilunasi.
c. Rasio Kas
Rasio kas merupakan perhitungan rasio yang paling hati-hati. Untuk mengetahui kemampuan utang yang segera harus dipenuhi oleh kas dan surat berharga (sekuritas).

Rumus = Kas + sekuritas
Hutang lancar
= 150.000 + 300.000
1.350.000
= 0,33 kali

Ini berarti setiap satu rupiah utang lancar hanya tersedia utang tunai dan kas dibank sebesar 0,33. Ini berarti adanya beberapa kekurangan uang tunai, jika sewaktu-waktu ada tagihan maka akan terjadi suatu ketidaksiapan.
d. Rasio Solvabilitas (Leverage)
Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa jauh suatu aktiva dalam perusahaan dan biaya dengan utang.
Alat-alat analisisnya antara lain :
- Rasio Utang
Gambaran perbandingan dari kebutuhan dana yang dibiayai dengan utang.

RH = Total utang
Total asset
= 1.350.000
4.600.000
= 0,92 kali : 1
Artinya setiap 1 rupiah asset perusahaan dapat menjamin 0,92 rupiah hutang perusahaan.

- Rasio Modal
Perbandingan unit utang yang dijamin oleh unit modal sendiri.

- Rasio Aktivitas
Rasio ini digunakan untuk menghitung sejauh mana efektivitas manajemen dalam mengelola sumber-sumber dana perusahaan dalam 1 periode. Alat analisanya antara lain:
1. Perputaran kekayaan.
Untuk mengetahui perputaran kekayaan perusahaan dalam satu periode usaha atau periode berproduksi.

Rumus PK = penjualan
Total asset (perperiodik)
= 9.000.000
4.600.000
= 1,9 kali : 1
Artinya untuk setiap 1 rupiah asset perusahaan mampu menghasilkan penjualan sebesar Rp. 1,9.
2. Perputaran Modal Kerja
Untuk mengetahui perputaran dari modal kerja dalam 1 tahun.
Rumus PMK = Penjualan
Aktiva lancar – utang lancar
= 9.000.000
2300 – 1.350.000
= 9,4 : 1
Artinya dana yang tertanam dalam modal kerja berputar rata-rata 9,4 kali dalam 1 tahun, atau setiap satu rupiah modal kerja menghasilkan penjualan 9,4.
3. Perputaran persediaan
Untuk mengetahui perputaran dana yang ditanam dalam persediaan pada satu periode.
PP = Penjualan x 1 kali
Persediaan
= 9.000.000
1.100.000
= 8,18 kali
Artinya dana yang tertanam persediaan berputar-putar rata-rata 8,18 kali dalam satu tahun.
- Rasio Keuntungan
Rasio ini digunakan untuk mengukur produktifitas dan hasil yang dicapai oleh manajemen yang ditunjuk oleh laba yag dicapai.

RK = Laba bersih setelah (215) x 100 %
Penjualan
= 1.550.000 x 100 %
9.000.000
= 17,2 % atau 0,17 : 1
Artinya satu rupiah penjualan mampu menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 0,17.
Latihan analisisnya adalah:

1. Rasio pengembalian modal
Untuk mengukur pengembalian modal dalam menghasilkan keuntungan.

RPM = Laba bersih x 100 %
Total asset
= 1.550.250 x 100 %
4.600.000
= 0,33 : 1
Setiap satu rupiah asset menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 0,33.

2. Rasio pengembalian modal sendiri
Untuk mengukur kemampuan modal sendiri dalam menghasilkan laba.

RPMS = Laba bersih x 100 %
Modal sendiri
= 1.550.000 x 100 %
1.750.000
= 88,5 % atau 0,88 : 1

Artinya setiap satu rupiah modal sendiri menghasilkan laba bersih (setelah 215) Rp. 0,88.
e. Perubahan Neraca
Tahap selanjutnya komposisi neraca akan berubah sesuai dengan hasil-hasil dan kerugian operasi atau usaha yang ditunjuk oleh laporan laba rugi. Perubahaan yang terjadi merupakan prestasi manajemen dan aktivitas terhadap sumber-sumber dan penggunaan dana perusahaan selama periode usaha.
f. Kebutuhan Modal Kerja
Dalam pratek wirausaha sering mengalami kesulitan untuk menentukan besarnya modal kerja yang diperlukan. Contoh di bawah ini akan mencoba membahas hal tersebut. Pada akhir tahun 2007, CV. Family One ditangani mempunyai neraca yang menunjukkan posisi sebagai berikut:
1. Saldo kas dan bank = Rp. 300.000,-
2. Saldo piutang = Rp. 300.000,-
3. Nilai persediaan = Rp. 450.000,-
Hasil operasi selama tahun 2008 ditunjukkan oleh laba rugi sebagai berikut:
Laporan Laba Rugi CV. Family One
31 Desember 2008
Penjualan bersih
Harga pokok
Laba kotor
Biaya operasi:
 Biaya penjualan
 Biaya administrasi dan umum
Laba sebelum bunga dan pajak
Bunga bank
Laba sebelum pajak
Beban pajak
Laba bersih



Rp. 400.000,-
Rp. 400.000,- Rp. 6.000.000,-
Rp. 4.500.000,-



Rp. 800.000,-

Rp. 700.000,-
Rp. 40.000,-
Rp. 660.000,-
Rp. 60.000,-
Rp. 600.000,-

Laba ditahan pada tahun lalu senilai Rp. 400.000,- laba usaha tahun ini juga tidak dibagi sehingga neraca pada tahun 2008 adalah
Neraca CV. Family One
31 Desember 2008
Aktiva Passiva
Kas
Kas di bank
Piutang
Persediaan
Aktiva lancer
Mesin
Kenderaan
Pabrik

Aktiva tetap Rp. 100.000,-
Rp. 200.000,-
Rp. 500.000,-
Rp. 750.000,-
Rp. 1.500.000,-
Rp. 50.000,-
Rp. 100.000,-
Rp. 300.000,-

Rp. 450.000,- Kredit modal kerja
Kredit bank
Utang dagang
Utang pajak
Passiva lancer
Modal pemilik
Laba ditahan
Rp. 200.000,-
Rp. 200.000,-
Rp. 40.000,-
Rp. 60.000,-
Rp. 500.000,-
Rp. 500.000,-
Rp. 1.000.000,-


Rp. 1.500.000,-
Total aktiva Rp. 2.000.000,- Total passiva Rp. 2.000.000,-

Dari neraca dan laporan diatas dihitung perputaran modal kerja CV. Family One. Untuk itu perlu diketahui apa saja yang termasuk unsur-unsur dalam modal kerja. Setalah diketahui perputaran dari unsur-unsurnya, perputaran dari modal kerja dapat diketahui. Unsur-unsur tersebut adalah:
1. Kas (termasuk kas di bank)
2. Piutang
3. Persediaan
Lama perputaran dari masing-masing unsur:
1. Perputaran kas
= Total penjualan dalam 1 tahun
Rata-rata kas dalam 1 tahun
= Rp. 6.000.000,-
Rp. 300.000,-
= 20 kali/tahun
Perputaran kas setiap 18 hari atau 20 kali/tahun
2. Perputaran piutang
= Total penjualan dalam 1 tahun
Rata-rata piutang dalam1 tahun
= Rp. 6.000.000,-
Rp. 600.000,-
= 10 kali/tahun
Perputara piutang setiap 24 hari atau 15 kali/tahun
3. Perputaran persediaan
= Total penjualan dalan 1 tahun
Rata-rata persediaan dalam 1 tahun
= Rp. 6.000.000,-
Rp. 600.000,-
= 10 kali/tahun
Perputaran piutang setiap 24 hari atau 15 kali/tahun
Lamanya unsur-unsur kerja berputar:
= ( 18+24+36 ) hari
= 78 hari/tahun
Perputaran modal kerja = 360 hari
78 hari
= 4,5 kali/tahun
4. Beberapa kebutuhan modal kerja pada tahun 2006 jika dikehendaki omset seperti periode yang lalu (2005).
Omset penjualan tahun 2005 = Rp. 6.000.000,-
Perputaran modal kerja = 4,5 kali
Maka kebutuhan modal kerja = Rp. 6.000.000,-
4,5
= Rp. 1.333.333,-
Jika neraca tahun 2005 menunjukkan modal kerja yag tersedia sebesar Rp. 1.550.000,-.
Maka kebutuhan modal kerja = Rp. 1.550.000,00 – Rp. 1.333.333,00
= Rp. 216.667,00
Artinya kebutuhan modal kerja telah terpenuhi.
5. Jika dikehendaki omset penjualan pada tahun 2006 sebesar 200 % dari periode sebelumnya maka berapa modal kerja yang dibutuhkan ?
Jawab :
Kebutuhan modal kerja = Rp. 1.333.333,00 x 200 %
= Rp. 2.666.666,00
Karena pada neraca akhir tahun 2005 modal kerja yang tersedia hanya Rp. 1.550.000,-.
Maka kebutuhan modal kerja = Rp. 2.666.666,00.– Rp. 1.550.000,00
= Rp. 1.116.666,00.




ANALISIS USAHA

Analisa usaha adalah suatu upaya untuk melihat proses suatu usaha periode tertentu. Analisa usaha penting dilakukan untuk melihat apakah usaha tersebut memperoleh untung atau mengalami kerugian. Disamping itu analisa usaha juga berguna untuk mengambil keputusan apakah usaha tersebut layak dilanjutkan. Kelemahan usaha agroindustri berskala rumah tangga adalah disamping harga komoditas yang cenderung fluktuatif, juga manajemen yang biasanya bersifat konvensional. Hal ini akan menyulitkan pengembangan usaha. Analisa agroindustri bersifat spesifik untuk tiap-tiap komoditas. Berikut ini akan dijelaskan analisa usaha beberapa komoditas agroindustri sebagai rujukan pengembangan usaha.

Contoh 1 : Analisa Usaha Agroindustri Sari Apel
A. Rincian Perhitungan Kebutuhan Energi Produksi Sari Apel

1. Kebutuhan Listrik
Kebutuhan listrik total dihitung berdasarkan daya masing-masing alat selama proses produksi
a. Kebutuhan listrik untuk sealer
Daya listrik untuk sealer : 300 W, 220 V
Total pengemas yang di seal : 300 lembar/hari
Waktu sekali pakai : 3 detik
Waktu pemakaian 1 hari : 300 lembar x 3 detik = 900 detik
= 0,25 jam
Daya untuk 1 hari : 0,25 jam x 300 watt = 75 wh = 0,075 KWH

b. Kebutuhan listrik untuk pompa air
Jumlah kebutuhan air/hari :
- Proses pencucian : 6 liter/proses x 3 = 18 liter
- Proses perebusan : 10 liter/proses x 3 = 30 liter
- Proses pengenceran : 20 liter/proses x 4 = 80 liter
- Proses pasturisasi : 18 liter/proses x 5 = 90 liter
- Proses pendinginan : 42 liter/proses x 5 = 210 liter
- Pasturisasi alat : 10 liter/proses x 3 = 30 liter
- Pembersihan dan pencucian alat : 100 liter = 100 liter
Total kebutuhan air/hari 518 liter
Waktu yang dibutuhkan untuk mengalirkan 1 liter air : 0,12 menit
Waktu yang dibutuhkan untuk mengalirkan 518 liter air : 62,16 menit = 1,036 jam
Daya pompa air besar : 500 watt
Daya pompa air kecil : 125 watt
Daya total yang dibutuhkan untuk mengalirkan air : 500 + 125 watt = 625 watt
Kebutuhan listrik untuk air per hari = 1,036 x 625 watt = 647,5 wh = 0,65 KWH
Golongan tarif listrik perusahaan : R3
Batas daya : 7700 KVA
Daya yang terpakai per hari : 0,075 + 0,65 = 0,725 KWH
Daya yang terpakai per bulan : 18,85 KWH
Biaya beban/ bulan : Rp.34.260
Biaya pemakaian listrik/bulan : 18,85 x 621* = Rp.11.705,85
Total biaya : biaya beban + biaya pemakaian
: 34.260 + 11.705,85 = Rp.45.965,85
PPJ : 7% x Rp.45.965,85 = Rp.3.217,6
Total biaya /rekening listrik/bln : total biaya + PPJ
: Rp.45.965,85 + Rp.3.217,6 = Rp. 49.200
* Merupakan tarif biaya pemakaian listrik untuk golongan tarif R3 (TDL untuk keperluan rumah tangga) dengan batas daya di atas 6.600 KVA
2. Kebutuhan gas
Kebutuhan gas total dihitung berdasarkan jumlah gas digunakan selama proses produksi /hari.
- Ekstraksi/Perebusan : 1 kg/proses x 3 = 3 kg
- Pengenceran : 0,5 kg/proses x 4 = 2 kg
- Pemanasan akhir dan : 0,7 kg/proses x 4 = 2,8 kg
penambahan BTM
- Pasturisasi : 0,8 kg/proses x 5 = 4 kg
Total 11,8 kg

3. Kebutuhan bensin per bulan
- Pembelian bahan baku : 1 liter
- Pembelian bahan pembantu : 4 liter
- Pembelian gas : 8 liter

Rincian Biaya variabel
A. Biaya bahan baku
Jenis Jml/hr Jml/bln Jml/th Harga/sat (Rp) Total harga/th (Rp)
Apel (kg) 16 416 4992 1500 7.488.000
Total 7.488.000

B. Biaya Bahan Pembantu
Jenis Jml/hr Jml/bln Jml/th Harga/sat (Rp) Total harga/th (Rp)
Gula pasir (kg) 12 312 3744 6.500 24.336.000
Na Benzoat (gr) 0,6 15,6 187,2 25 4.680
Essen (ml) 8 208 2496 200 499.200
Asam sitrat (gr) 80 2080 24960 20 499.200
Pewarna (ml) 12 312 3744 66,67 249.600
Total 25.588.680
C. Biaya Bahan Pengemas dan label
Jenis Jml/hr Jml/bln Jml/th Harga/sat (Rp) Total harga/th (Rp)
Cup 220 ml (pcs) 300 7800 93.600 90 8.424.000
Plastik sealer(pcs) 300 7800 93.600 28 2.620.800
Label (pcs) 300 7800 93.600 30 2.808.000
Kardus (pcs) 13 338 4.056 2.000 8.112.000
Total 21.964.800


D. Biaya energi*
Jenis Jml/hr Jml/bln Jml/th Harga/sat (Rp) Total harga/th (Rp)
Listrik : (KWH)
- Air
- Sealer
0,65
0,075
16,9
1,95
202,8
23,4
-
-

49.200
Gas (kg) 11,8 306,8 3681,6 4.583,3 16.873.878
Bensin (l) - 13 156 5.000 780.000
Total 17.703.078
* Rincian perhitungan biaya untuk energi dapat dilihat pada lampiran 3
E. Biaya Tenaga Kerja Langsung
Jenis Upah/hr
(Rp) Upah/bln
(Rp) Upah/th
(Rp) Jml tenaga kerja Total upah/th (Rp)
Tenaga kerja langsung 12.500 325.000 3.900.000 2 7.800.000
Total 7.800.000

Rincian Biaya produksi selama 1 tahun
No Jenis Biaya (Rp)
1. Biaya tetap :
- Biaya penyusutan
- Gaji tenaga kerja tak langsung
2.713.000
12.000.000

2. Biaya variabel :
- Biaya bahan baku
- Biaya bahan pembantu
- Biaya bahn pengemas dan label
- Biaya energi
- Biaya tenaga kerja langsung
7.488.000
25.588.680
21.964.800

17.703.078
7.800.000

Total biaya 95.275.558

Asumsi :
1. Jumlah jam kerja/hari : 8 jam
2. Jumlah hari kerja/bulan : 26 hari
3. Jumlah hari kerja/tahun : 312 hari
4. Kapasitas produksi/hari : 300 kemasan @ 220 ml
5. harga jual/kemasan : Rp.1.200,-
Harga pokok penjualan (HPP) :

= Total biaya per tahun
Total produksi per tahun

= Rp.95.257.558,-
93.600

= Rp.1.018/kemasan

Keuntungan yang diperoleh = Harga penjualan – HPP
= Rp.1.200,- – Rp.1.018,-
= Rp.182/kemasan
= 17,9%
Analisis titik impas (Break even point /BEP)
BEP terjadi apabila total biaya sama dengan nilai jual sari apel. BEP penjualan sari apel adalah sebagai berikut :
BEP = Biaya tetap
P-V
= Rp.14.713.000,-
Rp.1.200,- – Rp.860,519,-
= 43.339,7 kemasan/tahun
= 139 kemasan/hari
= 5,8 ≈ 6 kardus/hari
Keterangan :
P : Harga jual/kemasan
V : Biaya variabel per unit
= Biaya variabel/tahun
Jumlah produksi/tahun
= Rp.80.544.558,-
93.600
= Rp.860,519,-

Berdasarkan hasil perhitungan di atas dapat diketahui bahwa nilai harga pokok penjualan produksi sari apel lebih kecil dari harga jualnya. Hal ini berarti produksi sari apel dan harga jual yang ditetapkan selama ini menghasilkan keuntungan bagi perusahaan yaitu sebesar Rp.182/kemasan sari apel. Analisis titik impas (BEP) dilakukan untuk mengetahui jumlah sari apel per kemasan atau per kardus minimal yang harus terjual agar produsen mencapai titik impas dan tidak mengalami kerugian. Dari perhitungan didapatkan bahwa agar mencapai BEP perusahaan harus mampu menjual sari apel sebanyak 43.339,7 kemasan/tahun atau 139 kemasan/hari atau 6 kardus/hari.



Gambar 1 : Sari Apel & Sari Nanas



CONTOH KASUS II : ANALISIS USAHA SALE PISANG AMBON

Bahan Utama
No Biaya variabel Jumlah Harga satuan (Rp/unit) Biaya (Rp)
1. Bahan Baku
Pisang Ambon
27,5
750
20.625
2. Bahan penunjang
- minyak goreng (kg)
- karbit (ons)
- kayu (ikat)
- tepung beras (kg)
- plastik (bks)
3
1
1
3,5
2
4.500
800
1.500
3.000
3.500
13.500
800
1.500
10.500
7.500
Total 38,00 14.050 54.425

Alat
No. Nama alat Jumlah alat (unit) Harga (Rp) Nilai (Rp) Umur ekonomis (hari) Penyusutan
1
2
3
4
5
6
7
8 Ember
Gunting
Mangkok
Pisau
Sotel
Serok
Talam
Wakul 1
2
2
3
1
1
1
1 60.000
5.000
3.000
3.000
7.500
6.500
15.000
40.000 60.000
10.000
6.000
9.000
7.500
6.500
15.000
40.000 730
365
365
365
365
365
365
365 328,767
109,589
65,753
98,630
82,192
71,232
164,38
438,356
Total 1.359,099

Tenaga Kerja
Untuk biaya tenaga kerja, pengeluaran upah tenaga kerja merupakan faktor biaya yang sifatnya berlainan sesuai dengan tugasnya. Pada agroindustri sale pisang tugas tenaga kerja pada masing-masing proses produksi adalah sebagai berikut:
1. Pengolahan
jumlah tenaga kerja 2 orang selama 3 hari dengan upah Rp. 7.500,- /HOK. Sehingga total biaya sebesar Rp. 45.000,-


2. Pengemasan
jumlah tenaga kerja 2 orang selama 1 hari dengan upah Rp. 7.500,-/HOK sehingga total biaya sebesar Rp. 15.000,-
3. Total biaya tenaga kerja Rp. 60.000,-
Adapun dari uraian diatas bahwa, dari 27,5 kg pisang menghasilkan 25 kg sale pisang. Yang dikemas setiap 1 bungkusnya seberat 100g, sehingga diperoleh jumlah sale pisang sebanyak 250 bungkus, dengan harga per bungkus Rp.800,- Total penerimaan sebesar Rp. 200.000,-
Adapun pendapatan yang diperoleh dari usaha sale pisang ini dapat dilihat pada tabel berikut
No. Uraian Nilai (Rp)
1 Penerimaan 200.000
2 Biaya total produksi 115.884,10
3 Pendapatan 84.115,9
4 R/C Ratio 1.73

Dari hasil analisis diatas dapat dilihat bahwa nilai R/C Ratio pada usaha sale pisang ambon sebesar 1,73, hal ini dapat diartikan bahwa setiap 1 rupiah yang dikeluarkan dalam proses produksi sale pisang menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 1,73,-. Dengan demikian usaha ini sudah efisien dan layak untuk dijalankan karena nialai R/C Rationya lebih besar dari satu.


Analisis break event point (BEP)
BEP harga =
=
= 463,54 / bungkus




BEP produksi =
=
= 144,86 / bungkus
Dari hasil perhitungan analisa break event point (BEP) dapat dilihat bahwa, untuk BEP harga diperoleh hasil sebesar Rp. 463,54 / bungkus. Dari hasil ini dapat diketahiu bahwa pengusaha sale pisang ambon telah mencapai titik impas pada harga Rp. 463,54 / bungkus. Sedangkan untuk BEP produk dengan harga / bungkus sebesar Rp. 800,- dan dengan total biay sebesar Rp.115.884,10,- pengusaha memperoleh titik impas sebesar Rp. 144,86 / bungkus. Dari uraian diatas dapat dijelaskan bahwa pada usaha sale pisang ambon ini pengusaha mampu menghasilkan 250 bungkus dalam satu kali proses produksi yang berarti kapasitas produksi sale pisang sudah mencapai titik impas sehingga pengusaha memperoleh keuntungan.












Contoh Kasus III : ANALISA USAHA NATA DARI LIMBAH CAIR TAPE
Jenis Peralatan yang Digunakan
No Nama Peralatan Fungsi Spesifikasi Jumlah
1. Timbangan *) menimbang bahan-bahan kapasitas 3 kg 2
2. Nampan plastik*) tempat fermentasi nata 21 cm x 35 cm x 5 cm 462
3. Bak besar**) tempat mencuci nata dan tempat pengirisan nata kapasitas 10 liter, plastik 7
4. Bak besar**) tempat untuk perendaman nata dan larutan gula kapasitas 50 liter, plastik 3
5. Kompor minyak**) untuk memanaskan bahan baku kapasitas @ 5 liter 4
6. Panci (20 L)**) tempat untuk merebus bahan baku kapasitas 20 liter, bahan
anti karat 4
7. Pengaduk kayu*) alat untuk mengaduk larutan panjang 1 m, terbuat dari kayu 4
8. Takaran volume**)
(Gelas ukur plastik) alat untuk mengukur bahan baku dan bahan tambahan kapasitas 1 liter 2
9. Rak fermentasi*) tempat untuk meletakkan nampan fermentasi steinless steel, tersusun dari 4 rak 2
10. Sealer*) alat untuk mengemas kapasitas 200 kemasan 3
11. Botol kaca**) tempat untuk pembuatan starter A. xylinum kapasitas 630 ml 200
12. Alat saring/saringan*) alat untuk menyaring bahan baku plastik, mesh 1 mm 3
13. Jerigen**) tempat untuk limbah cair industri tape plastik, kapasitas antara 20 L 3
14. Pisau**) untuk mengiris nata steinless steel 3
Sumber : *) Pambayun (2002)
**) Anonymous (2005)

Kelayakan Finansial
Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk mengetahui tingkat kelayakan skala industri kecil unit pengolahan nata dari limbah cair industri tape. Analisis kelayakan finansial ini meliputi analisis kebutuhan modal, biaya operasional, Break Even Point dan analisis kelayakan investasi yang meliputi Payback Period dan Return on Investment dengan asumsi-asumsi sebagai berikut:
• Kebutuhan modal seluruhnya dibiayai seluruhnya dengan modal sendiri tanpa meminjam dari pihak lain.
• Umur ekonomis unit pengolahan 5 tahun.
• Biaya tidak terduga sebesar 5%.
• Biaya tetap dan biaya tidak tetap mengalami kenaikan tiap tahun sebesar 5%.
• Kenaikan harga terhadap bahan baku, bahan pembantu, bahan pengemas, tenaga kerja dan utilitas sebesar 5% per tahun.
Kebutuhan Modal
Perancangan unit pengolahan nata skala industri kecil dari limbah cair industri tape ini memerlukan biaya investasi sebesar Rp. 34.340.870,00. Biaya investasi tersebut terdiri dari biaya modal tetap sebesar Rp. 20.229.000,00 dan biaya modal kerja selama 3 bulan sebesar Rp. 14.111.870,00. Kebutuhan modal dibiayai seluruhnya dengan modal sendiri tanpa meminjam dari pihak lain. Adapun rincian modal tetap dapat dilihat pada Lampiran 10 sedangkan modal kerja selama 3 bulan dapat dilihat pada Lampiran 11.
Biaya Operasional
Biaya operasional yang dibutuhkan pada unit pengolahan nata skala industri kecil dari limbah cair industri tape meliputi biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap merupakan pengeluaran yang jumlahnya relatif tetap dari tahun ke tahun, dan tidak berubah dengan adanya perubahan dalam jumlah produksi. Biaya tidak tetap adalah semua pengeluaran yang berhubungan langsung dengan operasi pengolahan dan besarnya berubah sesuai jumlah produksi. Biaya tetap untuk unit pengolahan nata skala industri kecil dari limbah cair industri tape selama 1 tahun adalah sebesar Rp. 7.586.964,00 sedangkan biaya tidak tetap selama 1 tahun adalah sebesar Rp. 46.015.704,00.

Harga Pokok Penjualan dan Harga Jual
Hasil perhitungan HPP dan Harga Jual pada Lampiran 15, diperoleh HPP sebesar Rp. 449,57 dengan profit mark up sebesar 10% maka dihasilkan harga jual sebesar Rp. 575,00 per kemasan cup @ 220 ml. Harga jual yang dihitung merupakan harga jual di tingkat produsen. Harga jual tersebut masih berada dibawah harga jual produk sejenis dipasaran dengan harga Rp. 900,00. Kondisi ini diharapkan dapat meningkatkan daya saing produk nata yang selama ini ada dsipasaran. Kenaikan dari biaya bahan baku, bahan pembantu, bahan pengemas, gaji tenaga kerja, serta utilitas mempengaruhi besarnya harga pokok produksi dan harga jual. Perhitungan HPP dan harga jual dapat dilihat pada

Break Even Point, Payback period dan Return on Investment
Hasil perhitungan BEP menunjukkan bahwa BEP (titik pulang pokok) akan tercapai pada 40.128 kemasan cup @ 220 ml sebesar Rp. 22.990.800,00 atau sebesar 34% dari kapasitas produksi. Berdasarkan perhitungan tersebut unit pengolahan nata dari limbah cair industri tape skala industri kecil dengan menggunakan indikator investasi sebesar Rp. 34.340.870,00 dan tenaga kerja 4 orang sudah mendapatkan keuntungan karena tingkat penjualan di atas titik BEP. Sedangkan indikator tersebut sesuai dengan ketentuan skala industri kecil menurut Deperindag (2005) yang menyebutkan bahwa investasi untuk skala industri kecil formal sebesar 5-200 juta dan wajib Tanda Daftar Industri (TDI) serta tenaga kerja  5 orang.
Analisis Payback Period adalah untuk mengukur kecepatan pengembalian modal investasi yang dinyatakan dalam tahun. Pada perhitungan Payback Period menghasilkan 3 tahun 2 bulan, hal ini menunjukkan bahwa modal akan kembali setelah proyek berjalan 3 tahun 2 bulan. Sedangkan analisis Return on Investment adalah untuk mengukur tingkat pengembalian modal. Berdasarkan perhitungan Return on Investment menghasilkan 45% yang berarti bahwa tingkat pengembalian modal pada unit pengolahan nata dari limbah cair industri tape sebesar 45%.

PROSES PEMBUATAN NATA
 Kapasitas produksi untuk bahan baku per hari 60 L
 Bahan pembantu yang diperlukan per hari:
a. KH2PO4, MgSO4, ZA = 0,054 kg (masing-masing 0,018 kg)
b. Gula pasir = 4,5 kg (7,5% dari bahan baku)
c. Asam asetat = 0,6 L (1% dari bahan baku)
 Pada proses perebusan terjadi penambahan volume antara bahan baku dengan bahan pembantu = 60 L + 0,054 kg + 4,5 kg + 0,6 L = 65,154 kg
 Pada proses penginokulasian dalam 1 nampan diisi 1 L larutan dan ditambah 7,5% starter. Jadi 1 nampan terdapat 1,75 L larutan yang akan di fermentasi.
 Dari rendemen nata de cassava sebesar 43,67% maka diasumsikan nata yang terbentuk 43,67% x 65,154 kg = 29 kg
 Pada proses perebusan nata memerlukan 14,5 L air sehingga menjadi 43,5 kg
 Pada proses pelarutan gula (perbandingan 0,5 kg gula pasir:1 kg nata:2 L air) membutuhkan 14,5 kg gula pasir + 58 L air = 72,5 L larutan gula
 Pada proses perendaman larutan gula dan nata = 72,5 kg + 29 kg = 101,5 kg sehingga kemasan cup nata @ 220 ml per hari = 101500 : 220 ml = 461
PROSES PEREMAJAAN STARTER
 Kapasitas bahan baku per hari 20 L
 Bahan pembantu yang diperlukan per hari:
a. KH2PO4, MgSO4, ZA = 0,018 kg (masing-masing 0,006 kg)
b. Gula pasir = 1,5 kg (7,5% dari bahan baku)
c. Asam asetat = 0,2 L (1% dari bahan baku)
 Pada proses perebusan terjadi penambahan volume antara bahan baku dengan bahan pembantu = 20 L + 0,018 kg + 1,5 kg + 0,2 L = 21,718 kg
 Pada proses penginokulasian dalam 1 botol diisi 550 ml larutan dan ditambah 10% starter A. xylinum. Jadi 1 botol terdapat  610 L larutan yang akan di fermentasi atau 1525,154 ml/20 botol.
KAPASITAS TEORITIS
 Kapasitas Alat:
 Bak besar = 10 kg dan 50 kg
 Kompor minyak = 5 L
 Panci = 20 kg
 Botol kaca = 630 ml
 Jerigen = 20 kg
 Pisau = 10 kg
 Sealer = 200 kemasan
PERHITUNGAN WAKTU PROSES
Rumus = 60 dt x jumlah bahan yang diproses
Kapasitas teoritis
PEREMAJAAN STARTER
 Penyaringan = 60/20 x 20 = 2 menit
 Penambahan nutrisi = 60/5 x 1,718 = 2 menit
(Bahan pembantu sudah ditimbang terlebih dahulu sesuai kebutuhannya)
 Perebusan = 60/20 x 21,718 = 75 dt = 1,15 menit
(Perebusan hingga mendidih  15 menit jadi total waktu perebusan  16,15 menit)
 Pengisian dalam botol = 60/20 x 550 = 1650 dt = 28 menit
 Penginokulasian = 60/20 x 1525,154 = 4575,462 dt = 77 menit
PEMBUATAN NATA
 Penyaringan = 60/20 x 60 = 180 dt = 3 menit
 Penambahan nutrisi = 60/5 x 5,154 = 61,8 dt = 2 menit
(Bahan pembantu sudah ditimbang terlebih dahulu sesuai kebutuhannya)
 Perebusan = 60/20 x 65,154 = 195,462 dt = 3 menit
(Perebusan hingga mendidih  15 menit jadi total waktu perebusan 17 menit)
 Pengisian dalam nampan = 60/1 x 65,154 = 3909,24 dt = 65 menit
 Penginokulasian = 60/1 x 114, 0195 = 6841,17 dt = 115 menit
 Pemanenan dan pencucian = 60/1 x 65,154 = 3909,24 dt = 65 menit
 Pengirisan = 60/1 x 29 = 1740 dt = 30 menit
 Perebusan nata = 60/20 x 43,5 = 130,5 dt = 3 menit
(Perebusan hingga mendidih  15 menit jadi total waktu perebusan @  17 menit)
 Pelarutan gula = 60/20 x 72,5 = 217,5 dt = 4 menit
(Pelarutan hingga mendidih  15 menit jadi total waktu perebusan  19 menit)
 Proses perendaman gula = 60/50 x 101,5 = 121,8 = 3 menit
 Proses pengemasan (cup) = 60/1 x 101,5 = 6090 dt = 101,5 menit = 1 jam 42 menit
 Proses sealer = 60/200 x 461 = 138,3 dt = 3 menit
(Total waktu proses pengemasan 1 jam 45 menit atau  2 jam)
Asumsi Perhitungan Jumlah Peralatan
 Efisiensi = 65 % (hal ini dikarenakan produksi masih dilakukan dengan cara manual)
 Rumus Perhitungan:
Kapasitas teoritis dari kapasitas alat
Kapasitas aktual = kapasitas teoritis x efisiensi
Jumlah yang diperhitungkan = kapasitas produksi per proses
Jumlah fasilitas = Jumlah yang diperhitungkan
kapasitas teoritis



Tabel Perhitungan Jumlah Peralatan
No. Nama Operasi Fasilitas Kap. Teoritis Kap. Aktual Jumlah yang diperhitungkan Jumlah fasilitas aktual
1 Penyaringan jerigen dan alat saring 20 13 60 3
2 Perebusan panci 20 13 65,154 4
3 Pengadukan pengaduk kayu 20 13 65,154 4
4 Pendinginan nampan 1 0,65 65,154 66
5 Penginokulasian nampan 1 0,65 65,154 66
6 Pemanenan dan pencucian bak besar 10 6,5 65,154 7
7 Pengirisan pisau 10 6,5 29 3
8 Perebusan nata panci 20 13 43,5 3
9 Pelarutan gula panci 20 32,5 72,5 4
10 Perendaman larutan gula + nata bak besar 50 32,5 101,5 3
11 Pengemasan sealer 200 65 461 3
Sumber : Pambayun (2002)
Asumsi:
 Pengaduk kayu digunakan juga untuk pengadukan larutan gula
 Panci untuk perebusan juga digunakan untuk pelarutan gula
Kebutuhan Bahan Baku, Bahan Pembantu, Bahan Pengemas dan Utilitas

A. Kebutuhan Bahan Baku dan Bahan Pembantu
Jenis Jumlah per hari Jumlah per bulan Jumlah per tahun Harga per satuan (Rp) Biaya per tahun (Rp)
Limbah cair industri tape (L) 60,00 1.440,00 17.280,00 200,00 3.456.000,00
Amonium Sulfat/ZA(Kg) 0,018 0,432 5,184 2000,00 10.368,00
KH2PO4 (Kg) 0,018 0,432 5,184 1.500,00 7.776,00
MgSO4 (Kg) 0,018 0,432 5,184 1.500,00 7.776,00
Gula pasir (Kg) 6,00 144,00 1.728,00 5.400,00 9.331.200,00
Starter A. xylinum (L) 2,00 48,00 576,00 20.000,00 11.520.000,00
Asam asetat (L) 0,6 14,4 172,8 12.000,00 2.073.600,00
Total 26.406.720,00


B. Kebutuhan Bahan Pengemas
Jenis Jumlah per hari Jumlah per bulan Jumlah per tahun Harga per satuan (Rp) Biaya per tahun (Rp)
Gelas plastik kecil (cup) 414,00 9.936,00 119.232,00 60,00 7.153.920,00
Plastik roll (lebar 10 cm) (pak) 1,00 24,00 288,00 2.450,00 705.600,00
Total 7.859.520,00

C. Kebutuhan Energi
Jenis Jumlah per hari Jumlah per bulan Jumlah per tahun Harga per satuan (Rp) Biaya per tahun (Rp)
Listrik : proses (kwh)*) 0,17 4,08 48,96 275,00 13.464,00
Minyak tanah (L) 5,00 120,00 1.440,00 1.000,00 1.440.000,00
Bensin (L) 1,00 24,00 288,00 2.400,00 691.200,00
Total 2.144.664,00

D. Kebutuhan Air
Jenis Jumlah per hari Jumlah per bulan Jumlah per tahun Harga per satuan (Rp) Biaya per tahun (Rp)
Air (m3)**) 1 24 288 3.350,00 964.800,00
Total 964.800,00







E. Kebutuhan Tenaga Kerja
Jenis Jumlah per hari Jumlah per bulan Jumlah per tahun Harga per satuan (Rp) Biaya per tahun (Rp)
Operasional 3 72 864 10.000,00 8.640.000,00
Adiministrasi 1 24 288 12.500,00 3.600.000,00
Total 12.240.000,00

Keterangan:
*) Tarif air minum industri kecil pemakaian air minimal 25 m3/bulan adalah Rp. 3.350,00 (PDAM, bulan Mei 2005)
**) Tarif listrik untuk industri kecil (450 VA-14 kVA, dengan pemakaian > 80jam/bulan) adalah Rp. 275,00 (PLN, bulan Mei 2005)








Rincian Modal Tetap


No. Jenis Jumlah Satuan Harga per satuan (Rp) Biaya (Rp)
1 Perijinan 500.000,00
2 Sewa bangunan
(Luas 110 m2) 1 5.000.000,00
3 Instalasi
Listrik 1.000.000,00
Air 1.000.000,00
Telepon 500.000,00
4 Peralatan produksi
Bak besar (20 L) 7 10.000,00 70.000,00
Bak besar (50 L) 3 50.000,00 150.000,00
Timbangan 2 50.000,00 100.000,00
Jerigen 3 10.000,00 30.000,00
Pisau 3 3.000,00 9.000,00
Nampan plastik 462 3.000,00 1.386.000,00
Kompor minyak 4 60.000,00 240.000,00
Alat saring/saringan 3 5.000,00 15.000,00
Gelas ukur plastik 2 5.000,00 10.000,00
Panci (20 L) 4 60.000,00 240.000,00
Pengaduk kayu 4 5.000,00 20.000,00
Sealer 3 250.000,00 750.000,00
Rak fermentasi 2 100.000,00 200.000,00
Botol kaca 200 300,00 60.000,00
5 Peralatan kantor
Kalkulator 1 25.000,00 25.000,00
Meja Kerja (set) 1 300.000,00 300.000,00
Peralatan Tulis (set) 1 25.000,00 25.000,00
6 Alat transportasi
Sepeda motor 1 7.500.000,00 7.500.000,00

Sub total 19.280.000,00
Biaya tak terduga 5% dari sub total 964.000,00
Total 20.229.000,00
Rincian Modal Kerja (per 3 bulan)

Jenis Biaya Jumlah satuan per 1
bulan Jumlah satuan per 3 bulan Harga per satuan (Rp) Biaya per 3 bulan (Rp)
Gaji Tenaga Kerja
Operasional 72 216 10.000,00 2.160.000,00
Administrasi***) 1 3 300.000,00 900.000,00
Bahan Baku dan Pembantu
Limbah cair industri tape 1.440,00 4.320,00 200,00 864.000,00
Amonium sulfat/ZA 0,432 1,296 2000,00 2.592,00
KH2PO4 0,432 1,296 1.500,00 1.944,00
MgSO4 0,432 1,296 1.500,00 1.944,00
Gula Pasir 144,00 432,00 5.400,00 2.332.800,00
Starter A. xylinum 48,00 144,00 20.000,00 2.880.000,00
Asam asetat 14,4 43,2 12.000,00 518.400,00
Bahan Pengemas
Gelas plastik kecil (cup) 9.936,00 29.808,00 60,00 1.788.480,00
Plastik roll (lebar 10 cm) (pak) 24,00 72,00 2.450,00 176.400,00
Utilitas
Listrik : proses (kwh) 4,08 12,24 275,00 3.366,00
Minyak tanah (L) 120,00 360,00 1000,00 360.000,00
Bensin (L) 24,00 72,00 2.400,00 172.800,00
Air (m3) 24,00 72,00 3.350,00 241.200,00
Pemeliharaan alat dan bangunan
Bangunan (3% dari nilai awal) 150.000,00
Peralatan produksi (5% dari nilai awal) 61.450,00
Peralatan kantor (5% dari nilai awal) 17.500,00
Alat transportasi (5% dari nilai awal) 375.000,00
Sub total 13.439.876,00
Biaya tak terduga (5% dari sub total) 671.994,00
Total 14.111.870,00
Keterangan: ***) Upah tenaga kerja tidak langsung sesuai dengan UMR Kecamatan Sukorejo Rp. 300.000,00


Rincian Biaya Penyusutan dan Biaya Re-Investasi

a. Biaya Penyusutan

No. Jenis Biaya (Rp) Umur (Tahun) Penyusutan
(Rp/tahun) Nilai Sisa
1 Penyusutan peralatan produksi
Bak besar 70.000,00 3 23.500,00
Timbangan 100.000,00 1 100.000,00 10.000,00
Jerigen 30.000,00 2 15.000,00
Pisau 9.000,00 2 4.500,00
Nampan plastik 1.386.000,00 3 462.000,00 100.000,00
Kompor minyak 240.000,00 3 80.000,00 50.000,00
Alat saring/saringan 15.000,00 0,5 7.500,00
Gelas ukur plastik 10.000,00 2 5.000,00
Panci (20 L) 240.000,00 2 120.000,00 80.000,00
Bak besar (50 L) 150.000,00 2 75.000,00
Pengaduk kayu 20.000,00 1 20.000,00
Sealer 750.000,00 5 150.000,00 240.000,00
Rak fermentasi 200.000,00 5 40.000,00 75.000,00
Botol kaca 60.000,00 2 30.000,00
2 Penyusutan peralatan kantor
Kalkulator 25.000,00 3 8.500,00
Meja Kerja (set) 300.000,00 10 30.000,00
Peralatan Tulis (set) 25.000,00 0,5 12.500,00
3 Penyusutan alat transportasi
Sepeda motor 7.500.000,00 5 1.500.000,00 750.000,00
4 Penyusutan bangunan 5.000.000,00 10 500.000,00 2.500.000,00
Total 3.181.500,00 3.805.000,00





CONTOH KASUS IV : ANALISIS USAHATANI MENTIMUN
1. Analisis untung rugi
a. Pendapatan:
1) total produksi : 40 ton
2) harga ditingkat petani : Rp. 600/Kg
3) nilai total pendapatan : 40.000 Kg x Rp. 600
: Rp. 24.000.000
b. Total biaya produksi ` : Rp. 10.638.500
c. Keuntungan
1). Selama 4 bulan : Rp. 24.000.000 – Rp. 10.638.500
: Rp. 13.361.500
2) setiap bulan : Rp. 3.340.375
Berdaarkan prhitungan diatas, dapat diketahui bahwa jika harga jual mentimun ditingkat petani adalah sebesar Rp.600/Kg, maka dari setiap hektar lahan mentimun dapat diperoleh keuntungan bersih sebesar Rp. 13.361.500 atau 125,60%.
2. Analisis Kelayakan
a. Input data
1) total pendapatan : Rp. 24.000.000
2) total biaya produksi : Rp. 10.638.500
b. Analisis B/C Ratio
B/C Ratio =
=
= 2,26
Berdasarkan analisis kelayakan usahatani diperoleh B/C Ratio 2,26,- yang berarti dari biaya produksi yang telah dikeluarkan yaitu ebesar Rp.10.638.500,- akan diperoleh pendapatan sebesar 2,26 kali lipat.

3. Analisis pengembangan modal
c. Input data
1) Besar modal usahatani : Rp. 10.638.500
2) Hasil penjualan : Rp. 24.000.000
d. Analisa pengembangan usaha
P = x 4 bulan
= x 122 hari
= 54 hari
4. Anaklisis Efisiensi Penggunaan Modal
1) ROI = x 100%
= x 100%
= 125,60%
2) Rasio keuntungan terhadap pendapatan
= x 100%
= x 100%
= 55,67%













DAFTAR PUSTAKA

Bayu Krisnamurthi (2003). Langkah Sukses Memulai Agribisnis. Penebar swadaya. Jakarta.

Badan Pusat Statistik (BPS), 2001. Pengukuran dan Analisis Ekonomi Kinerja Penyerapan Tenaga kerja, Nilai Tambah dan Ekspor Usaha Kecil dan Menengah. Jakarta.

Depnaker RI, 1999. Situasi Tenaga Kerja dan Kesempatan Kerja di Indonesia (Suatu Tinjauan yang dilaksanakan pada tahun 1998). Jakarta.

Geoffrey G. Meredith et al, (2002). Kewirausahaan. PPM Jakarta.
Irawan, Faried WM. & MN. Sudjoni. 2007. Prinsip & Kasus Pemasaran. BPFE. Yogyakarta.

Ismiatun, 2004. Analisa Nilai Tambah Agroindustri Kripik Apel
(Studi Kasus Di Agroindustri “ Aisyah” Desa Temas Kecamatan Batu Kota Batu). Skripsi SI Fakultas pertanian UNISMA.

Joko Sutrisno, 2003, Pengembangan Pendidikan Berwawasan Kewirausahaan Sejak Dini. Institute Pertanian Bogor.


Maskur wiratmo, (2001). Pengantar Kewiraswataan. BPFE. Yogyakarta.
M. Tohari (2000). Membuka Usaha Kecil. Kanisius. Yogyakarta.
Suryana (2003). Kewirausahaan. Salemba Empat. Jakarta.

MN. Sudjoni, 2006. Manajemen Produksi & Operasi. Fakultas pertanian Universitas Islam Malang.

MN. Sudjoni dkk, 2008. Home Agroindustry Model. Fakultas Pertanian Universitas Islam Malang.

Moeljo Kurniawan, 2006. Pengembangan Klaster UKM Agribisnis di Jawa timur. CV. Caprina Aggroindustry Malang.

Shunjiro Urata, 2000. Policy Recomendation for SME Promotion in The Republic of Indonesia. Report Study team Under JICA Program.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "ANALISA LAPORAN KEUANGAN"

Post a Comment