Bunga Rampai Usaha Kecil Menengah

I. Bunga Rampai Usaha Kecil Menengah

Instruksi Presiden No. 4 Th 1995 tanggal 30 Juni 1995 tentang Gerakan Nasional Memasyarakatkan dan Membudayakan Kewirausahaan, mengamanatkan kepada seluruh masyarakat dan bangsa Indonesia, untuk mengembangkan program-program kewirausahaan. Inpres tersebut dikeluarkan bukan tanpa alasan. Pemerintah menyadari betul bahwa dunia usaha merupakan tulang punggung perekonomian nasional, sehingga harus digenjot sedemikian rupa melalui berbagai Departemen Teknis maupun Institusiinstitusi lain yang ada di masyarakat. Melalui gerakan ini pada saatnya budaya kewirausahaan diharapkan menjadi bagian dari etos kerja masyarakat dan bangsa Indonesia, sehingga dapat melahirkan wirausahawan-wirausahawan baru yang handal, tangguh dan mandiri.
Semangat baru dunia yang menggeluti usaha kecil dan menengah (SME) telah berketetapan hati untuk menjadikan UKM sebagai motor pertumbuhan ekonomi di masa depan. Di Indonesia, ketika krisis multidimensi tahun 1997-1998 usaha kecil telah terbukti mampu mempertahankan kelangsungan usahanya, bahkan memainkan fungsi penyelamatan dibeberapa sub-sektor kegiatan. Fungsi penyelamatan ini segera terlihat pada sektor-sektor penyediaan kebutuhan pokok rakyat melalui produksi dan normalisasi distribusi. Bukti tersebut paling tidak telah menumbuhkan optimisme baru bagi sebagian besar orang yang menguasai sebagian kecil sumber daya akan kemampuannya untuk menjadi motor pertumbuhan bagi pemulihan ekonomi.
Perjalanan ekonomi Indonesia selama 4 tahun dilanda krisis 1997-2001 memberikan perkembangan yang menarik mengenai posisi usaha kecil yang secara relatif menjadi semakin besar sumbangannya terhadap pembentukan PDB. Dalam melihat peranan usaha kecil ke depan dan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai posisi tersebut, maka paling tidak ada dua pertanyaan besar yang harus dijawab : Pertama, apakah UKM mampu menjadi mesin pertumbuhan sebagaimana diharapkan oleh gerakan UKM di dunia yang sudah terbukti berhasil di negara-negara maju; Kedua, apakah UKM mampu menjadi instrumen utama
bagi pemulihan ekonomi Indonesia, terutama memecahkan persoalan pengangguran.
Tahun 2000 telah terjadi tambahan usaha baru yang cukup besar dimana diharapkan mereka ini berasal dari sektor modern/besar dan terkena PHK kemudian menerjuni usaha mandiri. Dengan demikian mereka ini disertai kualitas SDM yang lebih baik dan bahkan mempunyai permodalan sendiri, karena sebagian dari mereka ini berasal dari sektor keuangan/perbankan. Munculnya usaha baru ini akan memberikan harapan baru bagi pertumbuhan usaha, produksi, penyerapan lapangan kerja, dan pertumbuhan ekonomi.
Mengingat populasi terbesar dari unit usaha yang mengembang pada penyediaan lapangan kerja adalah usaha kecil, maka fokus pembahasan selanjutnya akan ditujukan pada usaha kecil. Tinjauan terhadap keberadaan usaha kecil diberbagai sektor ekonomi dalam pembentukan PBD menjadi dasar pemahaman kita terhadap kekuatan dan kelemahannya, selanjutnya potensinya sebagai motor pertumbuhan perlu ditelaah lebih dalam agar kita mampu menemu kenali persyaratan yang diperlukan untuk pengembangannya.

Kelompok Usaha dan Pembentukan Nilai Tambah
Selama ini yang lazim kita lakukan adalah membuat analisis sumbangan sektor–sektor ekonomi dalam pembentukan PDB. Untuk menilai posisi strategis kelompok usaha terutama usaha kecil hanya akan dapat diperlihatkan melalui konstribusi kelompok usaha menurut sektor ekonomi. Dengan melihat kelompok usaha ini akan mampu melihat kemampuan potensial kelompok usaha dalam menghasilkan pertumbuhan.
Proses transformasi struktural perekonomian kita memang telah berhasil menggeser dominasi sektor pertanian, sehingga sampai dengan menjelang krisis ekonomi (1997) sumbangan sektor pertanian tinggal 16 % saja, sementara sektor industri telah mencapai hampir 27 % dan menjadi penyumbang terbesar dari perekonomian kita. Ini artinya sektor industri telah mengalami pertumbuhan yang pesat selama tiga dasa warsa sebelum krisis semasa pemerintahan Orde Baru. Apabila hanya sepintas melihat perkembangan ini, dengan transformasi struktural dari pertanian ke industri, maka semua kelompok usaha akan ikut menikmati kemajuan yang sama. Sehingga kelompok industri manufaktur skala kecil juga mengalami kemajuan yang sama.
Secara makro proses pemulihan ekonomi Indonesia belum terjadi karena indeks output pada tahun 2001 ini belum kembali pada tingkat sebelum krisis (1997). Perkembangan yang terjadi memperlihatkan bahwa indeks PDB keseluruhan baru mencapai 95% dari tingkat produksi 1997. Sektor yang tumbuh dengan krisis adalah sektor listrik, gas, air minum yang pada 4 tahun terakhir ini tumbuh dengan rata-rata diatas 5%/tahun. Hal ini antar lain disamping output yang meningkat terutama disebabkan oleh penyesuaian harga yang terus berjalan.
Jika kita cermati secara lebih rinci penyumbang PDB atas dasar sektor pelaku usaha akan terlihat jelas adanya ketimpangan tersebut. Tabel 1 menyajikan perbandingan peran 5 besar penyumbang PDB menurut sektor dan kelompok usaha, Sejak sebelum krisis ekonomi, hingga mulai meredanya krisis terlihat bahwa ranking 1 (satu) penyumbang PDB adalah kelompok usaha besar pada sektor industri pengolahan dengan sumbangan berkisar 17-19 % selama 1997- 2001. Ini berarti bahwa untuk menggerakkan pertumbuhan ekonomi semata, ekonomi kita tetap bersandar pada bangkitnya kembali industri pengolahan besar dengan aset diatas Rp. 10 miliar di luar tanah dan bangunan. Sektor industri skala besar hanya terpukul pada saat puncak krisis 1998, dimana pertumbuhan ekonomi kita mengalami pertumbuhan negatif 13,4% ketika itu. Dan setelah itu ketika pemulihan ekonomi mulai bergerak maka kelompok ini kembali mengambil porsi nya.
Pertanyaan yang menarik adalah apakah industri kecil dan menengah tidak bangkit, padahal pada kelompok usaha kecil di seluruh sektor telah mengalami pergeseran peran dengan sumbangan terhadap PDB yang meningkat dari 38,90% pada tahun 1996 atau 40,45% pada tahun 1997 menjadi 43,08% pada tahun 1999 ? Pada sektor industri pengolahan ternyata tidak terjadi perubahan sumbangan usaha kecil yang nyata yakni : 3,90%, 4,03%, 3,85%, 3,74% dan 3,79% berturut–turut untuk tahun 1997, 1998, 1999, 2000 dan 2001. Berarti secara riil tidak ada kemajuan yang berarti bagi peran industri kecil, yang terjadi justru kemerosotan pada beberapa kelompok industri. Dengan gambaran ini memang belum dapat disimpulkan bahwa industri kecil mampu menjadi motor pertumbuhan, sementara industri skala menengah keadaannya jauh lebih parah di banding usaha kecil, sehingga tidak mampu memanfaatkan momentum untuk mengisi kemunduran dari usaha besar dan paling terpukul pada saat krisis memuncak pada tahun 1998-1999. Salah satu sebabnya diduga dikarenakan tingginya ketergantungan usaha menengah terhadap usaha besar, baik karena ketergantungan sebagai industri sub-kontrak maupun ketergantungan pasar dan bahan baku terhadap industri besar.
Selanjutnya penyumbang terbesar kedua adalah kelompok usaha kecil sektor pertanian yang menyumbang sekitar 13-17 % selama periode 1997-2001. Hal yang menarik adalah posisi relatif usaha kecil sektor pertanian yang sangat bergerak cepat dimasa krisis dan kembali merosot ke posisi sebelum krisis. Hal ini perlu mendapatkan penelahaan yang mendalam. Salah satu alasan yang dapat diterima adalah rendahnya harga output produk primer pertanian yang bersamaan dengan naiknya harga input, terutama yang bersumber dari impor. Sektor pertanian yang sangat di dominasi pertanian pangan memang sangat terbatas kemampuannya untuk menjadi sumber pertumbuhan, terutama beras. Pangsa relatif yang membesar terutama disebabkan kemunduran sektor lain ketika pertanian tidak terlalu terpukul, paling tidak tingkat produksi fisiknya. Jika pada tahun 1997 Usaha Kecil sektor pertanian menyumbang sebesar 13,30% pada tahun 1998 dan 1999 meningkat mendekati 17 %, maka pada tahun 2001 diperkirakan akan terus kembali menjadi 13,93 % saja. Keadaan ini akan berlanjut sejalan dengan menurunnya peran sektor pertanian dalam pembentukan PDB.
Jika diperhatikan sektor perdagangan hotel dan restoran kelompok usaha kecil pada saat sebelum krisis menunjukan ranking ke 3 (tiga) dalam sumbangannya pada pembentukan PDB. Ini berarti Usaha Kecil sektor ini sangat penting bagi pembentukan PDB dan penyediaan lapangan kerja dengan sumbangan diatas 11 % terhadap PDB kita. Namun sejak dua tahun terakhir ketika krisis mulai pulih posisi ranking ke 3 (tiga) mulai digusur oleh sektor pertambangan kelompok usaha besar. Dengan demikian peran Usaha Kecil sektor perdagangan hotel dan restoran sebagai sumber pertumbuhan juga semakin merosot, sehingga lampu merah sudah hampir tiba peran kelompok usaha kecil porsinya untuk menghasilkan sumbangan bagi pertumbuhan PDB semakin kurang dominan. Sektor pertambangan usaha besar bahkan sudah mendekati Usaha Kecil sektor pertanian.
Sektor jasa-jasa menempati urutan kelima dengan sumbangan sekitar 4-5 % dan didominasi oleh usaha besar. Sektor ini nampaknya tidak terlalu penting dalam menyumbang pertumbuhan, namun jasanya sangat vital untuk mendukung pertumbuhan. Sektor jasa-jasa ini memiliki kaitan yang luas dalam proses produksi dan distribusi dan memberikan dukungan yang sangat berarti. Sektor jasa yang besar adalah jasa yang dihasilkan oleh pemerintah, karena peran pemerintah dalam pengeluaran juga mempunyai peran yang penting.
Dengan semakin merosotnya peran usaha kecil di sektor pertanian dan perdagangan, maka dua penyumbang besar terhadap nilai tambah dari kelompok usaha kecil ini dominasinya juga akan semakin mengecil dalam pembentukan PDB. Sehingga jika kecenderungan ini dibiarkan maka posisi usaha kecil akan kembali seperti sebelum krisis atau bahkan mengecil. Sementara itu usaha menengah yang sejak krisis mengalami kemerosotan diberbagai sektor, maka posisi usaha menengah semakin tidak menguntungkan. Padahal dalam proses modernisasi dan demokratisasi peranan kelas menengah ini sangat penting terutama untuk meningkatkan daya saing. Karena usaha menengah lebih mudah melakukan modernisasi dan mengembangkan jaringan ke luar negeri dalam rangka perluasan pasar.
Pelajaran menarik dari hasil penelaahan ini adalah bahwa dalam proses transisi yang terjadi selama krisis, kemajuan relatif yang dicapai oleh UKM hanya karena mandegnya usaha besar. Usaha menengah tidak mungkin bergerak tanpa dukungan jasa keuangan perbankan yang fleksible sehingga ketika bank rontok maka usaha menengah juga tidak mampu berbuat apa-apa, usaha kecil bertahan karena dia harus hidup.

Hambatan Usaha Kecil sebagai Motor Pertumbuhan
Memperhatikan analisis pada bagian sebelumnya dapat kita catat bahwa potensi usaha kecil sebagai motor pertumbuhan ekonomi bagi pemulihan krisis ekonomi. Untuk dapat mencerna secara tepat faktor-faktor yang menjadi kendala bagi ekspansi usaha kecil maka diperlukan pendalaman dengan membuat disagregrasi kelompok usaha kecil. Sebagaimana diketahui sesuai hasil pengolahan data tahun 1993 dari sektor usaha kecil sekitar 97% terdiri dari usaha kecil-kecil (mikro) dengan omset dibawah Rp. 50 juta,-. Dengan demikian mayoritas usaha kecil adalah usaha mikro dan sebagian terbesar berada di sektor pertanian dan perdagangan, hotel dan restoran.
Masalah mendasar yang membatasi ekspansi usaha kecil adalah realitas bahwa produktivitasnya rendah sebagaimana diperlihatkan oleh nilai tambah/tenaga kerja. Secara keseluruhan perbandingan nilai tambah/tenaga kerja untuk usaha kecil hanya sekitar seper duaratus (1/200) kali nilai tambah/tenaga kerja untuk usaha besar. Jika dilihat periode sebelum krisis dan keadaan pada saat ini ketika mulai ada upaya ke arah pemulihan ekonomi. Pada tahun 2001, mengecil menjadi 0,55. Hal ini menunjukkan bahwa potensi untuk menutup gap antara produktivitas UK dan UB malah menjadi semakin tipis, atau jurang perbedaan produktivitas (nilai tambah/tenaga kerja) akan tetap besar.
Sudah menjadi pengertian umum bahwa produktivitas sektor industri, terutama industri pengolahan seharusnya mempunyai nilai tambah yang lebih besar. Sebenarnya sektor pertanian memiliki produktivitas terendah dalam pembentukan nilai tambah terutama di kelompok usaha kecil yang hanya merupakan sekitar tiga perempat produktivitas usaha kecil secara keseluruhan yang didominasi oleh usaha pertanian. Namun pengalaman Indonesia dimasa krisis menunjukan, bahwa yang terjadi sebaliknya dengan demikian dalam suasana krisis masih sangat sulit mengharapkan sektor industri kecil kita untuk diharapkan menjadi motor pertumbuhan untuk pemulihan ekonomi.
Pembentukan nilai tambah/tenaga kerja untuk kelompok usaha yang sama (usaha kecil) diberbagai sektor dapat menggambarkan potensi peningkatan produktivitas melalui transformasi dari sektor tradisional ke sektor modern misalnya dari sektor pertanian ke sektor industri dan perdagangan. Rasio nilai tambah/TK untuk UK-pertanian dibanding UK-Industri pengolahan mengalami peningkatan dari 0,74 pada tahun 1997 menjadi 0,82 pada tahun 2001. Peningkatan ini menggambarkan bahwa industri pengolahan semasa krisis tidak memberikan kontribusi nyata dalam perbaikan produktivitas dibanding usaha kecil di sektor pertanian. Alasan lain yang dapat menjelaskan fenomena tersebut adalah kenyataan bahwa di sektor industri selama krisis sebagian besar berproduksi dibawah kapasitas penuh atau bahkan menganggur sehingga nilai tambah/TK tidak memunjukkan peningkatan yang berarti.
Pertanyaan kritis yang harus dijawab adalah apakah sub-sektor industri kecil mampu di gerakan dalam jangka pendek, karena terbukti selama tiga tahun melewati krisis kecenderungannya sama yakni sekedar bertahan dari keterpurukan lebih parah. Untuk melihat potensi relatif sektor industri sebagai instrumen transformasi sektor tradisional (pertanian) ke modern (industri pengolahan) atau proses ke lanjutan untuk nilai tambah, maka dapat dilihat kemajuan relatif produktivitas kedua sektor untuk usaha kecil. Rasio nilai tambah/tenaga kerja pada tahun 1997 sebesar 0,55 berubah menjadi 0,56 pada tahun 2001 ini berarti tidak terjadi kemajuan yang berarti dalam perbaikan produktivitas, atau krisis justru menyebabkan “back push” atau dorongan ke belakang ke sektor tradisional. Secara empiris kesimpulan ini juga didukung oleh banyaknya profesional dari sektor modern yang terkena dampak krisis kembali melakukan alih usaha ke sektor agribisnis, karena pasarnya jelas dan peluangnya masih cukup besar.
Hambatan untuk meningkatkan produktivitas usaha kecil mikro tidak terlepas dari kemampuan mengadopsi teknologi termasuk untuk alih usaha, alih kegiatan, alih komoditas. Karena selama ini meskipun mereka telah mengalami transformasi dari sektor pertanian ke non pertanian namun tetap dalam papan bawah. Apabila keadaan ini tidak dapat didobrak maka yang terjadi adalah apapun program yang dicurahkan bagi pengembangan usaha mikro tidak berhasil meningkatkan nilai tambah. Atau jika berhasil nilai tambah tersebut diserap oleh sektor lain yang menyediakan input atau jasa pendukung bagi usaha mikro. Gambaran ini mengindikasikan bahwa industri kecil tidak dapat memikul harapan yang terlampau besar untuk menjadi motor pertumbuhan.

Prasyarat Bagi Memajukan UKM
Posisi UKM, terutama usaha kecil di dominasi oleh dua sektor yakni sektor pertanian dan perdagangan hotel dan restoran, sehingga fokus lebih besar juga harus ditujukan kepada kedua kelompok ini. Pada sektor perdagangan, hotel dan restoran persoalannya sangat rumit karena sektor ini sangat mudah dimasuki oleh UK baru meskipun dengan keterampilan rendah. Sehingga barrier perbaikan produktivitas sangat tinggi karena adanya kompetisi yang tajam terutama di sub – sektor perdagangan eceran.
Untuk sektor pertanian untuk mendobrak kungkungan produktivitas/TK yang rendah harus disertai dengan perubahan mendasar paradigma pengembangan pertanian. Mendorong pertumbuhan produktivitas fisik tanpa diimbangi dengan pergeseran pada kegiatan bernilai tambah tinggi hanya akan sia – sia. Untuk itu peningkatan kapasitas serap atau kepadatan investasi disektor pertanian harus menjadi acuan baru untuk menggerakkan pertanian. Sub sektor pertanian tanaman pangan harus didorong untuk menghasilkan produk – produk yang bernilai tambah tinggi dan kekangan melalui program komoditas perlu dilonggarkan. Hal ini sejalan dengan semangat keterbukaan dalam perdagangan, sehingga berbagai hambatan tarif dengan cara perlahan harus mulai diturunkan.
Jika dilihat struktur usaha kecil, maka dapat dipisah kan menjadi dua kelompok besar yaitu usaha mikro dan usaha kecil. Berdasarkan perkiraan BPS (2001) terdapat lebih dari 40 juta unit usaha dan hanya 57,473 usaha menengah serta 2095 usaha besar. Jika perubahan besar dalam distribusi antara usaha mikro dan usaha kecil dalam kelompok usaha yang memiliki omset dibawah Rp. 1 miliar tidak banyak berubah, maka sebenarnya jumlah usaha kecil yang memiliki omset diatas Rp. 50 juta/tahun hanya dibawah 1 juta sementara 39 juta lainnya adalah usaha mikro yang omset nya hanya berada dibawah Rp. 50 juta/tahun dan populasi terbesar berada di sektor pertanian (rumah tangga) dan perdagangan umum, terutama perdagangan eceran. Untuk membangun UKM di Indonesia agar dapat menjadi mesin pertumbuhan diperlukan reformasi kebijakan yang mendasar.
Prof. Urata yang memimpin misi ahli pemerintah Jepang untuk membantu merumuskan kebijakan UKM dalam rangka pemulihan ekonomi Indonesia pada tahun 1999-2000, mengemukakan bahwa potensi UKM Indonesia cukup besar untuk pemulihan ekonomi. Namun pemerintah harus menentukan pilihan yang menjadi fokus perhatian yaitu pada UKM yang viable saja. UKM viable yang dimaksud adalah mereka yang dengan sentuhan sedikit saja akan mampu berkembang sebagaimana lazimnya usaha yang mampu bersaing di pasar Internasional dan mampu memanfaatkan jasa perbankan modern. Kelompok ini sangat berbeda dengan kelompok mikro yang memiliki motif utama untuk bertahan atau “Survival” untuk menopang kehidupan mereka.
Reformasi kebijakan pembinaan yang diperlukan termasuk pemisahan atau pengembangan usaha kecil (usaha mikro) untuk tujuan penanggulan kemiskinan dan usaha pengembangan UKM untuk tujuan peningkatan pertumbuhan ekonomi dan ekspor. Penanganan ini akan sangat penting untuk menghindari kesimpang siuran konsep dan strategi pembinaan yang dapat membingungkan bagi khalayak sasaran dan para pelaksana di daerah. Masalah ini secara khusus memang memerlukan peninjauan yang mendalam, karena adanya “dismatching” antara undang-undang, pengorganisasian pembinaan oleh pemerintah dan tuntutan pasar. Masalah UKM tidak dapat dikerjakan oleh satu instansi saja, tetapi juga bukan merupakan kerja semua instansi.
Secara legal setiap usaha yang ada di berbagai sektor ekonomi menurut pengertian UU No.9/1995 dapat dikategorikan sebagai usaha kecil sepanjang omset nya berada di bawah Rp. 1 miliar, memiliki aset kurang dari Rp. 200 juta di luar tanah dan bangunan dan bukan merupakan anak perusahaan dari usaha besar. Cakupan yang luas dan melebar memang menyebabkan fokus pengembangan sering tidak efektif, karena karakter dan orientasi bisnis yang dijalankan oleh para pemilik usaha, jika digunakan basis penyediaan pembiayaan sebagai pengolah pakar maka usaha kecil dalam pengertian UU No. 9/1995 dapat dibedakan menjadi tiga kelompok:
1. Kelompok usaha mikro dengan omset dibawah Rp. 50 juta yang diperkirakan merupakan 97 % dari seluruh populasi usaha kecil.
2. Kelompok usaha kecil dengan omset antara Rp. 50 juta – Rp. 500 juta yang jumlahnya relatif kecil hanya sekitar 2 % dari seluruh populasi usaha kecil.
3. Kelompok usaha kecil menengah mungkin dapat kita sebut usaha mikro yang memiliki omset antara Rp. 500 juta – Rp. 1 miliar dan relatif sangat kecil jumlahnya yaitu kurang dari 1 % atau tepatnya sekitar 0,5 % saja.
Dalam kelompok usaha mikro sendiri sebenarnya masih terdapat perbedaan yang mencolok dalam setiap lapisan skala bisnis. Namun demikian kelompok usaha mikro ini dapat kita golongkan ke dalam program penyediaan lapangan kerja untuk penanggulangan kemiskinan. Dalam kaitan ini didalamnya termasuk pada orientasi yang bersifat penciptaan katup pengaman dan penciptaan dinamika kelompok untuk perbaikan produktivitas. Arah dari program ini adalah menahan agar tidak terjadi kemerosotan taraf hidup ke arah jurang yang lebih dalam, sehingga tidak menimbulkan korban bagi perekonomian secara keseluruhan sehingga dapat digolongkan dalam kelompok jaring pengaman sosial.
Bagi usaha mikro yang merupakan kegiatan ekonomi riel, namun masih menghadapi kendala struktural akibat kungkungan tradisi dan pengaruh kebijakan pembangunan di masa lalu. Salah satu bukti kuat terjadinya kungkungan tersebut adalah rendahnya produktivitas per tenaga kerja. Untuk mengangkat mereka dari kungkungan tersebut memang harus dilakukan dengan penetapan prioritas yang tajam. Sebagai contoh di sektor pertanian rakyat, upaya khusus untuk melihat berbagai kemungkinan mengangkat petani lahan luas (di atas 1 hektar) untuk dapat keluar dari kelompok usaha mikro yang omset nya hanya berada dibawah Rp. 50 juta,-/tahun.
Strategi dasar pembinaan usaha kecil untuk pertumbuhan, haruslah berani menetapkan sasaran individual untuk mengangkat usaha mikro potensial menjadi usaha kecil. Penciptaan usaha kecil baru ini mempunyai posisi kunci sebagai pendobrak kebekuan kungkungan produktivitas rendah. Memperbanyak jumlah usaha mikro untuk keluar dari kelompoknya akan membuat gerakan “Big Impact” dari bawah dari usaha kecil sendiri.
Untuk penciptaan basis UKM yang kokoh pendekatan pengembangan Klaster Bisnis/Industri perlu ditumbuh kembangkan. Kehadiran klaster yang senergik dari kegiatan hulu ke hilir, atau antara kegiatan inti (pokok) dengan kegiatan pendukung, penyediaan bahan baku dan outlet pemasaran akan mempercepat dinamika usaha di dalam klaster tersebut, termasuk interaksi dengan usaha besar yang ada di kawasan tersebut atau terkait. Pendekatan klastering ini pada dasarnya untuk mengefektifkan pola pengembangan dengan menjadikannya sebagai titik pertumbuhan bagi bisnis UKM. Inti dari strategy penciptaan klaster yang terpadu dan kokoh adalah membangun suatu sinergi untuk mencapai suatu “broad base economic growth” atau pertumbuhan ekonomi dengan basis yang luas.
Dari sisi dukungan yang diperlukan maka prasyarat utama adalah bahwa dalam semangat otonomi setiap pemerintah daerah harus memberikan dukungan administratif dan lingkungan kondusif bagi berkembangnya bisnis UKM. Ini menjadi mutlak karena dengan otonomi daerah maka kewenangan pengaturan pemerintahan dan pembangunan secara lokal berada di daerah. Kebijakan makro dan moneter secara nasional hanya bersifat memberikan arah dan sinyal alokasi sumberdaya dan kesepakatan internasional terhadap dunia bisnis di daerah.
Dukungan lain yang penting adalah dukungan non finansial dalam pengembangan bisnis UKM. Sejumlah praktek terbaik dalam persuasi UKM melalui inkubator, kawasan berikat, konsultasi bisnis maupun hubungan bisnis antar pengusaha dalam klaster harus dijadikan pelajaran untuk mencari kesesuaian dengan jenis kegiatan atau industri dan kultur masyarakat pengusaha, termasuk didalamya pengalaman kegagalan lingkungan industri yang mencoba memindahkan lokasi untuk penciptaan klaster. Klaster yang inovatif akan tumbuh dengan perkembangan kultur yang mendukung. Dukungan pengembangan bisnis semacam ini harus ditumbuhkan menjadi suatu bisnis yang berorientasi komersial.
Dan akhirnya dukungan finansial yang meluas harus didasarkan pada prinsip intermediasi yang efesien. Berbagai lembaga pembiayaan yang sesuai harus ditumbuhkan dan menjangkau klaster-klaster yang telah berkembang, sehingga pilar bagi tumbuhnya bisnis UKM yang didukung oleh kesatuan sistem produksi dan keberadaan bisnis jasa pengembangan bisnis serta keuangan menjadi benar-benar hadir di kawasan klaster di maksud. Lembaga pembiayaan dimaksud dapat berupa bank, lembaga keuangan bukan bank dan lembaga-lembaga keuangan masyarakat sendiri (lokal).
Dengan dua basis pendekatan tadi akan tercipta lapisan pengusaha yang dapat menjadi lokomotif penarik bagi kemajuan masing-masing lapisan pengusaha. Sasarannya jelas memperbanyak pengusaha mikro yang dapat segera lepas dari tiap usaha mikro dan selanjutnya menjadikan klaster sebagai satuan bisnis yang layak dan mampu berkembang (Viable). Persyaratan ini yang harus dipenuhi untuk menjadikan usaha kecil sebagai motor pertumbuhan.

Pengembangan UKM dengan Pendekatan Klaster Bisnis
Usaha kecil dalam keadaannya yang ada tidak mungkin dijadikan motor pertumbuhan karena populasi terbesar adalah usaha mikro yang pada intinya hanya bersifat sub sistem. Untuk keluar dari jebakan ini maka strategi dasar adalah membebaskan diri untuk keluar dari usaha mikro secara meluas. Untuk pengembangan usaha kecil yang berdaya saing maka pendekatan klaster bisnis usaha kecil / industri kecil dapat dijadikan dasar penciptaan dinamika yang luas bagi penciptaan basis pertumbuhan yang luas (broad base economic growth). Suatu jaringan klaster UKM bisnis yang efektif, efisien dan tumbuh berkelanjutan, berupa : pengembangan jaringan usaha bisnis mulai hulu sampai hilir dalam manajemen yang solid dan terintegrasi untuk mencapai keberhasilan usaha yang berkelanjutan dan juga dapat menjawab berbagai tantangan zaman yang semakin kompetitif dan mengglobal.
II. Lingkup Kewirausahaan

Dalam kehidupan sehari-hari, masih banyak orang yang menafsirkan dan memandang bahwa kewirausahaan identik dengan apa yang dimiliki dan baru dilakukan “usahawan” atau “wiraswasta”. Pandangan tersebut tidaklah tepat, karena jiwa dan sikap kewirausahaan (entrepreneurship) tidak hanya dimiliki oleh usahawan akan tetapi dimiliki oleh setiap orang yang berfikir kreaktif dan bertindak inofatif baik kalangan usahawan maupun masyarakat umum seperti petani karyawan, pegawai pemerintah, mahasiswa, guru, dan pimpinan organisasi lainnya.
Kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang menjadikan dasar, kiat dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (create new and different) melaui berfikir kretif dan bertindak inovatif untuk menciptakan peluang. Proses krestif daan inovatif tersbut biassaanya diawali dengan memunculkan ide-ide dan pemikiran-pemikiran baru untuk mencptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Sesuatu yang baru dan berbeda merupakan nilai tambah barang dan jasa yang menjaddi sumber keunggulan untuk dijadikan peluang. Jadi kewirausahaan merupakan suatu kemampuan dalammenciptakan nilai tambah di pasar melalui proses pengelolaan sumber daya dengan cara-car beru dn bebeda, melalui: (1) pengembangan teknologi baru (2) penemuan pengetahuan ilmiah baru (3) perbaikan produk barang dn jasa yang ada (4) penemuan cara-cra baru untuk menghasilkan barrng lebih banyak denngan sumber daya yang lebih efisien.
Kreatifitas adalah kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan cara-cara baru dalam pemecahan masalah dan menemukan peluang (thinking new thing). Sedangkan inofasi adalah kemampuan untuk menerapkan kreatifitas dalam rangkan pemecahan masalah dan menemukan peluang (doing new thing). Jadi, kreatifitas aalah kemampuan untuk memikirkan seuatu yang baru dan berbeda, sedangkan inofasi merupakan kemampuan untuk melakukan yang baru dan berbeda. Sesuatu yang baru dan berbeda tersebut dapat dalam bentuk hasil seperti barang dan jasa, dan bisa dalam bentuk proses seperti ide, metode, dan cara. Sesuatu yang baru dan berbeda yang diciptakan melalui proses berfikir kreatif dan bertindak inofatif merupakan nilai tambah (value added) dan merupakan keunggulan yang berharga.

Kopetensi Kewirusahaan
wirausaha yang sukses pada umumya ialah mereka yang memiliki kopetensi, yaitu seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan, ketrampilan dan kualitas individu yang meliputi sikap, motivasi, nilai serta tingkah laku yag diperlikan untuk melaksanakan pekerjaan/kegiatan. Wirausaha tidak anya memerlikan pengetahuan tetap juga memerlikan keterampilan. Keterampilan tersebut diantaranya meliputi keterampilan manajerial (managerial skill), keterampilan konseptual (conceptual skill) dan keterampilan memahami, mengerti, berkomunikasi dan berelasi (human skill) dan keterampilan merumuskan masalah da mengambil keputusan (decision making skill), keterampilan mengatur dan menggunakan waktu (time management skill) dan keterampilan teknik lainya. Akan tetapi memiliki pengetahuan dan keerampilan saja tidaklah cukup, wirausaha harus memiliki sikap positif, motivasi dan selalu berkomitmen terhadap pekerjaan yang sedang dilakukan.
Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan dan kemampua individu (personality) yang langsung berpengaruh pada kinerja. Kinerja bagi wirausaha merupakan tujuan yang selalu ingin dicapai.

Disiplin Ilmu Kewirausahaan
Ilmu kewirausahaan adalah uatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan (Ability) dan perilaku seseorang dalam mengahadapi tantangan hidup untuk memperoleh peluang denngan berbagai resiko yang mungkin dihadapi. Dalam konteks bisnis menurut Thomas W. Zimmerel (1996) kewiraushaan adalah hasil dari suatu disiplin, proses sistematis penerapan krestifitas dan inovasi dalam memenuhi kebutuhan peluang dipasar.
Menurut Soeharto Prawirokusumo (1997) pendidikan kewirausahaan telah diajarkan sebagai suatu disiplin ilmu tersendiri yang independen karena
1. Kewirausahaan berisi Body Of Knowlegde yang utuh dan nyata, yaitu ada teori, konsep dan metode ilmiah yang lengkap.
2. Kewirausahaan memiliki dua konsep, yaitu posisi Venture Start-Up dan Venture growth, ini jelas tidak masuk dalamkerangka pendidikan menegemen umum (Frame Work General Courses) yang memisahkan menegemen dan kepemilikan usaha (Bussines ownership).
3. Kewirausahaan merupak disiplin ilmu yang memiliki objek tersendiri, yaitu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang berbeda.
4. Kewirausahaan merupakan alat untuk menciptakan pemerataaan berusaha dan pemerataan pendapatan atau kesejahteraan yang adil dan makmur.

Objek Studi Kewirausahaan
Seperti yang telah dikemukakan diatas, kewirausahaan mempelajari nilai, kemampuan dan perilaku seseorang dalam berkreasi dan berinovasi. Oleh sebab itu, objek studi kewirausahaan adalah nilai-nilai dan kemampuan (ability) seseorang yang diwujudkan dalam bentuk perilaku. Menurut Soeparman Soemahamidjaja (1997) kemampuan seseorang yang menjadi objek kewirausahaan meliputi:
1. Kemampuan merumuskan tujuan hidup atau usaha
2. Kemampuan memotivasi diri
3. Kemampuan untuk beinisiatif
4. Kemampuan berinovasi
5. Kemampuan untuk membentuk modal uang atau barang modal
6. Kemampuan untuk mengatur dan membiasakan diri
7. Kemampuan mental yang dilandasi dengan agama
8. Kemampuan untuk membiasakan diri dalam mengambil hikmah

Nilai-Nilai Hakiki Kewirausahaan
Karakteristik kewirausahaan memiliki makna dan peranan tersendiri yang disebut nilai. Penerapan masing-masing nilai sangat tergantung pada fokus dan tujuan masing-masing wirausaha. Ada beberapa nilai hakiki kewirausahaan yang penting bagi kewirausahaan tersebut antara lain:
1. Percaya Diri (Self Confidence)
Percaya diri merupakan suatu paduan sikap dan keyakinan seseorang dalam menghadapi tugas atau pekerjaan (Soesarsono Wijandi, 1988). Dalam prakteknya sikap dan kepercayaan ini merupakan sikap dan keyakinan untuk memulai, melakukan dan menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan yang dihadapi. Oleh sebab itu kepercayaan diri memiliki nilai keyakinan, optimisme, individualisme dan tidak tergantung pada pihak lain.
2. Berorientasi Tugas Dan Hasil
Seseorang yang selalu mengutamakan tugas dan hasil adalah orang yang selalu mengutamakan nilai-nilai motif berprestasi, berorientasi pada laba ketekunan dan ketabahan, tekat kerja keras, mempunyai dorongan kuat, energi dan berinisiatif. Berinisiatif artinya selalu mencari dan memulai sesuatu yang baru dengan niat dan tekat yang kuat serta karsa yang besar. Perilaku berinisiatif ini biasanya diperoleh dari pelatihan dan pengalaman.
3. Keberanian mengambil resiko
kemauan dan kemampuan untuk mengambil resiko merupakan salah satu nilai utama dalam kewirausahaan. Wirausaha yang tidak mau mengambil resiko akan sukar memulai berinisiatif. Resiko yang terlalu rendah akan memperoleh sukses yang relatif rendah. Sebalikknya resiko yang tinggi kemungkinan memperoleh sukses akan lebih tinggi, tetapi dengan kegagalan yang sangat tinggi pula. Oleh sebab itu, keberanian untuk mengambil resiko yang menjadi nilai kewirausahaan adalah pengambilan resiko yang penuh dengan perhitungan dan realistis. Dalam dituasi resiko dan ketidak pastian, wirausaha mengambil keputusan yang mengandung potensi kegagalan atau keberhasilan. Ada dua alternatif yang dapat dipilih yaitu alternatif yang mengandung resiko dan alternatif yang konserfatif (Meredit, 1996).
1. Kepemimpinan
Seorang wirausaha yang berhasil selalu memiliki sifat kepemimpinan, kepeloporan, dan keteladanan. Dengan menggunakan kemampuan kreaktifita dan inovasi, wirausaha selalu menampilkan barang dan jasa yang dihasilkannya dengan lebuh cepat, lebih dulu dan segera ada dipasar sehingga ia menjadi pelopor baik dalam proses produksi maupun dalam pemasaran.
2. Berorientasi Kemasa Depan.
Orang yang berorientsi kemasa depan adalah orang yang memiliki perspektif dan pandangan kemasa depan ehingga ia selalu berusaha untuk berkarsa dan berkarya, kuncinya adalah pada kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda dengan apa yang sudah ada sekarang, dengan berbagai resiko yang mungkin terjadi. Hal ini mnyebabkan wirausahawan tidak cepat puias dengan karsa dan karya yang dihasilkannya, sehingga ia selalu memepersiapkan diri dengan mencari suatu peluang.
3. Keorisinilan: Kreatifitas dan Inovasi
kreaktifitas adalah berfikir sesuatu yang baru, sedangkan inofasi adalah melakukan sesuatu yang baru. Dari definisi tersebut kreaktifitas mengandung arti:
a. Kreatifitas adalah menciptakan sesuatu yang asalnya tidak ada.
b. Hasil kerjasama masa kini untuk memperbaiki masa lalu dengan cara baru.
c. Menggantikan sesuatu dengan sesuatu yang lebih sederhana dan lebih baik.
Wirausahawan yang inovatif adalah orang yang kreaktif dan yakin dengan adanya cara-cara baru yang lebih baik (Yuyun Wirasasmiata, 1994) ciri-cirinya adalah:
a. Tidak pernah puas dengan cara-cara yang dilakukan saat ini, meskipun cara tersebut cukup baik
b. Selalu menuangkan imajinasi dalam setiap pekerjaannya.
c. Selalu ingin tampil beda atau selalu menmanfaatkan perbedaan.






III. Merintis Usaha Baru

Cara Memasuki dunia usaha
Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk memuali suatu usaha atau memasuki dunia usaha yaitu:
1. Merintis usaha baru (Strarting), yaitu mewmbentuk atau mendirikan usaha baru dengan menggunakan model, ide, organisasi dan menegemen yang dirancang sendiri. Ada tiga bentuk usaha baru yang dapat dirintis: (a) perusahaan milik sendiri (Sole Proprietorship) (b) persekutuan (Partnership) (c) perusahaan berbadan hukum (Corporation)
2. Membeli perusahaan orang lain (Buying) yaitu dengan membeli perusahaan yang telah didirikan atau dirintis dan diorganisir oleh orang lain dengan nama (Goodwill) dan organisasi usaha yang telah ada
3. Kerjasama managemen (Franchising) yaaitu suatu kejasama antar interpreneur dengan perusahaan besar dalam mengadkan persetujuan jual beli hak monopoli untuk menyelenggarakan usaha (wara laba)

Merintis Usaha Baru
Wirausaha adalah seseorang yang mengorganisir, mengelola, dan memiliki keberanoan menghadapai resiko. Menurut Lambing ada dua pendekatan utama yang digunakan wirausaha untuk mencari peluang dengan mendirikan usaha baru: pertama, pendekatan “inside out” atau disebut dengan “idea generation” yaitu pendekatan yang berdasarkan gagasan sebagai kunci yang menentukan keberhasilan usaha. Kedua, pendekatan “the out-side in” yang juga disebut “pportunity recognoition” yaitu pendekatan yang menekankan pada basis ide bahwa suatu perusahaan akan berhasil apabila menanggapi atau menciptakan suatu kebutuhan dipasar.
Berdasarkan inside out diatas bahwa untuk memulai usaha seorang calon wirausaha harus memiliki kompetensi usaha. Menurut norman scarborough, kompetensi usaha yang diperlukan meliputi:
1. kemampuan tehnik yaitu kemampuan tentang bagaimana memproduksi barang dan jasa serta menyajikannya.
2. Kemampuan pemasaran yaitu kemampuan tentang bagaimana menemukan pasar dan pelanggan serta harga yang tepat.
3. Kemampuan finansial yaitu kemampuan tentang bagaimana memperoleh sumber-sumber dana dan cara menggunakannya
4. Kemampuan hubungan yaitu kemampuan tentang bagaimana cara mencari, memelihara dan mengembangan relasi, serta kemampuan komunokasi dan negosiasi.

Lingkungan Usaha
Ada dua jenis lingkungan yang dapat mempengaruhi jalannya usaha / perusahaan yaitu linngkungan mikro dan lingkungan makro.
A. Lingkungan mikro
Lingkungan mikro adalah lingkungan yang ada kaitannya langsung dengan operasional perusahaan, seperti pemasok, karyawan, pemegang saham, majikan, manajer, direksi, distributor, pelanggan atau konsumen dan lain sebagainya. Sejalan dengan pergeseran strategi pemasaran yaitu dari laba perusahaan (shareholder) kemanfaat bagi stake holder, maka lingkungan internal baik perorangan maupun kelompok yang mempunyai kepentingan pada perusahaan akan sangan berpengaruh. Yang termasuk perorangan, kelmpok perorangan dan kelompok yang berkepentingan terhadap perusahaan dan mengharapkan kepuasan dari perusahaan (stakeholder satisfaction) diantaranya;
1. Pemasok (supplier), pemasok berkepintingan dalam menyediakan bahan baku kepada prudahaan. Agar perusahaan dapat memuaskan konsumen maka perusahaan tersebut harus memproduksi barang dan jasa yang bermutu tinggi.
2. Pembeli atau pelanggan. Merupakan lingkunga yang sangat berpengaruh karena dapat memberi informasi bagi perusahaan. Konsumen yang kecewa tidak akan memperoleh manfaat dari perusahaan misalnya akibat mutu, harga dan waktu yang tidak memadai akan cenderung untuk berpindah dan berlangganan pada perusahaan lain.
3. Karyawan. Karyawan adalah orang pertama yang terlibat dalam perusahaan. Karyawan akan berusaha bekerja dengan baik bila memperoleh manfaat dari perusahaan.
4. Distributor. Distributor merupakan lingkungan yang sangat penting bagi perusahaan sebab dapat memperlancar penjualan.
B. lingkungan makro
lingkungan makro adalah lingkungan diluar perusahaan yang dapat mempengaruhi daya hidup perusahaan secara keseluruhan, yang meliputi:
1. Lingkungan ekonomi (economik environment)
variabel-variabel okonomi seperti tingkat invlasi, tingkat bunga dan fliktuasi mata uang asing baik langsung maupun tidak akan berpengaruh pada perusahaan baik untuk peluang usaha maupun hasil penjualan danbiaya yang dikeluarkan oleh perusahaan
2. Linkungan teknologi (technological environmet). Perubahan teknologi telah memperluas skala indutri seara keseluruhan. Teknologi baru yang ada telah menciptakan produk-produk baru dan modifikasi produk lainnya. Kemajuan teknologi dalam menciptakan barang dan jasa telah mampu memenuhi kebutuhan dan permintaan pasar ecara tepat sehingga dapat menciptakan nilai tambah bagi perusahaan tersebut.
3. Lingkungan sosial politik (socio environment). Kekuatan sosial politik kecenderungan dan konteksnya perlu diperhatikan untuk menentukan seberapa jauh perubahan tersebut berpebgaruh terhadap tingkah laku masyarakat.
4. Lingkungan demografi dan gaya hidup (demography and lifestyle environmet). Produk barang dan jasa yang dihasilkan seringkali dipengauhi oleh perubahan demografi dan gaya hidup. Kelompok masyarakat, gaya hidup, kebiasaan, pendapatan dan struktur masyarakat bisa menjadi peluang bagi perusahaan.


Hambatan-Hambatan Dalam Memasuki Industri
Menurut Peggy Lambing (2000) ada beberapa hambatan untuk memasuki industri baru yaitu:
1. Sikap dan kebiasaan pelanggan. Loyalitas pelanggan terhadap perusahaan baru masih kurang. Sebaliknya perusahaan yang sudah ada justru lebih bertahan karena telah lama mgetahui sikap dan kebiasaan pelanggan.
2. Biaya perubahan (switching cost) yaotu biaya-biaya yang diperlukan untuk pelatihan kembali para karyawan dan penggantian alat seta sistim yang lama.
3. Respon dari pesaing yang ada yang secara agresif akan mempertahankan pangsa pasar yang ada.
3.4 paten, merek dagang dan hak cipta
paten, merek dagang dan hak cipta sangat penting bagi perusahaan terutama untuk melindungi penemuan-penemuan, identitas dan nama perusahaan, serta keorsinilan produk-produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Beberapa hak perlindungan perusahan yang bisa diperoleh adalah hak paten,hak cipta, merek dagang dan identitas perusahaan lain.
1. paten
paten aalah suatu pengakuan dari lembaga yang berwenang atas peneluanproduk yang diberi kewenangan untuk membuat,menggunakan dan menjual penemuannya selama paten tersebut masih dalam jaminan.pemberian hak monopoli atas produk tesebut dimaksudkan untuk mendorong kreatifitas dan inovasi para penemu.
Untuk mendapatkan hak paten, alat yang diciptakan harus betul-betul baru (bukan leih baik). Suatu alat tidak dapat diberikan hak paten apabila alat tersebut telah dipublikasikan sebelum mengajukan hak paten. Hak peten hanya diberikan kepada penemu yang sebenarnya, bukan kepada orang yang menemukan penemuan orang lain.
2. merek dagang
merek dagang (brand name) merupakanistilah khusus dalam perdagangan atau perusahaan. Merek dagang pada umumnya berbentuk simbol, nama, logo, slogan atau tempat dagang yang oleh perusahaan digunakan untuk menunjukkan keorsinilan produk atau utnuk membedakan dengan produk lain dari pasar. Untuk menetapkan merek, harus dipilih kata yang khas, mudah dikenal, diingat dan unik bagi pelanggan, sehingga menjadi merek terkenal.
3. hak cipta
hak cipta (copyright) adalah suatu hak istimewa guna melindungi pencipta dari keorsinilan ciptaannya. Misalnya, karangan, musik, lagu, hak untuk memproduksi, memperbaiki, mendistribusikan atau menjual.

Keunggulan dan Kelemahan Usaha Kecil
Beberapa keunggulan Usaha Kecil
1. mudah dalam proses pendiriannya dan juga mudah di bubarkan setiap saat.
2. pemilik menggolah secara mandiri dan bebas waktu serta menerima seluruh laba.
3. pemilik merangkap sebagai penggelola yang merangkap semua fungsi menejemen.
4. umumnya mempunyai kecenderungan mampu untuk surfivel.
5. karena kecilnya usaha, umumnya memiliki daerah pemasaran tidak terlalu jauh sehingga perilaku konsumennya cepat dan sering kali berlangsung kepada pemilik. Ini menyebabkan usaha kecilyang permodalan tidak besar itu bersifat luwes dan sering menghasilkan inovasi – inovasi. Gejala – gejala menunjukan bahwa sebenarnya usaha kacil menjadikan kesuksesan, keberhasilan, kepuasandan posisi tersendiri dalam dunia usaha.
6. merupakan tipe usaha yang paling cocok untuk menggelola produk atau proyek perintisan yang sama sekali baru atau belum pernah ada yang mencobanya sehingga memiliki sedikit pesaing.
7. dersifisifikasi uasaha terbuka luas sepanjang waktu tergali melalui kreatifitas penggelola.
8. terbukanya peluang dengan adanya kemudahan dalam pelaturan.
9. pajak relative ringan , karena yang di kenakan pajak adalah pribadi atau pengusaha bukan perusahaanya.

Kelemahan Usaha Kecil
Beberapa Kendal yang menyebabkan kelemahan serta hambatan bagi penggelola usaha kecil baik hambatan interen maupun eksteren seperti:

Manajemen
1. para pengusaha kecil umumnya tidak atau kurang mempunyai keahlian dibidang manajemen dibutuhkan dibidang manajemen sebagai contoh dalam mendirikan dan menjelaskan usahanya, banyak para pengusaha tidak membuat perencanaan secara matang, namun lebih banyak mengandalkan naluri dan kebiasaan. Mereka juga tidak terbiasa dengan catatan – catatan keuangan atau pembukuan yang sederhana sekalipun sehingga agak sulit untuk memperoleh akses ke perbangkan.
2. Masa – masa krisis yang harus dilalui dalam , perusahaan dalam hidupnya adalah selama 5 tahun pertama sejak di dirikan. Dan ternyata lebih dari 50% usaha kecil gagal melewati usia 2 tahun pertamanya. Tidak sedikit pula usaha kecil yang maju sukses ketika masih dikelola sendiri oleh pemiliknya, tetapi macet setelah dikelola generasi penerusnya. Dalam hal ini, pengetahuan penyebab kegagalan tersebut sangat berguna sekali. Banyak perjalanan yang dapat diambil yang sangat membantu untuk menentukan pilihan dan cara – cara mengurusnya.
3. Ada yang lebih konyol yaitu, berlagak seperti pengusaha besar yang sukses dan hanya menyiksakan waktu sedikt untuk mengurus usahanya sebagian besar waktu habis untuk hal – hal yang bersifat gengsi – gengsian, kesukaan pribadi , bekecimpung kegiatan social dan kegiatan lain yang sama sekali tidak berkaitan dengan usahanya. Apalagi untuk belajar untuk menambah pengetahuan. Biasanya pengusaha semacam ini adalah generasi penerus dari suatu usaha yang semula sudah berjalan lancer. Mereka ini juga malas untuk terjun langsung mengurusi usahanya. Untuk ini kehancuran tinggal menunggu waktu saja.
4. umumnya pengusaha kecil tidak menggunakan study kelayakan , analisis surat ( kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) untuk usahanya serta analisis keuangannya.
Pemasaran
1. Kebanyakan penggolahan usaha kecil enggan mengeluarkan biaya promosi dan penelitihan ala usaha besar. Data fakta yang benar dan masih hangat yang sangat di perlukan dalam prinsip pengolahan ilmiah tidak mencukupi bahkan tidak ada. Sehingga banyak kebijaksanaan perusahaan yang berdasarkan kira – kira, kebiasaan dan naluri saja. Mereka lemah dalam penggolahaan ilmiah. Sementara itu mereka kekurangan waktu untuk belajar guna menambah pengetahuan untuk menutupi kekurangan.
2. kelemahan dibidang pemasaran lazimnya berupa ketidak serasian antara program produksi dan penjualan, kelemahan juga di sebabkan karena kurangnya penelitihaan pasar sehingga tidak tahu posisi pasarnya. Cara menghadapi persaingan, apa guna promosi dan sehari – hari.
3. Keterbatasan kemampuan dalam penetrasi pasar, baik kedalam negeri maupun luar negeri. Mereka cenderung sangat pasif , karena kecilnya skala produksi dan keterbatasan dalam memperoleh informasi pasar.
Produksi & Operasi
1. Kurangnya petunjuk pelaksanaan teknik operasional kegiatan dan pengawasan mutu hasil kerja dan produksi.
2. Kurangnya akses ke teknologi moderen sebagai usaha kecil masih mengandalkan pada teknologi konversional dan tradisional. Akibat cukup banyak usaha atau industri kecil yang menghadapi Kendal dalam meningkatkan kwalitas produksinya , sehingga tergusur oleh pengusaha besar.
3. Keuangannya akses kebahan baku. Sering kali terjadi bahan baku sulit di peroleh dan sangat tidak ekonomis, bila dipesan dalam jumlah kecil.
4. Persediaan bahan baku yang terlalu banyak khususnya jenis barang yang kurang laku.
Personalia
1. kelemahan organisasi umumnya berupa tidak jelas steruktur organisasi pembagian tugas dan wewenang yang tidak jelas , status kariawan, sistim penggajian dan kepegawaian yang tidak beres. Selain itu , kemimpinan seorang diri mempunyai kelemahan yang dapat menghancurkan usaha. Terutama jika pemimpin sakit dalam waktu lama atau bahkan meninggal dunia. Sementara persiapan kader belum dilakukan.
2. Tingginya Lobour Turn Over (PHK)
3. Kelemahan lain sering menjadi jebakan adalah perluasan yang emosional tanpa didukung data dan fakta yang actual. Juga sering unsur keluarga diikut sertakan kedalam persoalan perusahaan.

Keuangan
1. Sumber modal terbatas pada kemampuan pemilik. Kesulitan modal kerja atau tidak mengetahui secara tepat berapa kebutuhan modal kerja , sebagai akibatnya tidak ada perencanaan kas.
2. Terlalu banyak biaya – biaya yang diluar pengendalian serta banyak pinjaman yang tidak bermanfaat,juga tidak dipatuhi ketentuan – ketentuan pembukuan standart.
3. Resiko dan utang kepada pihak ketiga ditanggung oleh kekayaan pribadi pemilik.
4. Di bidang keuangan , biasanya lemah dalam membuat anggaran , tidak adanya pencatatan dan pembukuan yang memadai dan tidak ada batasan tegas antara milik pribadi (keluarga) dan dengan milik perusahaan seringkali pemimpin tidak tahu berapa laba dan rugi usahanya.
5. Kurang akses untuk memperoleh modal, sebagian pengusaha kecil enggan berhubungan dengan bank karena diharapkan birokrasi rumit, banyaknya formulir yang diisi, lamanya realisasipinjaman dan seringnya ditolak sebab tidak mempunyai data keuangan.
IV. PENGELOLAAN USAHA DAN STRATEGI KEWIRAUSAHAAN

PENGELOLAAN USAHA
1. Pengelolaan Keuangan
Ada tiga aspek yang harus diperhatikan dalam pengelolaan keuangan, yaitu: (1) aspek sumber dana, (2) aspek rencana dan penggunaan dana, (3) aspek pengawasan atau pengandalian keuangan.
A. Sumber-sumber Keuangan Perusahaan.
Ditinjau dari asalnya, sumber dana perusahaan dapat dibagi dua golongan yaitu:
1) Pembelanjaan intern, yaitu dana yang berasal dari perusahaan. Penggunaan dana ini merupakan cara yang paling mudah dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dana perusahaan, sebab tinggal mengambil dana yang sudah tersedia diperusahaan.
Ada tiga jenis sumber dana intern yang dapat dijadikan sumber keuangan perusahaan , diantaranya:
a) Penggunaan dana perusahaan
b) Penggunaan cadangan
c) Pengguynan laba yang tidak dibagi
2) Pembelanjaan ekstern, yaitu dana yang berasal dari luar perusahaan. Sumber dana ekstern mencakup:
a) Dana dari pemilik atau penyertaan. Dalam perusahaan harus adanya pemisahan yang tegas antara dana milik pribadi dengan dana mili perusahaan.
b) Dana yang berasal dari hutang atau pinjaman baik jangka pendek maupun jangka panjang, atau disebut pembelanjaan asing.
c) Dana bantuan program pemerintah pusat dan daerah.
d) Dana dari teman atau keluarga yang ingin menanamkan modalnya.
e) Dana ventura, yaitu dana dari perusahaan yang ingin menginvestasikan dananya pada perusahaan kecil yang memiliki potensi.


B. Perencanaan Keuangan Dan Penggunaan Dana
Ada beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam merancang penggunaan biaya, meliputi:
1. Biaya awal
2. Proyeksi/rencana keuangan, yang mencakup:
a) Pembukaan neraca harian
b) Proyeksi/rancangan pendapatan (income statement)
c) Proyeksi/rancangan neraca aliran kas (cash flow statement)
3. Analisis peluang pokok (break event point analysis)
Biaya awal adalah biaya yang diperlukan ketika perusahaan akan berdiri. Biaya awal ini pad umumnya terdiri:
a) Biaya awal yang tidak terduga (unik)
b) Biaya administrasi (gaji karyawan dan peralatan kantor)
c) Biaya sewa bangunan
d) Biaya asuransi
e) Biaya tambahan atau biaya sarana umum.

Perencanaan Pemasaran
Pembahasan tentang strategi perusahaan, tidak bisa lepas dari perencanaan, arahan atau acuan gerak langkah perusahaan unruk mencapai suatu tujuan. Ada beberapa langkah dalam merencanakan pemasaran bagi usaha baru:
1. Penentuan kebutuhan dan keinginan pelanggan
Untuk mngetahui kebutuhan dan keinginan pelanggan, pertama-tama harus dilakukan penelitian pasar atau riset pemasaran. Riset pasar harus diarahkan pada kebutuham konsumen, riset pasar yang dimaksudkan untuk menentukan segmen pasar dan karakteristik konsumen yang dituju.
2. Memilih pasar sasaran khusus (special target market)
Ada tiga jenis pasar sasaran khusus yaitu;
a) Pasar individual (individual market)
b) Pasar khusus (niche market)
c) Segmentasi pasar (market segmentation)
3. Menempatkan strategi pemasaran dalam persaingan
Ada enam strategi untuk memenuhi permintaan dari lingkungan yang bersaing:
a. Berorientasi pada pelanggan (customer orientation)
b. Kualitas (quality), ialah mengutamakan Total Quality Management (TMQ) yaitu efektif, efisien dan tepat.
c. Kenyamanan (convenience), yaitu menfokuskan perhatian pada kesenangan hidup, kenyamanan dan kenikmatan.
d. Inovasi (inovation), yaitu harus berkonsentasi untuk berinovasi dalam produk, jasa, maupun proses.
e. Kecepatan (speed), atau disebut juga Time Compression Management (TCM), yang diwujudkan dalam bentuk kecepatan dalam menempatkan produk baru dipasar serta memperpendek waktu yang merespon keinginan dan kebutuhan pelanggan (customer response time)
f. Pelayanan dan kepuasan pelanggan
4. Pemilihan strategi pemasaran
Strategi pemasaran ialah paduan dari kinerja wirausaha dengan hasil pengujian dan penelitian pasar sebelumnya dalam mengembangkan keberhasilan strategi pemasaran. Untuk menarik konsumen, wirausaha bisa merekayasa indikator-indikator yang terdapat dalam bauran pemasaran (marketing mix), yaitu penelitian dan pengembangan pasar (probe), produk (product), tempat (place), harga (price) dan promosi.
Menurut Bob Sadino (2000), untuk memahami apa yang diinginkan oleh pasar atau konsumen, ada tiga (3) pendekatan yang bisa dilakukan.
Pertama, cara kita melayani pasar yang sudah ada atau istilahnya serve the market. Artinya, kita memenuhi permintaan pasar yang selama ini telah berjalan. Jika yang diminta jenis A,B,C,D dengan kualitas tertentu, kita cukup menyediakan sesuai pesanan. Misalnya saja berbagai jenis sayuran tradisional, seoerti kentang, kubis, kol, wortel dan sebagainya.
Kedua, memperkenalkan atau menawarkan sesuatu yang sama sekali baru ke konsumen (to create the demand). Produsen menciptakan pasar baru yang belum pernah dikenal oleh konsumen. Contohnya, sekitar tahun 1980-an masyarakat hanya mengenal jagung biasa sebagai sayuran. Kemudian saya mencoba memasukkan jagung manis sebagai pilihan baru. Ternyata konsuman menanggapinya dengan positif dan saat ini komoditas itu sudah menjadi suatu kebutuhan.
Ketiga, pasar yang bergulir begitu saja (go with the flow). Pasar tersebut tumbuh sendiri tanpa diciptakan, dicari dan tanpa dilayani. Mungkin merupakan perwujudan atau kombinasi dari pendekatan pertama dan kedua.

STRATEGI KEWIRAUSAHAAN
Strategi kewirausahaan menyangkut kesesuaian, kemampuan internal dan aktifitas perusahaan dengan lingkungan eksternal dimana perusahaan harus bersaing dengan menggunakan keputusan-keputusan strategis. Dalam melakukan strategi usahanya, wirausaha biasanya menggunakan salah satu strategi dari empat strategi, sebagai berikut:
1). Berada pertama dipasar dengan produk dan jasa baru
2). Posisikan produk dan jasa pda relung pasar (niche market) yang tidak terlayani.
3) fokuskan barang dan jasa pada relung yang kecil tetapi bisa bertahan.
4) Mengubah karakteristik produk pasar atau industri
Strategi pertama , sering dipilih oleh wirausaha, meskipun paling beresiko. Setelah strategi pertama sukses, maka selanjutnya mempertahankan posisi kepemimpinan pasar (market leader).
Strategi kedua, menyangkut pengembangan ketrampilan untuk menanggapi peluang yang diciptakan oleh perusahaan yang berada dipasar pertama. Yang sering terjadi adalah banyak peniru (imitator) memperbaiki atau memodifikasi barang dan jasa untuk menciptakan nialai yang lebih tinggi bagi pembeli. Bila demikian, wirausaha perlu memindahkan daya saingnya kesegmen pasar lain dengan mendominasi segmen pasar kecil yang dipandang perusahaan besar tidak memiliki peluang.
Strategi ketiga, yaitu perubahan karakteristik produk, pasar, atau industri yang berbasis pada inovasi. Strategi ini dilakukan untuk mengubah produk dan jasa yang telah ada, misalnya mengubah manfaat, nilai dan karakteristik ekonomi lainnya












Gambar 1 : Strategi Menciptakan Jejaring (net working)














V. WIRAUSAHA SUKSES

Majuan-mundurnya sebuah Negara ditentukan oleh banyak atau sedikitnya para wirausaha dalam Negara tersebut. Semakin banyak wirausaha dalam suatu Negara. Semakin maju Negara tersebut. Sebab para wirausaha mampu meningkatakan nilai tambah sebuah produk.
Wirausaha (entrepreneur) diartikan sebagai seseorang yang mempunyai banyak gagasan dan berani melaksanakan gagasan tersebut sehingga menjadi sesuatu kenyataan. Gagasan tersebut berkaitan dengan harapan akan memberikan hasil yang lebih baik terhadap dirinya, apabila gagasan tersebut dilaksanakan. Jadi seseorang wirausaha pada dasarnya adalah seorang yang berani mengambil langsung tanggungjawab terhadap resiko yang timbul atas pelaksanaan dari gagasan tadi. Istilah wirausaha diartikan seorang yang berani mengambil tanggungjawab untuk mencitakan, melaksanakan dan sekaligus memperkenalkan gagasan/ide kepada masyarakat dan lingkungan dengan harapan akan memberikan hasil yang lebih baik kepada kehidupan dan para organisasinya yang menjadi tempat untuk melaksanakan kegiatannya
1. Orang yang memutuskan untuk mengambil alih resiko dalam memperkenalkan produk baru serta mencitakan teknologi baru untuk memajukan perekonomian serta untuk mencapai tujuan.
2. Orang yang imajinatif, dit andai oleh kemampuan dalam menetapkan sasaran serta dapat mencapai sasaran itu. Juga memiliki kesadaran yang tinggi untuk menentukan peluang-peluang, membuat keputusan dengan menerapkan inovasi yang memiliki resiko yang moderat.
3. Orang yang mampu memberikan sumberdaya pada suatu kombinasi yang nilainya menjadi lebih besar dari pada sebelumnya dengan berbagai inovasi dan pembaharuan.
4. Orang mampu menciptakan kemakmuran bagi dinya sendiri dan orang lain . yang menemukan teknik atau cara yang lebih baik dalam memanfaatkan semberdaya, memperkecil pemborosan , serta menghasilkan produk dalam upaya memuaskan kebutuhan orang lain.
5. Wirausaha didorong oleh kekuatan – kekuatan tertentu yakni kebutuhan untuk berprestasi, berekperimen, serta untuk mampu untuk merealisasikan keinginan dan kebutuhan tersebut. Juga mampu mempengaruhi orang lain agar mendukung tujuhan.
6. Bagi pengusaga lain, kehadiran wirausaha akan dianggap sebagai adanya suatu ancaman terhadap bisnisnya, pesaing yang agresif, sekaligus dapat dijadikan mitra kerja baru, agen baru mampu sebagai, daya serap tinggi, dan daya ungkap secara benar terrhadap segala informasi yang diterima. memiliki analisis yang tajam dan mememukan solusi yang tepat.
Ciri – ciri wirausaha sukses profesional dan beraklaq mulia “ ciri – ciri wirausaha yang profesional sebagai berikut :
1. mampu melihat peluang dan membutuhkan gagasan orsinel yang memanfaatkan pada kesempatan terbaik.
2. mampu mendapatkan informasi dan dimanfaatkan untuk kemajuan perusahaan.
3. dinamis , kreatif, inovatif sehingga terus – menerus memikirkan dan menciptakan gagasan untuk dilaksanakan.
4. ulet, tidak cepat menyerah karena dilandasi keyakinan bahwa untuk mencapai kemajuan perlu kerja keras
5. berani mengambil resiko yang diperhitungkan dulu.
6. agresif , kompetitif dan memiliki motivasi untuk mencapai keberhasilan.
Ciri – ciri wirausaha yang beraqlak mulia sebagai berikut :
1. siddiq menjaga kebenaran , kejujuran ,satunya kata perbuatan.
2. Amanah dapat dipercaya , bukan saja dalam urusan pertanggungjawaban harta benda, juga dapat dipercaya melaksanakan tugas sebaik – baiknya.
3. Fathonah, memiliki kecedasan , daya tangkap, daya serap tinggi, dan daya ungkap secara benar terrhadap segala informasi yang diterima . memiliki analisis yang tajam dan mememukan solusi yang tepat.
4. Tabliqh, menyampaikan informasi , analisa dan solusi secara terbuka tidak ada yang di tutup – tutupi dan tidak ada yang di manipulasi.

Fungsi wirausaha.
Secara sederhana fungsi atau peran seseorang wirausaha yaitu sebagai orang yang menghasilkan suatu produk (dalam bentuk benda atau jasa). Produk tersebut bukan untuk dipakainya sendiri, melainkan untuk ditawarkan kepada orang lain yang memerlukan dan bersedia untuk membelinya dengan harga tertentu. Dari hasil itulah ia memperoleh pendapatan untuk nafkah hidupnya serta keuntungan untuk mengembangkan usahanya lebih lanjut (pengertian wirausaha mempunyai peran sosialyang menjadikan ekonomi suatu komonitas berputar).
Seringkali muncul gambaran wirausaha ssebagai pengejar uang dan keuntungan semata. Tentu saja gambaran ini tidak tepat karena wirausaha sejati adalah bagaimana mewujudkan suatu gagasan usaha menjadi kenyataan dan masyarakat memperoleh manfaat dari produk yang dihasilkan. Uang hanya mistar ukuran bagi keberasilan karya wirausaha dan keuntungan merupakan syarat yang yang perlu bagi kelanjutan wirausaha.
1. Keberlanjutan hidup perusahan .
2. Penyediaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat kerjanya.
3. Meningkatkan kesejahteraan kariawan .
4. Meningkatkan kwalitas hidup para pemakai produknya.
5. Perbaikan mutu lingkungan dan lokasi usaha.
Perilaku wirausaha biasanya ditentukan oleh dorongan yang berasal dari dalam dirinya untuk bertindak atau melaksanakan sesuatu : Dorongan yang demikian itu bias dikenal dengan istilah “motivasi”.
Motivasi seseorang biasanya di pengaruhi oleh kebutuhan-kebutuhan yang harus di penuhinya. Apabila kebutuhannya masih berada pada tingkat yang mendasar, maka motivasi orang tersebut berkisar pada masalah-masalah bagaimana memenuhi kebutuhannya yang mendasar tadi, misalnya kebutuhan akan makan, pakaian, tempat tinggal dan sebagainya, sehingga perilakunya akan di tunjukan oleh hal-hal yang berkenan dengan itu. Selanjutnya apabila kebutuhan-kebutuhaanya telah dipenuhi maka bisanya tuntunannya akan meningkat, karena dia telah berada pada tingkat kebutuhan berukutnya, tidak lagi yang menyangkut kebutuhan yang mendasar.pendapat ini merupakan hasil penelitihan dari seorang pakar yang bernama Abraham Maslow” hasil penelitian dikenal dengan nama “Tingkat Kebutuhan Berjenjang dari manusia yang merumuskan sebagai berikut:
Pada dasarnya pendapat lima tingkat kebutuhan manusia , secara singkat dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Kebutuhan faali atau fisiologi, yang berkatan dengan penemuan atas kebutuhan dasar manusia seperti sandang, pangan dan papan.
2. Kebutuahan rasa aman , yang berkaitan dengan kebutuhan hak untuk memperoleh keamanan dalam arti terbebas dari segala macam ketakutan .
3. Kebutuhan untuk rasadimiliki dan dicintai atau dapat pula dikatakan sebagai kebutuhan social yang berkaitan dengan kebutuhan untuk berubungan dengan orang lain yang kemudian dapat berlanjut menjadi saling membutuhkan.
4. Kebutuhan untuk rasa di hargai, yang berkaitan dengan kebutuhan untuk mencapai ambisi – ambisinya dan memperoleh penghargaan dari orang lain.
5. Kebutuhan untuk pengakuan diri, yang bekaitan dengan kebutuhan untuk menjadikan dirinya merasa telah terpuasi oleh ambisi – ambisinya selama ini dan menyadari atas segala kemampuan dirinya.
Motivasi seseorang wirausaha biasanya berada pada tingkat kebutuhan yang kempat, yaitu kebutuhan untuk memperoleh penghargaan, sehingga prilakunya selalu tidak pernah puas terhadap apa-apa yang pernah di capainya dengan senantiasa ingin mengembangkan melaluhi motivasi. Dengan perilaku yang demikian itu, maka seorang wirausaha dapat dicirikan dengan sifat, tingkat laku dan jiwa sebagai berikut:

Jiwa Wirausaha.
Para wirausaha adalah induvidu-individu yang berorentasi pada tindakan bermotivasi tinggi untuk mencapai tujuhandalam situasi yang mempunyai resiko.
Ciri –ciri wirausaha berikut akan menjelaskan profil wirausaha.



Ciri – ciri Watak
Percaya diri • Kepercayaan
• Ketidaktergantungan
• Optimis
• Mandiri
Beorientasi tugas dan hasil • Kebutuhan akan prestasi
• Berorientasi kepada laba
• Tekun
• Tabah
• Tekat kerja keras
Mengambil resiko • Kemampuan mengambil resiko
• Suka pada tantangan
Kemimpinan • Berjiwa kemimpinan
• Dapat bergaul dengan orang lain
• Menghadapi saran dan kritik
Keorsinilan • Inovatif
• Kreatif
• Fleksibel
• Mengetahui banyak informasi
Berorientasi kemasa depan • Pandangan jauh kedepan
• prespektif

Sejauh ini memang masih ada dua pendapat mengenai wirausaha, yakni apakah kewirausahaan itu merupakan “bakat bawaan” atau “dipelajari” gambaran berikut ini dapat menjelaskan proses pertumbuhan jiwa wirausaha:
Kreatif
Dalam penerapan selalu aktif untuk memperbaiki, pengembangan hal-hal yang dinilai sudah cocok lagi. Tentu saja perubahan ini mengarah pada kemajuan. Jadi disini, jiwa sebagai wirausaha tidaklah menerima dan melakukan apa yang diperintahkan.
1. Memanfaatkan peluang
Cermin jiwa memanfaatkan peluang nampak ketika perusahaan mampu memanfaatkan peluang – peluang usaha yang tersedia maupun yang potensial tersedia. Dengan pengertian tersedia, berarti sudah ada tinggal memanfatkan sedangkan potensial relative belum jelas dan harus di ciptakan.


2. Inovasi
Pemanfatan peluang seperti contoh di atas dari segi tantangan dapat di katakan kadarnya sedang-sedang saja. Kejadiannya agak lain atau agak berat apabila perusahaan bukan hanya memanfaatkan potensial yang ada, tetapi harus mencitakan hal yang baru. Disini benar-benar di tuntut jiwa kewirausahaan kemampuan untuk membaca kondisi kedepan membandingkan dengan potensi yang ada.

Gambar 1 : Hasil kreasi Dan Inovasi


Mesin Sealer Cup Otomatis Mesin Pres Santan




Rengginang Singkong Jenang Pisang
VI. MANAGEMEN PEMASARAN

MISI PERUSAHAAN
Rumusan misi (mission statement) bertujuan untuk menjawab pertanyaan: Dalam bidang usaha apa seharusnya kita berada? Bidang usaha ini bisa saja merupakan atau bukan merupkan bidang usaha kita sekarang. Selanjutnya mission statement anda harus dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: Siapa yang akan menjadi pasar anda? apa jenis produk dan jasa pelayanan and? Manfaat apa yang diberikan produk tersebut kepada pembeli? Apa yang menjadi kemampuan khusus anda, kekuatan atau keunggulan bersaing anda? Mission statement yang ideal seharusnya didasarkan atas suatu penelaahan yang seksama terhadap seluruh lingkungan dimana perusahaan akan beroperasi, sehingga anda dapat melihat kekuatan-kekuatan (Strenght), kelemahan-kelemahan (Weaknesses), kesempatan-kesempatan (oportunity) dan hal-hal yang mengancam perusahaan (Threats) yang dihadirkan oleh lingkungan dimana perusahaan anda bekerja. Analisa swot ini membantu anda dari ketidaktahuan perubahan perkembangan produksi, peraturan pemerintah, persaingan dan lain sebagainya.
Pertanyaan kunci dalam pendidikan perusahaan adalah: dalam bisnis apa sebenarnya anda berada? Jawaban anda atas pertanyaan ini akan mempengaruhi semua rencana usaha dan perseps anda anda tentang pasar dan produk anda. Jawaban anda atas pertanyaan atas pada gilirannya nanti akan menentukan bidang-bidang penelitian apa yang harus anda lakukan yang akan memberikan mnfaat paling baik bagi anda, perkumpulan atau organisasi mana yang akan anda masuki dan (untuk bidang usaha jasa, eceran, perhotelan) dimana lokasi perusahaan anda.
Reaksi atau jawaban spontan atas pertanyaan diatas adalah dengan mengatakan “Saya akan terjun ke dalam bisnis komputer” atau “Saya menjual sejenis peralatan olahraga kepada toko-toko olahraga”. Semua ini merupakan awal jawaban anda, yang didasarkan pada produk atau pasarnya. Tujuan pengajuan pertanyaan diatas adalah untuk memberikan batasan dalam bidang apa anda akan berada, produk apa yang akan anda jual dan siapa pembelinya, dan apa yang akan membuat perusahaan anda berbeda dari yang lain. Semua disajikan paling banyak dengan 25 kata. Anda akan menuangkan semuanya dalam rumusan misi perusahaan dalam bentuk kalimat singkat yang menggambarkan tujuan perusahan, atau disebut juga company motto, sebagai pedoman untuk tetap menjadikan perusahaan anda menitikberatkan pada bidang usaha utamanya.
Salah satu hambatan paling besar pengaruhnya dalam membatasi kemajuan perusahaan-perusahaan baru adalah ketidakjelasan mengenai inti dari bidang usahanya tersebut. Akibatnya, berbagai kegiatan pada tahap persiapan dikerjakan dengan terpisah-pisah. Memakan biaya yang tinggi dan timbul banyak kesalahan, dan seringkali semuanya ini menyebabkan perusahaan yang belum berpengalaman menjadi terhambat.
Suatu misi statement yang baik akan sangat menolong anda dalam menentukan apa yang seharusnya anda lakukan. Sebagai contoh “Upsirt Publishing Company” adalah menyedaiakan peralatan manajemen bisnis yang manfaat untuk pengusaha kecil dan orang-orang serta organisasi yang bidang usahanya membantu para pemilik perusahaan kecil. Hal ini memberikan gambaran apa yang sebenarnya ditawarkan oleh upsirt, yaitu peralatan manajemen bisnis yang berguna. Sekarang ini adalah buku-buku dan publikasi lainnya, dan untuk masa datang adalah perangkat lunak (software) dan media lain yang berfungsi untuk mentransfer informasi. Dengan mission statement ini Upsirt selanjutnya menetukan sasaran pasar produk atau jasa pelayanan, sehingga dapat menghindari biaya periklanan yang mahal. Mission statement upsirt ini juga memberikan karakteristik ini produk yang berbeda: peralatan tersebut harus bermanfaat dan dapat diterapkan

PERILAKU KONSUMEN
Kepada siapa anda menjual ? biasakan menempatkan pelanggan dan calon pelanggan pada titik pusat strategi anda. Karena, jika anda tidak memiliki pelanggan berarti anda tidak memiliki perusahaan. Salah satu manfaat terbesar dengan adanya persiapan pendirian perusahaan adalah bahwa anda mempunyai batasan dalam menentukan siapa yang akan menjadi konsumen anda. Jika segala sesuatunya tidak berubah, tentunya lebih baik berhadapan dengan orang-orang yang kita sukai, kita hormati, dan kita senangi daripada berhadapan dengan orang-orang yang tidak kita sukai, tidak kita hormati dan tidak kita senangi. Dalam menentukan pasar sasaran (target market) yang realistis membutuhkan pengetahuan mengenai produk apa yang akan anda jual, cara memasuki pasar sasaran (melalui periklanan dan instrumen promosi lain serta lokasi dan saluran distribusi penjualan yang anda miliki). Dan alasan mengapa konsumen membeli produk perusahaan anda dan produk para pesaing anda. Pasar sasaran ini harus cukup besar dan kaya untuk menjadikan proyek anda sebagai sesuatu yang menguntungkan. Anda harus banyak memahami mengenal pasar anda, pengetahuan ini dipengaruhi oleh pengalaman dan keterbiasaan anda dengan pasar tersebut.
Hendaknya anda selalu ingat bahwa semua keputusan pembeli atau tidak membeli dibuat oleh individu-individu dan bersifat subyektif. Dengan berpedoman kepada rumusan ini saja peluang anda untuk sukses menjadi bertambah, sebab anda sudah terbiasa dengan konsumen yang merupakan target pasar anda. Jika anda tidak memiliki pengetahuan tentang wawasan ini, pastikanlah anda memiliki sekarang juga atau secepatnya. Tidak ada kegiatan yang kurang memberi hasil dan begitu membebani perusahaan kecil menjual kepada pasar yang hanya sedikit dikenal atau bahkan tidak mengenalnya sama sekali.
a. Kenapa calon pembeli anda bersedia membeli produk atau jasa anda ini?
b. Kapan waktunya mereka membeli produk atau jasa tersebut? apakah kadang-kadang saja (seperti membeli jasa perbantuan hukum, perhiasan jasa pelayanan), atau seminggu sekali (seperti membeli kebutuhan sehari-hari), setahun sekali (seperti membeli asuransi), secara musiman (seperti membeli perlengkapan olah raga)?
c. Bagaimana akan membayar: tunai atau cicilan? Membeli dalam jumlah besar atau kecil?
d. Berapa rentang harga (price range) yang anda akan tawarkan ?
e. Dimana mereka akan mendapatkan produk atau jasa anda ?
Ketahuilah bahwa semua pertanyaan di atas mempunyai unsur-unsur pemasaran (marketing) setiap keputusan bisnis yang anda buat harus mempertimbangkan pasar anda. Bila anda melupakan pelanggan anda maka pelanggan andapun akan melupakan anda. Keadaan ini berlangsung dengan cepat. Dan ingat bahwa tidak mempunyai pelanggan, anda sebenarnya tidak mempunyai perusahaan. Besarnya suatu kelompok konsumen akan pantas disebut segmen apabila kelompok tersebut cukup besar atau cukup menguntungkan.
Dapat dilaksanakan. Seberapa jauh segmen tersebut dapat dicapai dan dilayani dengan efektif, atau dengan kata lain sederhana dan mudah dilaksanakan serta hemat tenaga, biaya dan waktu.

TERAPKAN TARGET PENJUALAN YANG HARUS DICAPAI
Sejauh ini anda telah mempunyai banyak waktu dan alasan untuk mengubah awal penjualan anda. Salah satu alasan mengapa anda perlu terbiasa dengan dunia usaha yang sejenis dengan anda dan menanyakan orang-orang yang pengalaman di bidang usaha anda adalah untuk mencegah hal-hal buruk akibat perbuatan sasaran penjualan yang tidak masuk akal. Padahal, anda akan membuat proyeksi penjualan antara lebih jelas dan rinci. Untuk sekarang, jawaban-jawaban belum dibutuhkan untuk pertanyaan-pertanyaan ini.
Berapa jangkauan jumlah penjualan yang menurut anda akan dapat mempertahankan selama tahun pertama? Ini harus didasarkan pada hasil penelitian anda. Jawaban seperti “antara nol dan Rp. 5.000.000,- ‘ tidak akan membantu jawaban “antara Rp. 350.000,- sampai Rp.5000.000,- tentu akan membantu”.
Jumlah Rupiah penjualan = jumlah unit yang dijual x harga. Anda barang kali berpendapat lebih mudah mendapatkan angka dalam ukuran jumlah unit yang dijual, jumlah jam per minggu atau per bulan yang dapat dibebankan (untuk perusahaan jasa), jumlah pelanggan atau ukuran lain penjualan dari pada nilai uangnya. Dan seterusnya anda akan memperoleh informasi semacam ini dengan menanyakan kepada praktisi, pakar-pakar dalam bidang ini, dan terbitan-terbitan dari himpunan perusahaan sejenis. Ini adalah persoalan penting sehingga anggota redaksi dan para penulis tidak akan membiarkan hal ini begitu saja. Mintalah bantuan petugas perpustakaan.

A. Proyeksi Penjualan
Memperkirakan jumlah penjualan biasanya sebagai bagian dari proyeksi keuangan yang paling sulit. Dalam beberapa hal memang demikian. Membuat proyeksi penjualan lebih banyak unsur seninya dari pada unsur ilmunya dan bisa diduga proyeksi penjualan tidak pernah sama dengan yang sebenarnya. Begitu banyak faktor pada angka perkiraan tersebut terlalu tinggi. Mengapa ? Hal ini karena banyak biaya dari pada tercapainya proyeksi penjualan dan memang meningkatkan pengeluaran selalu lebih mudah dari pada menghemat atau menguranginya.

B. Penempatan Produk
Penempatan produk adalah tindakan merancang produk dan bauran pemasaran agar dapat tercipta kesan tertentu dibenak konsumen. Apa yang akan membuat anda lebih unggul dari saingan anda? Penganekaragaman (differentiation) atau penempatan produk pada kedudukan terbaik (positining) merupakan strategi pemasaran yang paling penting untuk perusahaan kecil. Tujuan anda adalah menemukan suatu pasar yang posisinya sesuai, pasar yang cukup besar sehingga menguntungkan (profittable), dan pasar yang hanya membutuhkan biaya yang kecil untuk mempertahankannya dari ancaman perusahaan-perusahaan lain. Carilah pasar yang dapat disesuaikan dengan sumber daya, kepentingan dan kemampuan anda.
Beberapa penganekaragaman akan sesuai dengan kepentingan dan kemampuan anda. Beberapa penganekaragaman akan sesuai dengan rencana pendirian perusahaan anda. Beberapa cara yang lain tidak sesuai. Anda tentunya telah memutuskan dengan cara bagaimana anda akan menempatkan perusahaan anda pada suatu posisi, sehingga anda dapat mempengaruhi menjual atas dasar keunggulan kualitas, anda akan menggunakan cara-cara tertentu. Jika anda memutuskan untuk menganekaragaman produk atas dasar kemudahan bagi pembeli, atas dasar harga, atau atas dasar keawetan, anda mempunyai cara-cara lain untuk melakukannya anda tidak bisa mengikuti semua cara tersebut tanpa menyebabkan pudarnya kesan umum masyarakat terhadap perusahaan anda.
Beberapa cara yang dipakai perusahaan-perusahaan dalam melakukan penganekaragaman produk dan jasa, adalah sebagai berikut :
1. Kualitas (quality)
2. Mutu pelayanan (service)
3. Nilai khusus yang diberikan orang (perceived value)
4. Kemudahan mendapatkannya (convenience)
5. Dapat diandalkan (reliability)
6. Harganya (price)
7. Terbiasa (familiarity)
8. Asli, bukan jibplakan atau hasil modifikasi
9. Ada garansi (warrenty)
10. kemudahan pembayaran (financing oftion)
11. Luasnya jumlah dan jenis produk (product range)
12. Mengkhususkan diri pada produk tertentu (speciatitaion0
13. Mendapatkan kepercayaan (credentialso)
14. Metode produksi (method production)
15. Akses membeli (accessibility of purchse)
Semakin anda lebih terbiasa (familiar) dengan produk atau jasa, perusahaan anda, pasar, dan dengan saingan. Maka anda mulai dapat melihat cara-cara lainnya yang tersedia untuk menganekaragaman produk atau jasa perusahaan anda.







VII. BAURAN PEMASARAN

Bauran pemasaran ada 4 P: (Product, Price, Place, Promotion). Bauran pemasaran ini penting untuk diketahui oleh seorang pengusaha untuk menciptakan keunggulan produknya dan strategi bersaing bagi produknya.

Produk
Product adalah sesuatu yang dapat ditawarkan atau yang dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan yang konsumen berdasarkan tingkatan produk dibagi menjadi tiga macam yaitu :
1. Inti produk
Inti produk berupa manfaat dan jasa pelayanan yaitu kemudahan mendapatkan produk tersebut. Contohnya adalah obat merah untuk mengobati luka ringan.
2. Wujud produk
Wujud produk berupa mutu, model, ciri, kemasan dan nama merk. Disini konsumen dalam membeli produk tidak hnaya mencari manfaat dan jasanya, tetapi karena harga diri, gengsi dan citra. Contohnya adalah betadine.
3. Tambahan produk
Tambahan produk berupa instalasi (pemasaran) penyerahan tepat waktu, pelayanan purna jurnal, jaminan (garansi) dan kredit. Contohnya adalah komputer










Gambar 1
Tiga Tingkatan Produk















Berdasarkan pemakainannya, produk dibagi menjadi dua golongan yaitu:
1. Barang konsumen
Barang-barang yang dipakai oleh konsumen akhir industri tanpa proses atau pengolahan lebih lanjut. Contoh: pakaian, telor, garam, mobil dan lain-lain
2. Barang Industrial
Barang-barang yang dipakai untuk membuat barang konsumsi untuk barang industrial lainnya. Untuk jasa atau untuk melancarkan pekerjaan perusahaan lain jadi tergantung pada barang, apakah dibeli untuk dikonsumsi, untuk pembuatan barang lain. Untuk dijual atau untuk kepentingan pihak lain. Contoh: daging, kertas, kentang, tepung dan lain-lain.

Desain produk
Dengan persaingan yang tajam dibanding mutu pelayanan serta aspek lain, maka desain menjadi alat yang mampu menjaga daya jual produk dibanding produk lain. Kreativitas dan keunikan desain serta manfaat-manfaat baru yang ditimbulkannya akan menarik bagi konsumen. Begitu pula dengan corak yang inovatif dan warna-warna yang menawan melawan arus.
Industri kecil dituntut selalu mengembangkan desain dan model serta manfaat dari produknya, serta menggunakan bahan baru yang sebelumnya tidak pernah atau belum ada yang memanfaatkannya. Dengan demikian kekurangan dari segi mutu dan pelayanan dapat dialihkan agar konsumen hanya mempertahankan model dan manfaatnya.



Gambar 2 : Produk Krepik Apel




Ada tiga tahap pengembangan produk yaitu :
1) Meniru (Imitasi)
Tahap ini merupakan tahap yang paling mudah dan murah, karena tidak mengeluarkan biaya riset dan pengembangan. Contoh ; anda beli adaptor merk Ten. Kemudian anda buka dan dilihat bagian demi bagian, selanjutnya anda meniru produk tersebut, bahkan merknyapun dibuat mirip Teen. Tujuannya untuk mengelabuhi konsumen.
2) Modifikasi
Setelah punya pengalaman dalam meniru produk, maka jangan berhenti disitu kembangkan kreasi anda lakukan dengan ciri khusus, warnanya, modelnya kemasananya, dan lain-lain.
3) Inovasi
Tahap selanjutnya adalah inovasi membutuhkan biaya yang mahal dan waktu yang agak lama, karena membutuhkan biaya riset dan pengembangan. Dalam pengembangan desain produk lebih membutuhkan aspek imajinatif dan kreativitas sang pengusaha/perancangnya, untuk mengembangkan gagasan produk baru dapat digali dari potensi dan fenomena alam seperti: hewan, ikan, tumbuhan, lembah, air terjun, dan lain-lain. Banyak dari para perancanga terkenal yang menemukan ide tentang motif dan model baru, menemukan inspirasinya lewat keindahan alam yang dikaruniakan Tuhan.
Harga
Semua organisasi baik yang bermotif mencari laba maupun non laba selalu menghadapi penetapan harga produk sebagai contoh, berpa harga yang layak untuk sebuah durian, uang kursus komputer, sewa traktor, gaji karyawan, dan lain-lain.
Untuk menetapkan harga biasanya perlu dilakukan uji coba dipasar. Apakah konsumen menerima atau menolak harga tersebut. Apabila konsumen menerima harga tersebut, apakah berarti harga yang ditetapkan sudah layak dan wajar. Tetapi jika mereka menolak, biasanya harga akan berubah dengan cepat. Keputusan tentang penetapan harga perlu dicocokkan dengan keputusan tentang produk. Hal ini karena harga merupakan bagian dari penawaran suatu produk, seperti juga kemasan dan merk.
Metode penetapan harga didasarkan pada biaya produksi. Dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Metode biaya plus
Dalam metode ini, penjual atau produsen menetapkan harga jual untuk satu unit barang yang besarnya sama dengan biaya persatuan. Produk ditambah dengan jumlah untuk menutup laba yang diinginkan (disebut margin) pada unit tersebut.
Formulanya dapat dilihat sebagai berikut :
Contoh :

Seorang kontraktor bangunan akan membangun dan menjual lima buah rumah dengan rincian biaya sebagai berikut :
- Biaya bahan baku Rp. 15 juta
- Biaya tenaga kerja Rp. 5 juta
- Biaya lain seperti sewa alat, penyusutan, gaji, administrasi Rp. 8 juta
- Jumlah Rp. 25 juta
Apabila ia menghendaki laba sebesar 10 % dan biaya total maka:
- Harga total = biaya total + laba
= Rp. 28 juta + (10 % x 28 juta)
= Rp. 30,8 juta
Dengan demikian masing-masing rumah akan dijual seharga Rp. 7,6 juta (Rp. 30.8 juta : 5). Dengan laba sebesar Rp. 5.000.000,- (Rp. 2,8 juta : 5)
2. Metode harga mark up
Metode ini banyak dipakai oleh para pedagang. Cara menentukan harga jualnya yaitu harga beli ditambah sejumlah mark up.




Contoh :
Beli beras 1 kwintal senilai Rp. 100.000,-. Bila pedagang mengambil mark up 10 % harga jualnya sebagai berikut : Rp. 100.000,- + (10 % x 100.000,-) = Rp. 110.000,- Jadi harga jualnya Rp. 110.000,- per kwintal atau Rp. 1.100,- per kilo. Jadi mark up merupakan kelebihan harga jual atas harga beli. Keuntungan biasa diperoleh sebagian mark up. Selain itu pedagangnya juga harus mengeluarkan sejumlah biaya eksploitasi yang diambil dari sebagian mark up Misalnya biaya tenaga kerja, pengemas, transportasi dan sebagainya. Besarnya mark up akan sangat tergantung atas jenis barang.
Metode penetapan harga bersaing. Ada tiga cara dalam penetapan harga bersaing, yaitu :
1. Penetapan harga sama dengan harga pesaing
Cara seperti ini lebih menguntungkan jika dipakai pada saat harga persaingan tinggi. Biasanya penjual menggunakan cara tersebut untuk barang-barang standart.
2. Penetapan harga dibawah harga pesaing
Mereka mempunyai prinsip bahan mark up yang rendah akan menghasilkan volume penjualan lebih tinggi. Cara ini merupakan cara bagi perusahaan untuk menanti pasar baru. Jika terjadi kekeliruan dalam penetapan harga ini, perbaikannnya juga lebih mudah.
3. Penetapan harga lebih tinggi dari pesaing
Metode ini hanya sesuai digunakan oleh perusahaan yang mempunyai reputasi tinggi atau perusahaan yang menghasilkan barang-barang spesial atau prestise. Bisa juga untuk produk-produk penemuan baru karena untuk menutupi biaya riset dan pengembangan. Biasanya konsumen sudah peka terhadap harga tapi peka terhadap mutu produk, faktor-faktor prestise, atau demi gengsi.

Distribusi
Intinya distribusi adalah suatu produk dikatakan produk, apabila ia berada ditempat pada saat dibutuhkan oleh konsumen. Untuk itu perusahaan harus melakukan fungsi distribusi agar produk tersebut menjadi wujud yang sebenarnya.
Banyak perusahaan yang tidak dapat mencapai target pasarnya, disebabkan karena tidak mampu mengelola dengan baik saluran distribusinya. Keputusan mengenai saluran pemasaran yang dipilih perusahaan akan sangat berpengaruh pada keputusan pemasaran lain. Misalnya jumlah wiraniaga yang dipakai, alat transport, jumlah gudang yang dipakai dan sebagainya.
Kebanyakan produsen perantara pemasaran untuk menyalurkan produknya kepasar. Meraka membnetuk saluran pemasaran yang sering disebut saluran distribusi.
Menurut Kohler, saluran distribusi adalah himpunan perusahaan atau perorangan yang mengambil alih hak atau membantu dalam pengalihan hak atas barang atau jasa dari produsen ke konsumen.
a. Manfaat distribusi
Manfaat adanya saluran distribusi adalah meningkatkan produk. Azas manfaat tersebut meliputi ;
1. Nilai waktu
Produk pertanian bersifat musiman sedangkan konsumen masyarakat berlangsung terus-menerus. Sepanjang waktu pada waktu panen, produksi melimpah akibatnya harga murah. Pada pedagang perantara menyimpannya untuk dijual pada musim paceklik. Dengan demikian terciptalah stabilitas harga secara tidak langsung.
2. Nilai tempat
Sentral produksi pertanian di desa dan akan dijual dipusat kota atau dari kawasan industri ke kawasan konsumsi.
3. Nilai bentuk
Dari tak berwujud menjadi berwujud, misalnya dari beras ke tepung atau dari satuan besar ke satuan lebih kecil.
4. Nilai kepemilikan
Dari produsen ke perantara pemasaran dan terus ke konsumen
b. Fungsi distribusi
Untuk mengatasi kesenjangan waktu, tempat, bentuk dan kepemilikan antara produsen dan konsumen. Maka anggota saluran pemasaran menjalankan fungsi pokok sebagai berikut :
1. Riset. Pengumpulan informasi yang diperlukan untuk perencanaan dan memudahkan pertukaran.
2. Promosi. Pengembangan dan penyebaran informasi dan komunikasi yang persuasif
3. Hubungan. Pencarian dan komunikasi dengan calon pembeli
4. Kesepadanan. Pembentukan dan penyesuaian tawaran dengan kebutuhan pembeli meliputi kegiatan seperti pengelolaan, grading, perakitan, dan pengemasan
5. Perundingan. Usaha mencapai persetujuan akhir atas harga dan ketentuan lain mengenai penawaran agar perolehan pemilikan dapat terjadi
6. Distribusi fisik. Pengangkutan dan penyimpanan barang
7. Pembiayaan. Perolehan dan penyebaran dana untuk menutupi biaya pekerjaan saluran pemasaran.
8. Pengambilan resiko. Mennaggung resiko dalam hubungan dengan perlakuan pekerjaan saluran pemasaran
c. Jumlah tingkat saluran distribusi
Saluran pemasaran terdiri dari beberapa tingkatan. Setiap perantara yang melakukan usaha penyaluran barang kepada pembeli akhir membentuk tingkatan saluran distribusi. Jumlah tingkat saluran distribusi meliputi:
- Saluran nol tingkat (saluran pemasaran langsung)
Saluran pemasaran ini terdiri dari seorang produsen yang menjual langsung kepada konsumen. tiga cara penting dalam penjualan langsung adalah penjualan dari rumah ke rumah, penjualan lewat pos dan penjualan lewat toko yang dimiliki perusahaan.
- Saluran satu tingkat (mempunyai satu perantara)
Dalam pasar konsumen, perantara sekaligus merupakan pengecer
- Saluran dua tingkat (mempunyai dua perantara)
Dalam pasar konsumen mereka merupakan grosir atau pedagang besar dan pengecer.
- Saluran tiga tingkat (disini ada tiga perantara)
Yaitu grosir, pemborong dan pengecer.
d. Franchise
Sekarang telah berkembang model saluran distribusi yaitu franchise, merupakan sistem kerjasama untuk menyalurkan produk secara selektif oleh perusahaan pemberi lisensi (Franchiser) kepada para pemakai lisensi (Franchisee) dengan sayarat-syarat kerjasama tertentu.
e. Keuntungan yang diperoleh oleh kedua belah pihak diantaranya ;
1) Bagi franchisor atau pemilik lisensi
a. Produk akan terdistribusi secra luas tanpa memerlukan biaya promosi dan biaya investasi cabang baru.
b. Produk dikonsumsi dengan mutu yang sama
c. Keuntungan dari royalti atau penjualan lisensi
2) Bagi franchisee (pemakai lisensi)
a. Popularitas produk sudah dikenal konsumen. hal ini akan menghemat biaya promosi
b. Mendapatkan fasilitas manajemen dan pendidikan serta pelatihan yang diberikan oleh franchisee
c. Mendapatkan image yang sama dengan perusahaan induk
Wirausaha harus mampu mempersiapkan perusahaannya agar mampu mewakili sosok perusahaan induk dan memiliki produk yang mutu dan citranya sama dengan perusahaan induk. Selain itu wirausaha harus pandai memilih induk yang mempunyai potensi untuk dijual dan dikenal oleh masyarakat.
















Gambar 1: Toko oleh-oleh Khas Malang

Promosi
Inti promosi adalah komunikasi. Hal-hal yang perlu diperhatikan agar komunikasi berjalan efektif adalah sebagai berikut ;
• Apa yang akan disampaikan ? Isi pesan
• Kepada siapa pesan tersebut disampaikan ?Komunikasi/khalayak
• Siapa yang akan menyampaikan ? komunikator
• Bagaimana cara menyampaikan ? Media
• Kapan itu disampaikan ? Waktu
a. Fungsi Promosi
1. Memberi informasi mengenai keadaan dan kebaikan produk
2. Mempengaruhi konsumen akan manfaat produk
3. Mengingatkan konsumen akan manfaat produk
Setelah konsumen memperoleh informasi, dipengaruhi, dan diingatkan untuk membeli produk, maka konsumen memiliki proses sebagai berikut:
1. Mempelajari kebenaran dan kebaikan produk tersebut
2. Merasakan keadaan dan mutu produk
3. Membeli produk tersebut
b. Bauran Promosi
Ramuan komunikasi pemasaran yang juga dikenal dengan bauran promosi terdiri dari: 4 P:
1. Periklanan
2. Promosi penjualan
3. Penjualan Persorangan
4. Publisitas
Periklanan adalah setiap bentuk penyajian promosi lewat media cetak dan media elektronik. Promosi penjualan merupkan insentif jangka pendek untuk meningkatkan penjualan produk. Contoh Voucher, beli dua dapat tiga dan lain-lain. Publisitas adalah rangsangan permintaan untuk meningkatkan penjualan. Contoh : informasi perusahaan dalam bentuk simplemen di majalah. Penjualan pribadi meruapakan penyajian lisan dengan satu atau calon pembeli maksudnya menciptakan terjadinya penjualan.
Beberapa alasan penggunaan bauran promosi sebagai berikut :
1. Mengapa kita melakukan periklanan? karena produk tersebut harus disampaikan kepada masyarakat luas.
2. Mengapa kita melakukan promosi penjualan? karena kita ingin meningkatkan loyalitas pembeli
3. Mengapa kita melakukan penjualan pribadi? karena kita ingin menyampaikan produk tersebut pada orang yang relatif terbatas dan membutuhkan lebih banyak informasi.
4. Mengapa kita melakukan publisitas? karena kita ingin meningkatkan citra produk dan citra perusahaan.










Gambar 2 : Promosi perusahaan melalui Pameran

VIII. TEKNIK MENJUAL

Teknik atau seni menjual (salesmanship) sesungguhnya sulit digambarkan dengan kata-kata karena kesan psikologis yang berperan didalamnya merupakan hasil gabungan berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain sikap yang menarik, penampakan atau penampilan seseorang. Suara dan cara berbicara cara mengemukakan pendapat, memberikan perhatian kepada orang lain, cara menggapai dan menjawab pertanyaan, dan suasana sekelilingnya. Kesan pertama yang baik sesungguhnya sudah merupakan setengah sukses. Apabila kesan baik itu dapat dipertahankan terus, maka akan terbentuklah citra yang baik. Citra yang baik adalah kunci utama untuk membina pelangan, dan pelangan adalah urat nadi dalam usaha. Salah satu aspek yang penting dalam mempelajari teknik menjual adalah juga teknik mencari dan membina pelangan. Berbagai faktor yang mendorong dan yang menghambat perlu diketahui dengan baik.
Dalam beberapa hal perlu dipelajari adat istiadat dan budaya masyarakat setempat, terutama untuk dapat mengetahui hal apa saja yang tabu dan hal-hal apa saja yang favourable. Pemantauan perkembangan ekonomi dan tingkat pendapatan masyarakat penting untuk menduga biaya dan daya beli konsumen. Walaupun dalam berbagai hal mungkin perlu penyesuaian sikap yang harus diberikan pada konsumen secara umum ada beberapa hal yang secara universal diperlukan jika ingin sukses dalam dunia usaha. Khususnya dalam usaha pemasaran. Baik berupa barang ataupun jasa. Teknik ini menjual tidak hanya terbatas bagi barang fisik, tetapi juga meliputi barang-barang abstrak seperti misalnya bagaimana teknik menjual ide atau gagasan dan teknik memasarkan jasa.
Teknik menjual atau lebih tepat lagi seni menjual adalah suatu profesi, yang unik dan kompleks, namun menggairahkan. Itulah sebabnya unutk dapat menguasai teknik menjual dengan baik tidaklah cukup dengan hanya membaca buku saja, tetapi perlu pengalaman praktis seperti hyalnya jika seseorang ingin dapat berenang harus latihan di dalam air.
Berikut disajikan beberapa hal penting dan perlu dimengerti serta dipahami tentang teknik menjual agar dapat anda hayati dan anda malkan jika nada ingin sukses dalam usaha pemasaran barang atau jasa.

Pengertian dan Etika Menjual
Pengertian tentang teknik menujual atau salesmanship pada umumnya sama walaupun balasan yang diberikan aleh tiap orang dapat berbeda. Sihit (1982) menyatakan “selesmanship adalah skill atau seni penjualan barang untuk menimbulkan kebutuhan-kebutuhan dan permintaan”. Secara populer pengertian salesmenship juga dikemukakan oleh Baduera dan Sirait (1984) sebagai ilmu membujuk (persuade) yang menampilkan seni (art) untuk meyakinkan orang lain. Dalam hal ini penting memperhatikan agar dicari teknik menjual yang tidak menimbulkan goresan-goresan, benturan atau pertentangan agar tujuan dapat tercapai.
Mengingat tiap individu manusia itu saling mempengaruhi, maka banyak juga yang menganggap bahwa menjual adalah bagian yang tidak terisahkan dari setiap gerak kehidupan individu. Bayi yang merengek atau seorang perjaka yang merayu adalah juga penjual yang dengan suara, tanda, lambang atau gerakannya ingin menarik perhatian dan mempengaruhi orang lain. Dengan demikian, gru, dosen, penyiar radio dan televisi, serta lain-lainnya adalah juga penjual. Tanpa mengetahui seni menjual, kiranya sulit bagi guru, penyuluh dan pendidik lainnya untuk dapat memindahkan “pikirannya” kepada orang lain yang dididik oleh mereka. Para pendidik (guru, penyuluh) harus mampu meyakinkan anak didik atau pesuluh (sasaran penyuluhan) untuk mengubah kemampuan berfikir dan perilaku sesuai dengan yang diharapkan.
Prinsip menjual adalah mengusahakan agar tujuan dapat dicapai melalui kesepakatan tanpa menimbulkan kesan yang jelek atau perselisihan. Dengan kata lain, seni menjual adalah seni untuk dapat memuaskanorang lain, konsumen atau pelanggan dan membentuk citra yang baik pada mereka. Walaupun kepuasan dan persepsi seseorang itu sifatnya subyektif, relatif, berbeda-beda dan tidak mudah terlibat, sangat ideal jika penjual dapat menjadikan orang lain merasa puas dan merasa “beruntung”. Pelanggan sering juga dianggap seperti “raja”.
John Wanamaker dari amerika Serikat merupakan seorang pionis dalam salesmenship, terkanal dengan “prinsip pelayanan” (service principle). Prinsip adalah, “jika anda memberikan pelayanan dan mutu barang yang terbaik, maka pasar akan berada didepan anda”. Sejalan dengan ini dikenal juga teknik pemasaran yang disebut QQS, singkatan dari Quality, Quantity,Service. Jadi, jika anda ingin sukses dalam memasarkan barang produksi, maka perlu selalu usahakan agar mutu tetap terjamin cukup kuantitasnya dan pelayanannya memuaskan.
Pengertian “memberi pelayanan” mungkin juga ditafsirkan bermacam-macam. Pelayanan diartikan secara positif dan dijalankan secara positif pula. Positifnya yaitu segala sesuatu yang tidak melanggar apa yang dilarang, bahkan sebaliknya selalu terarah dan menunjang apa yang dianjurkan dalam tatanan hidup dan kehidupan manusia. Jadi, memberi pelyanan tidak terlepas dari aspek agama hukum yang berlaku, terutama yang menyangkut moral dan etika.
Setiap penjual wajib selalu menjaga nama baik dan mengendalikan diri serta bekerja menurut norma-norma tersebut. Penjualan harus bebas dari citra yang jelek. Culas, menipu, berbohong dan perbuatan lain yang tercela harus dihindarkan demi menjaga nama baiknya. Hal ini hukumnya wajib bagi penjual yang ingin sukses.
Etika menjual yang paling penting adalah sikap mental dan bertanggung jawab. Kedua hal ini, digabungkan dengan faktor-faktor teknik menjual, akan merupakan reputasi (nama baik) bagi setiap penjual (salesmen). Ada benarnya jika orang mengatakan : “yang paling berharga dari segala meilikmu adalah nama baikmu”. Yang berasal dari ungkapan “the most precious of all your possession is your reputation”. Hindarkan diri dari praktek menjual “sekali pukul” jika anda menginginkan kelangsungan dan kemajuan dalam usaha anda. Pekerjaan menjual itu mulia, dan arahkan pekerjaan itu dengan kemuliaan sebagai “menanam modal”, sebab setiap hal yang dapat memberikan pesan dan citra baik adalah modal kuat untuk meraih sukses.
Penjual
Harus diakui secara jujur bahwa saat ini di indonesia masih sangat kekuarangan pengusaha, pedagang dan terutama penjual yang tangguh. Dalam perdagangan internasional, Indonesia masih harus mengejar ketinggalan. Di dalam negeri, tenaga-tenaga pemasaran masih langka. Berbagai perusahaan membuthkan tenaga ini khususnya para penjual (salesmen), dan yang sangat dihargai adalah mereka yang terampil dan berpengalaman. Perusahaan asing berani menggaji dan memberi bonus yang tinggi kepada merak yang dapat memasarkan barang atau jasa yang ditawarkan.

Sikap mental penjual
Beberapa sikap yang penting dan perlu dimiliki oleh seseorang penjual antara lain :
1. Keberanian dan kepercayaan diri yang tinggi, terutama dalam menghadapi calon pembeli dan mengambil resiko
2. Kemauan dan gairah kerja. Karsa atau daya kemauan adalah salah satu faktor pendorong yang penting untuk mewujudkan apa yang diinginkan menjadi kenyataan melalui kerja keras.
3. Gigih dan ulet. Penjual harus memiliki kegigihan dan keuletan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Istilah “tidak mungkin” harus dijauhkan dan dihilangkan dari pikiran.
4. Kepribadian yang menarik. Seseorang akan meiliki kepribadian yang menarik jika dia memiliki sikap yang tanggap, rasa humor, berjiwa besar, ramah, penuh inisiatif, selalu menunjukkan kegairahan kerja dan tingkah laku yang menyenangkan.
5. Keyakinan dan kebanggaan terhadap barang dan jasa yang ditawarkan kepda orang lain. Untuk itu penjual harus :
- Memiliki pengetahuan yang baik tentang barang atau jasa yang ditawarkan
- Yakin terhadap barang, jasa dan kemampuannya
- Yakin bahwa cara yang dijalankan itu benar, tepat dan baik
- Yakin bahwa barang atau jasa yang ditawarkan akan memberi kepuasan dan manfaat terhadap pembeli.
6. Kesediaan untuk memberi pelayanan yang terbaik

Kemampuan penjual
Kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang penjual adalah:
1. Kemampuan melakukan obserfasi dan identifikasi terhadap kebutuhan masyarakat, keadaan pasar, saingan dan para pembeli.
2. Kemampuan mempengaruhi orang lain danmenanam serta memelihara kepercayaan orang lain.
3. Kemampuan menentukan harga yang tepat dan baik
4. Kemampuan mengenal kondisi fisik dan psikologis pembeli
5. Kemampuan membuat suasana yang menyenangkan
6. Kemampuan mencari dan memperoleh informasi yang relefan
7. Kemampuan membuat rencana penjualan
Dalam proses penjualan hendaknya dapat dimengerti dahulu apa sebenarnya yang dituju (tujuan penjualan atau pemasaran), dan persyaratan apa yang harus dimilki atau bagaimana cara untuk mencapai tujuan tersebut. Baduara dan Sirait (1984) mengemukakan gambaran konsepsional tentang suatu rencana penjual yang sukses.
Contoh tabel konsepsional rencana penjual yang sukses
A. Tujuan :
Tingkatan tujuan Ukuran keberhasilan Asumsi penting
1. Pelanggan tetap atau bertambah - Jumlah pelanggan Ada daya beli dan selera membeli
2. Pendapatan meningkat - Volume penjualan Harga jual menguntungkan
3. Pendapatan meningkat - Berapa dan kapan Kehidupan keluarga meningkat
4. Kesejahteraan meningkat - Apa, berapa, dimana
dan kapan




A. Cara :
Mengelola semua modal dengan baik Kegiatan menjual
1. Modal totalitas diri Observasi pasar dan identifikasi kebutuhan
2. Barang, jasa dan ide Pembeli secara tepat
3. Uang
4. Lingkungan
5. Izin yang diperoleh
Sumber : Baduara dan Girait (1984)


Gambar 1 : Pemilik Toko memberikan penjelasan mengenai Kualitas Produk pada Calon Pembeli

Perilaku pembeli
Perilaku pembeli atau customer behavior, menurut Gliboer (di dalam Baduara dan Sirait, 1984) terdiri dari empat golongan, yaitu individualistis, penyaran (sugestible), egosentris dan sosial. Selain itu ada sambilan tipe pembeli perlu diketahui oleh para penjual, yaitu :
1. Pembeli yang sopan dan terhormat. Pembeli tipe ini orangnya ramah, sopan dan baik. Tutur katanya halus dan jika tidak setuju dia akan menolak dengan kata-kata yang halus pula. Misalnya dengan mengatakan akan menghubungi lagi atau masih pikir-pikir dulu. Untuk itu harus pula menunjukkan sikap yang lebih halus pula.
2. Pembeli yang baik budi. Pembeli tipe ini pelu dilayani dengan baik pula. Mereka berhati tulus dan dapat dijadikan sahabat yang dapat saling menolong. Mereka umumnya sangat percaya pada kejujuran orang lain sehimgga kepercayaannya jangan disia-siakan.
3. Pembeli yang cepat dan praktis. Pembeli seperti ini umumnya tidak suka berbelit-belit, dapat berfikir dan memutuskan dengan cepat.
4. Pembeli yang bimbang dan lamban. Mereka bersifat lamban dan sering bimbang atau sangsi, terhadap pembeli yang lamban perlu kesabaran melayaninya, sedangkan terhadap yang ragu dan sangsi lebih baik tidak banyak bicara.
5. Pembeli yang mudah naik pitam. Bila menghadapi orang seperti ini hendaknya sabar dan waspada, jangan membantah atau menyangkal hal-hal yang menurut dia benar atau baik. Berikan kesempatan dan tunggu sampai kemarahannya mereda.
6. Pembeli yang terlalu cepat. Menghadapi pembeli tipe ini sebaiknya anda cepat mengikatnya jika dia mengatakan ya. Segera sodorkan daftar pesanannya dan minta ditandatangani, jangan banyak bicara dan laksanakan segera sebelum dia berubah pikiran.
7. Pembeli yang pasif apatis. Eberapa orang mudah saja berfikir pasif dan apatis tidak perduli dan kelihatan tidak tertarik. Tantangan bagi seorang penjual dalam hal ini terutama adalah bagaimana menemukan sesuatu yang menarik perhatiannya.
8. Pembeli yang intelektual. Pembeli tipe ini umumnya kritis dan tidak terpengaruh oleh perasaan. Lebih banyak menggunakan logika dan tidak tertarik sesuatu yang dilebih-lebihkan. Hendaknya menghadapi mereka dengan menggunakan daya penalaran dan logika yang tepat pula.
9. Pembeli yang aneh. Hendaknya menghadapi mereka dengan memberikan pengertian secara benar tetapi jangan memujinya. Carilah kekurangan atau kesalahannya kemudian berikan koreksi secara halus dan ringan agar tidak menyinggung perasaan.

Motif Pembeli
Seorang penjual yang ingin sukses harus mengenal motif membeli dan keinginan umum naluriah manusia. Seseorang mau membeli atau memerlukan barang dan jasa adalah untuk memenuhi kebutuhan atau untuk memuaskan suatu keinginan yang meliputi
1) Kesenangan 8) Rasa kasihan
2) Ketenangan 9) Mempertahankan status
3) Ketenaran 10) Penambahan kepercayaan diri
4) Keagungan 11) Hemat waktu
5) Kebebasan 12) Hemat biaya
6) Rasa cinta 13) Keuntungan finansial
7) Dorongan seksual

Keinginan umum
Secara naluriah pada umumnya manusia itu:
1) Ingin dan suka dihargai dan dianggap “orang penting”
2) Senang jika dipuji dan dibesarkan hatinya
3) Senang terhadap keindahan dan kemesraan
4) Senang jika diberi simpati (ikut prihatin dan bahagia)
5) Senang jika diungkapkan secara positif apa yang disenangi dan disayanginya

Beberapa kesalahan penjual
Beberapa kesalahan sering dilakukan penjual disengaja atau tidak yang pada akhirnya akan merugikan sendiri, hal ini karena kurang pendidikan, beberapa penjual di daerah yang ramai dikunjungi turis serign mencoba main gila misalnya dengan menawarakan harga yang tinggi atau menipu mutu jika bila calon pembeli bukan daerah setempat. Untuk sekali dua kali mengkin memperoleh keuntungan namun pada akhirnya pembeli yang merupakan media iklan akan mengerti kalau mereka dipecundangi. Kabar buruk yang mungkin disebarkan oleh mereka yang merasa dirugikan itu juga merupakan ilan buruk bagi penjual semua. Makin jauh mereka berasal makin jauh pula tersebarnya kabar buruk.
Selain itu Khan (1983) menyebutkan beberapa kesalahan yang banyak dilakukan para pengusaha atau penjual, antara lain:
1. Kepribadian yang kurang menarik. Bagaimanapun pembeli atau pelanggan meminta pelayanan yang sebaik-baiknya, termasuk kepribadian yang baik dari penjual.
2. Tidak mau belajar atau bekerja keras sehingga kurang kreatif. Mereka yang tidak mau melihat bagaimana mengikat pelanggan, jelas pada suatu saat akan tertinggal dan kalah bersaing dengan mereka yang penuh kreasi dan inisiatif.
3. Terlalu cepat menyerah jika dikritik oLeh calon pembeli. Seharusnya seorang penjual itu penuh akal dan tidak kehabisan cara atau omongan untuk meredam kritik secara halus dan lihai dan sehingga akhirnya pembeli senang dan puas.
4. Kurang memperhatikan para pembeli. Khususnya hubungan baik dengan mereka, hal ini penting karena citra yang baik sering timbul dari pribadi yang baik. Dan salah satunya adalah hal yang baik pula.
5. Mengabaikan orang yang berpengaruh. Salah satu kunci kemudahan dalam dunia usaha adalah hubungan baik dengan mereka yang berpengaruh atau yang berkuasa. Setiap kesempatan hendaknya dipergunakan menjalin hubungan baik.
6. Mengabaikan nilai kunjungan atau pertemuan. Kedua hal ini sebenarnya merupakan media dan kesempatan yang baik untuk memperoleh masukan, memperkenalkan barang dagangan dan kesempatan untuk menjalin hubungan yang baik dan luas.
7. Kurang memanfaatkan potensi pribadi (tidak sadar). Setiap orang sebenarnya mempunyai kelebihan yang jika dipipuk dan dikembangkan akan merupakan sesuatu yang menguntungkan bagi yang bersangkutan. Bentuk fisik tubuh, rupa dan yang penting kepribadian menarik dari seseorang, mungkin kurang disadari. Jika ia sadari dan mau mengembangkan kelebihan yang dipunyainya itu menguntungkan dan memudahkan dalam menjalankan tugasnya. Sebaliknya orang juga harus sadar dari sikap-sikap negatif yang dimilikinya dan berusaha agar tidak muncul agar tidak menggagalkan usahanya.
8. Takut atau menjauhi calon pembeli. Hal ini mungkin sering terjadi terutama pada mereka yang baru. Kepercayaan dirinya masih rendah dan takut atau enggan menemui kesulitan.
9. Mencoba menjual tanpa mengenal calon pembeli. Sebaiknya dipelajari dahulu siapa calon pembeli karena barang itu diproduksi atau diperdagangkan dengan harapan akan laku. Bagaimana barang itu akan laku jika penjual tidak ahu calon pembelinya.
10. Nafsu memburu pesanan besar atau keinginan sekali pukul. Hal ini seperti yang diutarakan terdahulu, umumnya dilakukan oleh penjual yang tidak profesional (pedagang berjiwa tidak wira).
11. Penampilan jelek, ceroboh, acuh tak acuh dan sikap jelek lainnya.
12. Meyakinkan atau menjelaskan barang dagangannya tidak sepenuh hati dan kurang mempromosikan reputasi perusahaannya.
13. Sifat kaku dan tidak luwes serta tidak memberikan alternatif sehingga calon pembeli lari. Seorang penjual yang baik justru mempunyai seribu satu alternatif untuk menarik dan meyakinkan pembeli.
14. Menghindar atau lari dari konsumen yang tidak puas. Hal ini menunjukkan penjual yang kurang tabah dan ulet. Kritik yang diberikan oleh para konsumen mungkin berguna untuk memperbaiki langkah yang kurang kena. Jika penjual mendengarkan keluhan (complain) yang dikemukakan, kemudian memberikan penjelasan yang meredakan dan apalagi yang memuaskan maka citra terhadap penjual atau perusahaan akan makin baik.
15. Meremehkan pesana-pesanan yang kecil. Seringkali penjual kurang menyadari bahwa dari pesanan yang kecil akan timbul Multipying Effect sehiingga volume usaha juga akan makin besar.
16. Menjual juga menjelaskan dari aspek teknologis. Pembeli pada umumnya lebih tertarik pada aspek kegunaan barang bagi dirinya, bukan ingin tahu bagaimana barang tersebut dibuat atau bagaimana mekanisme kerjanya.
17. Bersaing dalam harga dan melupakan segi mutu. Dalam banyak hal orang memang cenderung membeli barang yang lebih murah. Namun faktor mutu sering mengalahkan faktor harga. Dengan demikian bersaing dalam mutu lebih menguntungkan dari pada bersaing dalam harga. Terutama jika masyarakat lebih tinggi tingkat kehidupannya.
18. Hanya meniru penjual lain. Banyak orang yang meniru mode bentuk dari barang dan tidak berusaha untuk mengembangkan ciri khas yang mengarah pada pembentukan citra bagi pembeli sehingga tidak terbentuk ciri khas dari perusahaan yang bersangkutan.
19. Mengabaikan perbuatan baik. Berkaitan erat dengan menjaga hubungan yang baik dalam rangka membuat ikatan dengan calon pembeli ataupun para pelanggan.
20. Mencari-cari alasan untuk membenarkan kegagalannya.
21. Memberi berita yang selalu sama. Kepada pelanggan kita tidak boleh memberikan informasi barang, yang nama barang hanya itu-itu saja, hal ini akan membuat pelanggan cepat bosan dan enggan untuk datang.
22. Menganggap remeh data (informasi). Jangan menganggapnya remeh informasi yang disampaikan karena hal ini menunjukkan yang bersangkutan kurang tanggap dan kurang tertib sehingg atidak memperoleh efisiesi dan ketepatan langkah tindakan jika menghadapi suatu situasi tertentu.
23. Melupakan kerjasama dengan orang lain. Banyak pekerjaan justru akan memperlancar dan ringan berkat kerja sama dengan orang lain.
24. Tidak menggunakan alat bantu dalam menerangkan dan mendemonstrasikan kebolehan barang dagangannya. Alat peraga sebenarnya dapat mendramatisasi sehingga barang yang ditawarkan dapat lebih menarik. Orang akan lebih percaya jika ia pernah melihat.
25. Perhitungan yang tidak tepat dalam perluasan pemasaran. Kesalahan ini sering merupakan akibat terburu nafsu dan salah perhitungan.



IX. MENEJEMEN PRODUKSI

Umumnya pengusaha masih berorientasi pada produksi artinya cenderung membuat produk yang bisa dibuat. D isini pengusaha hanya berfikir produksi, tanpa memikirkan apakah konsumen suka atau tidak terhadap produknya. Pola seperti ini mempunyai resiko tinggi karena boleh jadi, barang yang diproduksi tidak laku dijual karena barang tersebut tidak memenuhi keinginan dan selera konsumen. Akibatnya pengusaha akan mengalami kerugian, bahkan dapat mengalami kebangkrutan.
Oeh karena itu perlu orientasi dari konsep produksi ke konsep pemasaran, artinya perusahaan harus membuat produk yang bisa dijual. Untuk itu mereka harus aktif memantau dan mengamati bagaimana kecenderungan pasar. Perusahaan harus mencari informasi pasar sebelum membuat/memproduksi produk untuk mengurangi resiko kerugian dan kegagalan.

Informasi pasar
Seperti disebutkan di atas, setiap tahap produksi selalu memperhatikan bagaimana informasi pasar. Kegiatan produksi memerlukan informasi tentang apa yang harus diproduksi, bagaimana sifat dan persyaratannya, bagaimana mutunya dan berapa jumlah yang harus diproduksi. Dalam hal ini, sistem pemasaran harus dapat memberikan informasi dan menentukan bagaimana kecenderungan permintaan pasar atau konsumen.
Adalah tidak ada gunanya menghasilkan barang jika ternyata tidak laku di pasaran. Namun demikian hubungan informasi ini bukan satu arah. Sebaliknya, sistem produksi memberikan informasi kepada pasaran tantang apa yang telah dan akan dilakukan untuk disampaikan di pasaran. Seterusnya sistem pemasaran akan mendapatan informasi kembali dari pasaran untuk dianalisa dan disampaikan ke sistem produksi. Demikian seterusnya hubungan itu harus selaras dan saling menunjang. Tentu saja itu semua memerlukan dukungan finansial dan keuangan dan personalia yang memadai.
Dengan demikian, sistem produksi menyusun program untuk dilaksanakan dan melakukan pengendaliannya. Gerakan pengendalian produksi akan mencakup persediaan, proses pembuatan, perawatan sarana produksi, pengendalian mutu dan juga melakukan penelitian-penelitian. Pengendalian produksi harus berusaha agar tidak terjadi kemacetan, kelambatan dan penyimpangan di dalam proses produksi. Dengan demikian usaha itu ditujukan agar tercapai sasaran jumlah dan mutu produk sesuai dengan waktu yang sudah ditetapkan.

Pengendalian Persediaan Produksi
Persediaan produksi meliputi semua barang dan bahan yang dimiliki perusahaan dan digunakan utnuk proses produksi. Perbekalan ini akan terdiri dari (10 bahan baku untuk proses produksi, (2) bahan setengan jadi, olahan yang merupakan bahan produk, (3) bahan pembantu proses produksi, (4) bahan pengemas dan pengepak, dan (5) bahan-bahan lain untuk keperluan pabrik, termasuk pelumas, bahan bakar, suku cadang mesin, perlengkapan bengkel, dan sebagainya.
Pengendalian persediaan terasa sangat penting mengingat bahwa akan berpengaruh langsung terhadap kelancaran dan mutu produksi. Sangat disayangkan atau gara-gara kekurangan persediaan atau mutunya buruk, terjadi kemacetan produksi atau produksinya rendah. Adalah tugas pengendalian perbekalan untuk menunjang kelancaran dan keberhasilan proses produksi, terutama dengan menyediakan persediaan dalam jumlah cukup secara kontinyu dengan mutu yang terpenuhi persyaratan.
Menurut pandangan produksi, perbekalan harus sebanyak mungkin agar kebutuhan proses produksi selalu terpenuhi setiap waktu dengan mutu yang baik tanpa resiko kehabisan persediaan. Tetapi perlu diingat bahwa persediaan yang menumpuk terlalu banyak dan dalam waktu yang lama berarti menjadi modal beku atau mandek. Hal ini merupakan kerugian, apalagi jika modal itu berasal dari pinjaman berbunga. Karena itu pandangan produksi, mutu dan keuangan ni perlu dipadukan. Maka persediaan ini harus disediakan sedemikian rupa sehingga tidak pernah habis dengan mutu tetap baik dan tidak mengakibatkan terlalu banyak modal membeku. Ini merupakan tugas pengendalian persediaan. Untuk mempermudah pelaksanaan pengendalian, diperlukan hubungan informasi yang serasi dengan sistem produksi maupun keuangan. Untuk mempermudah pula, perlu dilakukan tahap-tahap berikut:
1. Membuat daftar jenis-jenis bahan dan barang yang dibutuhkan, keperluannya, syaart-syaratnya dan jumlah yang dibutuhkan.
2. Kemudian dibuat jadwal tentang kapan persediaan itu dibutuhkan. Dari jadwal itu sekaligus dijadwalkan kapan akan dipenuhi, bagaimana cara pengadaannya dan berapa jumlahnya.
3. Mencari pemasok. Pemasok dipilih yang paling memenuhi persyaratan dan mampu menyediakan perbekalan dalam jumlah cukup dan kontinyu. Perlu juga dicari langganan pemasok karena memungkinkan untuk mendapatkan utang dagang. Misalnya cara mencari pemasok dengan penawaran secara umum.
4. Melaksanakan pembelian sesuai dengan yang dibuat. Dalam tahap ini perlu dilakukan pemeriksaan terhadap mutu persediaan apakah memenuhi persyaratan sesuai tuntutan produksi.
5. Karena persediaan ini juga sebagai persediaan maka perlu dilakukan penyimpanan dan penggudangan. Sistem gudang harus dipersiapkan sungguh-sungguh sesuai dengan sifat masing-masing barang. Sistem penggundangan harus dibuat sedemikian rupa sehingga efisien dan mempermudah untuk pengawasan, perawatan, pengontrolan, bongkar pasang barang serta aman bagi barang yang disimpan. Untuk pengawasannya, perlu diadakan pencatatan yang tertib dan baik.
6. Persediaan mungkin akan ada di gudang beberapa waktu sebelum digunakan. Selama itu, harus dilakukan pemerikasaan secara teratur dan tertib tidak hanya terhadap keadaannya tetapi juga mutu, jumlah, perawatan dan pengawasan.
Pengendalian persediaan juga menyangkut pembiayaan. Biaya ini bukan hanya untuk pembelian persediaan saja tetapi juga untuk biaya pemesanan, pengundagan, perawatan selama penyimpanan dan untuk kemungkinan resiko rusak, hilang atau susut.
Pengendalian Proses Produksi
Proses produksi merupakan kegiatan yang terdiri atas:
1. Membuat perencanaan produksi
2. Menyusun program operasional produksi
3. Membuat jadwal pelaksanaan produksi
4. Menghitung biaya produksi
5. Melaksanakan proses produksi
6. Melaksanakan pengawasan terhadap proses produksi
7. Mengendalikan mutu prodeksi
Pengendalian proses produksi pada prinsipnya adalah mengusahakan agar proses produksi berjalan lancar, tepat waktunya dan emnghasilkan produk dalam jumlah dan mutu yang sesuai rencana. Agar pengandalian berhasil, sebelumnya perlu dipenuhi dulu semua persyaratan yang diperlukan oleh proses produksi. Tuntutan itu adalah prosedur kerja yang cocok, susunan dan tata letak peralatan, tata ruang, jenis dan sifat bahan yang dibutuhkan serta jumlahnya. Disamping itu dituntut pula pekerja yang mampu menanganinya. Masalah ini tentunya mudah dipenuhi sebelum proses produksi dilaksanakan. Beberapa untuk mempermudah pengandalian proses produksi atau beberapa hal yang perlu dipertimbangkan untuk dilaksanakan data proses produksi:
1. Membuat suatu model pasar dari produk yang akan dibuat. Model ini dapat dengan kata-kata, gambar atau contoh barang yang sudah jadi (prototipe produk) di dalam prototipe ini dirincikan bagaimana spesifikasinya, misalnya bentuk warna, ukuran dan sebagainya. Spesifikasi ini sebaiknya mudah dimengerti, mudah diamati, diukur, diperbandingkan dan sebagainya sehingga nantinya dapat dipakai alat pengendali mutu (standart).
2. Menyusun daftar komponen penyusun produk itu baik dalam jenis maupun jumlahnya.
3. Menyusun urutan tata kerja pembuatan produk yang ,elukiskan tahap-tahap dan waktu pengerjaan bahan hingga menjadi produk. Bnetuk-bentuk bagan sangat membantu sekali. Dalam bagan ini ada baiknya jika disertakan daftar peralatan, mesin dan tenaga kerjanya beserta persyaratannya sesua tuntutan proses.
4. Disamping waktu yang dicantumkan dalam bagan proses, perlu dibuat jadwal pelaksanaan proses produksi.
5. Menempatkan tenaga pelaksana proses produksi disertai pengawasan yang bertanggung jawab terhadap terlaksananya program yang telah dibuat sehingga dapat mencapai sasaran yang ditentukan
Gambar 1. Proses Pengalengan Nenas
Nenas

Sortasi

Penguapan dan pembuangan mata

Pemotongan menjadi ukuran tertentu

Sortasi

Blanching (15 menit)

Pemasukan dalam kaleng dan penambahan air serta bahan pengawet

Penutupan kaleng

Sterilisasi dalam autoclave

Pendinginan

Pengecekan

Pelabelan

Pengemasan
Gambar 2. Neraca Bahan pengalengan Nanas
Buah nenas segar (100%)

Pengupasan dan pembuangan mata

Nenas kupasan dan tanpa mata (65%)

Pematangan dan sortasi

Nenas potongan yang disortasi (53%)

Pemasukan ke dalam kaleng serta penambahan air, bahan penyedap, dan pengawet sebanyak 20 % dari 53%


Nenas dalam kaleng (60%)
Dengan dilaksanakan tahap di atas, tugas pengendalian tinggal mengawasi dan menjaga agar seluruh kegiaatn proses produksi tetap pada jalur rencana. Disamping itu, hal penting dalam pengendalian proses produksi adalah mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan kerusakan mesin/peralatan. Untuk mencegah kecelakaan disemua tempat dan peralatan yang berbahaya perlu diberikan tanda peringatan dan pengamanan. Sedangkan mencegah kerusakan mesin/peralatan setiap periode waktu tertentu dalam pemeriksaan (service) sebgai indikator (petunjuk) keberhasilan proses produksi
Jika dalam perbedaan hasil tiap tahap dengan yang direncanakan. Perlu dicari apa penyebabnya dan segera diadakan perbaikan. Perawatan mesin dan peralatan seperti diungkapkan di atas. Perawatan mesin dan peralatan diperlukan untuk ikut menjamin kelancaran proses-proses produksi. Dilain pihak, tata letak dan urutan mesin/peralatan pada dasarnya harus sesuai dengan proses. Disamping itu, juga harus disesuaikan denagn tata ruang dan diatur sedemikian rupa sehingga proses produksi efektif dan efisien. Tata letak ini juga harus memperhatikan arus keluar masuknya barang dan produk.
Perawatan perlu dilakukan secara periodik untuk mencegah terjadinya kerusakan fatal yang mendadak yang mengakibatkan terhambatnya proses produksi. Perawatan juga berarti menyiapkan mesin.perawatan pada kondisi puncak kerja dan memperpanjang umur ekonominya. Untuk menghemat biaya perawatan, perlu dicari sarana yang fital artinya jika sarana itu rusak dapat berakibat fatal bagi keseluruhan pabrik. Biasanya jumlah sarana fital ini tidak banyak dan hendaknya dilakukan perawatan yang lebih intensif sehingga terhindar dari kerusakan yang mendadak. Jika dipandang perlu ada baiknya untuk menyediakan cadangan sehingga jika sewaktu-waktu terjadi kerusakan yang tidak dapat dihindarkan proses produksi tetap berjalan dengan menggunakan sarana cadangan tersebut.
Ada baiknya pula untuk memberikan latihan atau kursus untuk meningkatkan ketrampilan pekerja agar lebih menguasai dalam menangani mesin/peralatan. Masalah keselamatan kerja juga harus mendapat perhatian serius. Pengamanan tidak hanya diberikan kepada mesin tetapi juga terhadap pekerja. Peraltan-peralatan yang sederhana seperti masker hidung pada usaha penggilingan padi misalnya, sering tidak digunakan meskipun disediakan. Adalah tugas pengelola untuk mengusahakan agar pekerja mau menggunakannya. Tata letak (layout) untuk menarik minat dan memberi kesan indah serta rapi bagi permukaan maka membutuhkan tata letak yang baik manfaatnya bagi perusahaan adalah akan menarik minat konsumen.








X. TATA LETAK (LAYOUT)

Untuk berpartisipasi serta memberi kesan citra perusahaan dimana rekan bisnis. Ditinjau dari pola layout adalah sebagai berikut:
a. Layout fungsional
Pada pola ini, peralatan yang memiliki tugas dan kegunaan yang sama diatur dan dikelompokkan berdasarkan fungsinya dalam menunjang proses produksi namun tidak merupakan umur peralatan dinamis serta indah.
b. Layout baris
Pada pola ini peralatan dan mesin-mesin diatur dan dilatakkan secara berurutan sesuai dengan peralatan mesin. Tujuan pengaturan adalah untuk mencapai tingkat produktifitas yang tinggi serta mengurangi kros (persilangan bahan setengan jati).
c. Layout campuran
Merupakan pola bagian dimana beberapa peralatan disusun dengan pola baris. Peralatan yang lain, sesuai kebutuhan disusun dengan pola fungsional.
Manfaat layout antara lain:
1. Menciptakan image (citra) suatu tata letak yang teratur rapi an berkesan akan menciptakan image dari pelanggan, mitra bisnis, maupun pihak lain yang berhubungan dengan perusahaan serta relatif mendukung pengembangan usaha dimasa mendatang.
2. Menciptakan kenyamana kerja. Dengan susunan tat letak yang teratur, rapi dan bersih serta enak dipandang mata akan membuat kenyamanan kerja dan semangat kerja bagi karyawan.
3. Menghemat biaya, tenaga dan waktu. Denagn susunan taa letak yang baik dengan mempertimbangkan manajemem alur barang dari awal hingga akhir produksi/operasi akan menghemat biaya, tenaga dan waktu.
Untuk menghemat biaya (jasa interior) pengusaha dapat melibatkan kreatifitas karyawan dalam menyusun tata letak secara umum sebagai berikut:
a. Nyaman dan harmonis
b. Bersih teratur dan rapi
c. Tepat guna dan memanfaatkan setiap sisi ruang
d. Mempunyai kesan eklusif
e. Mengandung unsur tumbuh-tumbuhan untuk kesegaran
f. Mempertimbangkan manajemen atas barang dan pelayanan dari awal hinga akhir produksi/operasional

Layout untuk industri kecil
Sebagai contoh industri tas kulit, pola layout yang cocok untuk diterapkan adalah pola campuran. Karena beberapa peralatan proses untuk kulit (pembersihan, pewarnaan, pemotongan dan sebagainya) harus disusun sesuai pola layout garis perlatan lainnya (penjahitan, finishing dan pengepakan) dapat disusun mengikuti pola fungsional.

Layout untuk usaha jasa
Sebagai contoh kursus komputer, pola yang lebih tepat digunakan adalah pola fungsional sebab, selain komputer perlu ditata terkumpul dalam satu tempat, paralatan lain dan perlengkapan administrasi memerlukan pengaturan posisi secara sendiri-sendiri. Kondisi ruangan kantir dan kursus memerlukan suasana yang rapi an indah sesuia aspek psikologis, layout atau pengaturan peralatan dalam ruangan perlu berubah-ubah dalam jangka waktu 1 – 3 bulan sekali. Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan suasana baru yang berfariasi dan menghilangkan keenuhan karyawan, agar dicapai semangat kerja yang konsisten dan stabil.

Pengertian dan Klasifikasi
Tata letak pabrik (plant layout) atau tata letak fasilitas (facilities layout) dapat didefinisikan sebagai tata cara pengaturan fasilitas-fasilitas pabrik untuk menunjang kelancaran proses produksi. Pengaturan tersebut memanfaatkan luas area untuk penempatan mesin atau fasilitas penunjang produksi lainnya, kelancaran gerakan perpindahan material, penyimpanan material, personel pekerja, dan sebagainya (Wignjosoebroto, 2000). Tujuan dari tata letak adalah untuk mengembangkan sistem produksi sehingga dapat mencapai kebutuhan kapasitas dan kualitas dengan rencana yang paling ekonomis (Assauri, 1993)
Menurut Muther (1992) tata letak fasilitas diklasifikasikan menjadi 3 tipe yaitu layout by fixed position or fixed material location (tata letak berdasarkan posisi material tetap), layout by process or layout by function (tata letak berdasarkan proses), dan layout by product (tata letak berdasarkan produk). Tata letak fasilitas akan diuraikan sebagai berikut :
Layout by fixed position or fixed material location digunakan jika beberapa produk terlalu besar untuk dipindahkan sehingga ditempatkan pada posisi tetap dan tata letak berpangkalan pada bentuk dan ukuran produk (Nahmias, 2001).
Layout by process or layout by function menggunakan metode pengaturan dan penempatan dari segala mesin serta peralatannya yang memiliki ciri-ciri operasi yang sama akan dikelompokkan bersama sesuai dengan proses atau fungsi kerjanya, umumnya dipergunakan untuk industri pengolahan dengan jumlah/volume produksi relatif kecil dan untuk jenis produk yang tidak standar (Wignjosoebroto, 2000).
Layout by product diatur untuk langkah-langkah yang berurutan dalam menghasilkan produk atau jasa, tepat untuk operasi berulang (continuous) (Stoner, 1982).

Berbagai contoh tata letak suatu agroindustri dapat dilihat pada gambar-gambar berikut :



Berbagai contoh tata letak suatu agroindustri dapat dilihat pada gambar-gambar berikut :
Gambar 1. Contoh Lay Out Disain Home Industri Tahu





















Gambar 2. Contoh Tata Letak Stasiun Kerja Pengemasan Biji Permen Sebelum Perbaikan























PETA TANGAN KANAN DAN TANGAN KIRI

PEKERJAAN :Mengemas bahan
NOMOR PETA :03
SEKARANG ; USULAN
DIPETAKAN OLEH :A. Wahid Budi Utomo
TANGGAL DIPETAKAN :
1. Meja kemasan
2. Meja bahan yang akan dikemas
3. Meja sealing
4. Operator pengemasan


Tangan Kiri Jarak (cm) Waktu (dtk) Simbol Simbol Waktu (dtk) Jarak (cm) Tangan Kanan
Mengambil kemasan 40 0,50 RE,G,M D 0,50 - Menganggur
Menempatkan kemasan - 3,54 H,P H,P,U 3,54 - Memasukkan bahan
Menganggur - 0,50 D M
RL 0,50 40 Meletakkan ke meja sealing
Total 40 4,54 4,54 40
Ringkasan
WAKTU TIAP SIKLUS :4,54 detik
JUMLAH PRODUK TIAP SIKLUS :1 biji
WAKTU UNTUK MEMBUAT SATU PRODUK :4,54 detik
Gambar 3. Peta Tangan Kanan dan Tangan Kiri Proses Pengemasan Sesudah Perbaikan


































Gambar 4. Alur Gerakan Kerja Pada Tata Letak Stasiun Kerja Pengemasan Biji Permen Sesudah Perbaikan













Aliran Bahan
Produktivitas yang tinggi dapat diperoleh dengan cara mengatur aliran proses produksi secara efektif dan efisien. Aliran proses produksi diartikan sebagai aliran yang diperlukan untuk memindahkan bahan baku/material mulai dari awal proses dilaksanakan sampai akhir proses menurut lintasan yang dianggap paling efisien (Wignjosoebroto, 2000). Sifat pola aliran menggambarkan jumlah komponen dalam produk atau proses yang sedang dilaksanakan. Pola aliran yang baik akan menuju pencapaian tujuan rancangan fasilitas yaitu menaikkan efisiensi produksi, pemanfaatan ruangan pabrik yang lebih baik, mengurangi waktu dalam proses, dan mengurangi kemacetan lalu-lintas di area produksi (Apple, 1990).
Terdapat lima pola aliran bahan yaitu (1) Straight Line, (2) Serpentine atau Zig-zag (S-Shaped), (3) U-Shaped, (4) Circular, dan (5) Odd angle. Kelima pola aliran bahan dapat dilihat pada Gambar 1. Straight-line (garis lurus) umum dipakai bilamana proses produksi berlangsung singkat, relatif sederhana, terdiri dari beberapa komponen-komponen atau beberapa macam peralatan produksi sedangkan Zig-zag (bentuk S) atau garis-garis patah ini sangat baik diterapkan bilamana aliran proses produksi lebih panjang dibandingkan dengan luasan area yang tersedia (Wignjosoebroto, 2000). U-Shaped (bentuk U) dapat diterapkan jika diharapkan produk jadinya mengakhiri proses pada tempat yang relatif sama dengan awal proses (Mayer, 1982). Circular (lingkaran) dapat diterapkan jika diharapkan barang atau produk kembali ke tempat yang tepat waktu memulai sedangkan pola Odd angle merupakan pola tak tentu yang tujuan utamanya untuk memperpendek lintasan aliran (Apple, 1990).






































Penanganan Bahan
Penanganan bahan merupakan suatu studi mengenai bagaimana perpindahan dari suatu material pada beberapa fasilitas (Weiss and Gershon, 1993). Penanganan bahan (material handling) merupakan kegiatan mengangkat, mengangkut, dan meletakkan bahan-bahan/barang-barang dalam proses di dalam pabrik. Kegiatan dimulai sejak bahan-bahan masuk atau diterima di pabrik sampai pada saat barang jadi/produk akan dikeluarkan dari pabrik (Assauri, 1993). Proses pemindahan bahan merupakan satu hal yang penting karena menentukan hubungan atau keterkaitan antara satu fasilitas dengan fasilitas produksi yang lain atau satu departemen dengan departemen yang lain. Kegiatan pemindahan bahan tidak memberikan nilai perubahan apa-apa terhadap material atau bahan yang dipindahkan, yaitu tidak akan terjadi perubahan bentuk, dimensi, maupun sifat-sifat fisik atau kimiawi. Pemindahan bahan memerlukan biaya yang berkisar 25% atau lebih dari total biaya produksi yang dikeluarkan (Wignjosoebroto, 2000).
Kriteria Tata Letak Fasilitas
Tujuan utama pengaturan tata letak pabrik pada dasarnya adalah untuk meminimalkan total biaya yang antara lain menyangkut elemen-elemen biaya yaitu biaya untuk fasilitas produksi, biaya pemindahan bahan (material handling costs), biaya produksi, dan biaya penyimpanan produk jadi (Wignjosoebroto, 2000). Hal utama untuk produksi yang ekonomis adalah aliran bahan yang baik dan suatu sistem penanganan bahan yang tersusun dengan baik pula. Pola aliran bahan dalam suatu pabrik secara pasti mempengaruhi biaya penanganan bahan (Amrine et al, 1986).
Tata letak yang baik akan membantu efektifitas produksi, karena kegiatan penanganan bahan dapat ditekan sesedikit mungkin sehingga menurunkan biaya produksi
Stoner 91982) mengatakan bahwa tata letak yang baik meminimumkan penanganan bahan, memaksimumkan efisiensi pekerja dan peralatan, dan memuaskan berbagai faktor lain. Tata letak yang baik selalu melibatkan tata cara pemindahan bahan yang minimum di pabrik, dicirikan oleh jarak yang minimum antar mesin. Karakteristik lain yang dapat dilihat yaitu mengenai pola aliran yang terencana dan lurus, langkah balik yang minimum, pemindahan bergerak dari penerimaan menuju pengiriman, operasi pertama dekat dengan penerimaan, operasi terakhir dekat dengan pengiriman, dan pemakaian seluruh lantai pabrik maksimum (Apple,1990).
Tata letak yang baik dapat memberikan keuntungan-keuntungan dalam sistem produksi yaitu antara lain menaikkan output produksi, mengurangi proses pemindahan bahan, penghematan penggunaan areal untuk produksi, proses pengolahan yang lebih singkat, mengurangi kemacetan dan kesimpang-siuran (Wignjosoebroto, 2000).
















Gambar 6 : Tata letak Mesin Krepik Buah




XI. PENGELOLAAN MUTU PRODUK

Mutu merupakan salah satu tujuan yang sangat penting dalam setiap produksi. Mutu di dalam produk menjadi perhatian dan kesadaran yang sangat serius bagi setiap manajer suatu perusahaan. Telah menjadi sangat jelas bahwa produk bermutu tinggi memliki keunggulan mencolok di pasar, bahwa pangsa pasar (markethare) dapat meningkat atau hilang karena masalah mutu, karena mutu menjadi prioritas bersaing.
”Mutu” pada umumnya telah didefinisikan sebagai ”kecocokan penggunaan”. Ini berarti produk atau jasa memenuhi kebutuhan pelanggan. Kecocokan penggunaan dikaitkan dengan nilai yang diterima pelanggan dengan kepuasan pelanggan. Hanya pelanggan bukan produsen yang bisa menentukannya. Dari segi produsen, perbedaan dalam mutu tidak bisa ditolirir. Produsen harus menentukan mutu sekongkrit mungkin dan kemudian berusaha mencapai spesifikasi ini sambil meyempurnakan produk. Apakah produk yang dihasilkan cocok untuk digunakan atau tidak akan dinilai kemudian oleh pelanggan.
Mutu umumnya lebih sulit didefinisikan untuk jasa daripada untuk produk manufaktur. Tetapi tanpa memandang apakah itu barang atau jasa kita bisa mendefinisikan dimensi sebagai berikut :
• Mutu rancangan
• Mutu kesesuaian
• ”Kemampuan”
• Bidang pelayanan
Mutu rancangan, ditentukan sebelum produk dihasilkan. Dalam perusahaan manufaktur yang bertanggungjawab menentukan mutu rancangan ini terutama adalah depatermen rekayasa, disertai dengan dukungan dari pemasaran dan operasi. Dalam organisasi jasa, mutu rancangan ditangani oleh pemasaran dan operasi yang bekerja sama untuk merancang jasa.
Mutu kesesuaian, berarti memproduksi suatu produk untuk memenuhi spesifikasi. Apabila produk sesuai dengan spesifikasi, maka oleh operasi dianggap sebagai produk bermutu meskipun mutu rancangan mungkin rendah.
Kemampuan, yaitu ketersediaan, kehandalan dan kemampuan perawatan. Setiap istilah ini memiliki dimensi waktu dan dengan demikian memperluas pengertian ”mutu” diluar jangkauan tingkat mutu awal atau permulaan.
Bidang pelayanan, ini merupakan jaminan perbaikan atau penggantian produk setelah di jual. Bidang pelayanan disebut juga pelayanan konsumen, pelayanan penjualan atau pelayanan saja. Bidang pelayanan bersifat tak wujud, karena dikaitkan dengan variabel seperti ketetapan, kompetisi dan integritas. Pelanggan berharap bahwa setiap masalah dapat diperbaiki dengan cepat. Akan tetapi bidang pelayanan kerap kali ditemukan sebagai dimensi mutu yang paling jelek definisi dan pengendaliannya.

KEBIJAKAN MUTU
Untuk memulai proses manajemen mutu, kebijakan mutu harus ditetapkan terlebih dahulu oleh manajemen puncak. Pada kebijakan mutu harus dihasilkan dari strategi perusahaan. Untuk membantu ini Strategic Planning Institute telah melakukan strategi yang disebut PIMS (Profit Impact of Market Strategy = Dampak Laba Dari Strategi Pasar). Tujuan dari strategi ini adalah menentukan fakror-faktor apa yang memperoleh hasil atas investasi dan berapa besarnya.

BIAYA MUTU
Menghitung biaya mutu merupakan gagasan yang kuat dalam bidang mutu. Biaya mutu adalah biaya karena tidak memnuhi persyaratan atau kebutuhan pelanggan, yaitu biaya karena melakukan hal yang salah. Ini meliputi kategori pencegahan, penaksiran, dan kegagalan.
Biaya mutu bisa dibagi dua unsur, yaitu : biaya pengendalian dan biaya kegagalan. Biaya pengendalian dikaitkan dengan kegiatan yang meniadakan kerusakan dari arus produksi. Hal ini bisa dilakukan dengan dua cara : yaitu dengan pencegahan dan penilaian. Kemudian biaya kegagalan timbul selama proses produksi (internal) atau setelah produk itu dikirimkan (eksternal). Biaya kegagalan internal meliputi hal-hal seperti barang sisa, kerja ulang, penurunan mutu, dan turun mesin. Biaya kegagalan eksternal meliputi beban jaminan produk, barang yang dikembalikan, penyisihan dan sejenisnya.

MUTU AMERIKA DAN JEPANG
Dalam manajemen mutu ini kita dapat membandingkan praktek mutu Amerika dan Jepang pada produk pesawat TV warna, yang telah dilakukan analisis secara mendalam oleh Juran mengenai mutu.
1. Penundaan produk baru. Di Jepang, prosedur yang sangat cermat diikuti sebelum produk baru diperkenalkan untuk menjamin mutu rancangan dan keselarasan. Ini ditunjukkan pada penyempurnaan produk sebelum benar-benar diproduksi. Di Amerika prosedur penundaan juga dilakukan, akan tetapi sering timbul konflik antara jadwal dan mutu.
2. Penekanan pada ciri mutu. Pesawat TV mempunyai tiga ciri mutu yaitu : mutu gambar, penampilan kabinet dan kehandalan. Jelas bahwa Jepang jauh lebih menekankan kehandalan dibanding Amerika Serikat sambil bersing keras dalam mutu gambar dan penampilan kabinet.
3. Struktur pemasaran. Di Jepang produsen TV yang utama memiliki toko eceran serta tempat servis sendiri. Di Jepang pesawatnya tidak dijual melalui rangkaian eceran yang luas dan di reparasi oleh dealer yang independen. Akibatnya produsen mengeluarkan lebih besar biaya kegagalan yang nyata.
4. Komponen. Orang Jepang menguji dengan cermat komponen-komponen sebelum merakitnya. Mereka juga memilih pemasok dengan cermat untuk memperoleh pemasok yang lebih baik dari segi mutu dan harga. Orang Amerika kurang melakukan penyaringan dan karenanya tingkat kegagalan di pabrik jauh lebih tinggi.
5. Pelatihan. Orang Jepang menekankan pelatihan mutu pada semua tingkat. Manajemen puncak menghadiri kelas-kelas yang mengajarkan prinsip-prinsip mutu. Sebelum menerima penugasan, para pekerja harus menghadiri kursus pelatihan sebagai bagian reguler dari pekerjaan mereka.
6. Hubungan karyawan. Orang Jepang menekankan kerja tim dan tanggungjawab pekerja akan mutu. Ada kebanggaan dan keahlian yang dimulai pada manajemen puncak dan merembes ke keseluruhan organisasi. Manajer lini dan pekerja mendapat peran pengambilan keputusan. Akibatnya tenaga kerja tau bahwa ia bertanggungjawab atas pembuatan produk bermutu dan menerima tanggungjawab itu.
Orang Jepang telah meraih keberhasilan besar selama dekade terakhir dalam memproduksi barang bermutu tinggi. Orang Amerika dewasa ini sedang memperbaiki mutu demi kelangsungan hidup. Para pelanggan menuntut dan mengharapkan mutu yang lebih baik.

Pentingnya Mutu
Mutu merupakan salah satu tujuan yang sangat penting dalam setiap produksi. Mutu di dalam produk menjadi perhatian dan kesadaran yang sangat serius bagi setiap manajer suatu perusahaan. Telah menjadi sangat jelas bahwa produk bermutu tinggi memiliki keunggulan mencolok di pasar, bahwa pangsa pasar (market hare) dapat meningkat atau hilang karena masalah mutu. Karena mutu menjadi prioritas bersaing.
Istilah ”mutu” digunakan dalam berbagai cara. Tidak ada definisinya yang jelas. Dari segi pelanggan, mutu kerap kali dikaitkan dengan nilai, kegunaan, atau bahkan harga. Daris egi produsen mutu dikaitkan dengan merancang dan membuat produk untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.
Dengan demikian mutu merupakan masalah yang tidak bisa dibiarkan atau disepelekan, karena pengelolaan mutu merupakan salah satu cara untuk mengetahui keberhasilan suatu produk. Oleh karena itu dalam pengelolaan suatu produk harus menggunakan manajemen yang baik dan bagus agar pengelolaan mutu bisa tercapai dengan sempurna.


Pengendalian mutu
Pengendalian mutu ini bertujuan untuk mencegah terjadinya penyimpangan mutu dan memperbaiki kesalahan-kesalahan mutu yang mungkin terjadi. Berarti tugas pengendalian adalah memeriksa apakah penyimpanan mutu telah terjadi dan kemudian melakukan tindakan perbaikan dan pengendalian.
Untuk mencegah terjadinya penyimpangan itu endaknya pengendalian dilakukan terhadap tiap-tiap tahap proses. Dengan cara ini maka akan sempat dilakukan pembenahan di tengah jalan sehingga produk akhir terjamin mutunya. Untuk keperluan pengendalian mutu ini atau beberapa unsur yang harus tersedia yaitu:
- Petugas pengawas mutu yang terlatih
- Alat standart untuk mengukur mutu
- Tempat-tempat yang diawasi
- Batas-batas penyimpanagn yang dapat diterima atau toleransi
Pedoman umum dalam pengendalian mutu adalah:
Perbaikan mutu obyek dan subyek yang terus menerus agar dicapai hasil yang lebih baik lagi. Dalam prakteknya, hambatan yang terjadi adalah awal yang penuh sambutan tapi tidak ada kelanjutan. Umumnya setelah berjalan beberapa periode, banyak pihak-pihak yang tidak serius atau tidak memperhatikan lagi langkah-langkah yang harus dilakukan. Seringkali beberapa pihak merasa jenuh dan kecewa sebagai akibat dari adanya beberapa program yang tidak sukses. Disamping sifat dasar manusi ayang umumnya dapat jenug dengan hal-hal yang berulnag dalam hal ini perusahaan dapat mengatasinya dengan meminta bantuan seseorang konsultan dari luar. Dengan mendatangkan konsultan, diharapkan terjadinya penyegaran suasana dan mampu untuk menjelaskan bahwa apa yang mereka lakukan sudah benar dan perasaan yang mereka alami merupakan hal yang wajar dalam setiap roses kegiatan. Konsultan juga dapat menggairahkan program dengan memperkenalkan simulasi-simulasi lanjutan yang berhubungan dengan pengendalian.

Langkah-langkah proses pengendalian kualitas yang perlu dibedakan pengertiannya dan dicermati adalah:
a. Mengidentifikasi masalah/persoalan mendesak yang terjadi
b. Mengetahui akibatnya pada perusahaan dan proses kerja
c. Mengetahui penyebab pokok persoalan meliputi 4 hal: (manusia), (bahan/material), (metode kerja) dan (mesin atau peralatan). Konsep: peluang sistem untuk menjadi penyebab adalah 85%,sedangkan kondisi setempat 15%.
d. Menelusuri penyebab lain yang menunjang penyebab pokok
e. Mendeteksi penyebab diluar sistem
f. Merumuskan pemecahan




















BAGAN PEMECAHAN MASALAH PROSES PENGENDALIAN MUTU





























Dalam pengendaliannya, pengendalian kualitas membutuhkan sarana dan prasarana seperti:
1. Kelompok gugus depan.
2. Pertemuan rutin.
3. Ketua kelompok dan perangkatnya.
4. Sarana dan peralatan penunjang.
Kelompok/gugus dibentuk dari anggota-anggota organisasi yang terlibat langsugn dengan masalah yang hendak dibahas.
Pertemuan rutin diselenggarakan secara harian, mingguan, atau bulanan atau setiap kali selesainya proses produksi. Manfaat dari setiap pertemuan akan memberikan hasil maksimal jika masing-masing anggota gugus berperan aktif dalam sumbang saran dan senantiasa musyawarah.
Ketua kelompok tidak harus orang yang berkedudukan tinggi dalam perusahaan, karena yang lebih diutamakan adalah kerjasama. Meskipun begitu, ketua kelompok harus orang yang mempunyai sikap-sikap:
• Berkepribadian
• Semangat inovasi
• Keluesan dan mampu memimpin diskusi
• Kemampuan menghadapi resiko
• Agresifitas dalam mengemukakan pendapat
• Kemampuan kepemimpinan yang baik
• Kesediaan memberikan kebebasan para anggota
Perangkat yang dibentuk misalnya sekretaris dan seksi penghubung. Tugasnya membantu ketua kelompok dalam penyediaan sarana penunjang dan administratif. Sarana dan peralatan penunjang dapat berupa: overhead proyektor, slide, bagan-bagan organisasi dan statistik, alat peraga dan tulis, white-board, serta perlengkapan simulasi dan formulir pelatihan lain yang diperlukan. Dalam setiap pertemuan rutin, hendaknya dihindari pembicaraan masalah yang berulang-ulang atau yang telah dipecahkan pada periode sebelumnya.


XII. MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

Manusia merupakan unsur penting dalam suatu organisasi perusahaan, karena maju atau mundur suatu perusahaan tergantung daripada manusianya. Adapun diluar manusia seperti mesin, material, masyarakat, pasar, metode dan informasi hanya merupakan alat yang membantu memperlancar kerja manusia. Jadi manusia merupakan kunci dari sebuah organisasi, oleh karena itu perlu adanya perencanaan pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian manusia yang bekerja dalam organisasi.
Adapun beberapa tahap dalam manajemen sumber daya manusia:
1. Pembagian kerja atau tugas
2. Rekrutment
3. Seleksi
4. Penempatan
5. Pembagian karier

PEMBAGIAN TUGAS KERJA ATAU TUGAS
Pembagian kerja atau tugas dalam menyusun organisasi disini melihat manajemen arus barang, untuk itu perlu dibuat pembagian kerja dan tugas. Pembagian kerja yang dimaksud disini adalah pengelompokan jenis-jenis pekerjaan yang mempunyai kesamaan dan persamaan kegiatan kedalam suatu kelompok bidang kerja, sebagai contoh promosi dan lain sebagainya dapat dikelompokkan menjadi satu yaitu bagian pemasaran.
Kegiatan pembelian barang, pengawasan proses produksi, pengemasan dan sebagainya dapat dikelompokkan dalam bidang produksi. Untuk memudahkan pengelompokkan dapat dibuat daftar kegiatan perusahaan secara terperinci sejak awal hingga akhir. Kemudian dari daftar itu dipilih jenis-jenis kegiatan yang mempunyai kesamaan dan persamaan untuk dikelompokkan menjadi satu. Dalam dunia usaha biasanya dapat dikelompokkan dalam bidang produksi, administrasi, keuangan, pemasaran, pimpinan, kepegawaian atau personalia dan sebagainya.
Selanjutnya dari bidang yang telah dibuat tugas-tugas yang harus dilaksanakan. Tugas-tugas itu terdiri dari atas tugas utama, rutin, insidentil. Usahakan bahwa tugas-tugas itu mencakup seluruh kegiatan perusahaan, setelah itu diperkirakan jumlah tenaga yang diperlukan untuk melaksnakan tugas-tugas tersebut. Lebih lanjut ditentukan pula persyaratan minimum yang harus dipenuhi oleh setiap tenaga.
Tetapi tidak berarti bahwa semua tenaga yang dirincikan diatas harus dipenuhi. Harus disesuaikan dengan dana yang tersedia, untuk itu perlu diadakan seleksi secermat mungkin. Apakah tanpa tugas tertentu perusahaan masih dapat berjalam lancar? Apakah beberapa tugas dapat dikerjakan oleh suatu tenaga kerja? Pertimbangan lain untuk menyeleksiadalah besar dan berat jenis tugas dan waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas.
Bagi perusahaan perorang yang biasanya segala sesuatunya dikerjakan sendiri oleh pemiloiknya, kerap kali dianggap tidak diperlukan tenaga kerja, mungkin benar tetapi tidak semua pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik oleh hanya satu orang saja. Seseorang mempunyai kekurangan dalam pembukuan atau terlalu berat untuk melaksanakan pekerjaan kasar. Untuk itu diperlukan tenaga kerja pembantu untuk mengerjakan tugas-tugas tersebut.
Pembagian kerja dan tugas semacam ini diperlukan benar, banyak perusahaan kecil yang menganggap remeh masalah ini, para tenaga kerjanya tidak mempunyai tugas yang jelas atau kerja serabutan, sehingga tanggung jawabnya pun tidak jelas. Mungkin alas an untuk penghematan tidak dibenarkan, tetapi uraian tugas yang akan dikerjakan tetap diperlukan.

REKRUTMENT
Setelah kita menentukan lapangan kerja dan tugas para keryawan, maka kita merencanakan jumlah karyawan yang dibutuhkan. Rekreutment dapat dilakukan dengan persyaratan-persyaratan sebagai berikut:
1. Tingkat Pendidikan
2. Kualitas dan Pengalaman
3. Umur
4. Jenis kelamin
5. Sikap Kepribadian dan Penampilan
6. Kejujuran dan Kondisi Mental.
Khususnya untuk mengetahui kejujuran perlu pengamatan sendiri, misalnya lewat kewajiban menjalankan ibadah dan lewat kondisi kelarganya. Rekreutment yang hanya berdasarkan koneksi, kenalan atau cara-cara menggunakan suap-menyuap, jika tidak berhati-hati hanya akan membawa beban bagi perusahaan.

SELEKSI
Persyaratan-persyaratan tersebut dapat digunakan untuk menyeleksi banyaknya kebutuhan tenaga kerja. Contohnya seseorang yang mempunyai keahlian dalam pembukuan, berpengalaman dalam kepegawaian dan keuangan, mungkin dapat mengerjakan sekaligus tugas-tugas administrasi, keuanngan dan personalia.
Untuk seleksi tenaga kerja dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain:
1. Tertulis
2. Psikotes
3. Tes praktek
4. Tes wawancara
Jika dibutuhkan calon yang cukup banyak dan dibutuhkan kriteria yang ketat, maka wirausaha dapat menggunakan jasa konsultan psikologis untuk menentukan calon karyawan yang banyak untuk dipilih.

PENEMPATAN KERJA
Setelah calon karyawan diseleksi, maka karyawan tersebut perlu ditraining, agar karyawan tersebut tahu apa yang harus dikerjakan dan bagaimana mengerjakan tugas-tugasnya, setelah itu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan pendidikan, keahlian keterampilan dan pengalamannya. Pada dasarnya penempatan kerja ini menganut filosofis “The Right Men on the Tight Place" yaitu orang yang tepat pada tempatnya, menurut hadist Nabi “Bila pekerjaan tidak diserahkan pada ahlinya maka tunggu saja kehancurannya".

PENGEMBANGAN KARIR
Segala sesuatu yang memotifasi karyawan untuk bekerja atau yang mereka inginkan dari pekerjaannya adalah:
1. Upah dan kerja yang layak
2. Kepastian akan pekerjaan
3. Kepuasan akan keamanan kerja
4. Keteraturan sistem
5. Status atau kedudukan.
Dari kelima faktor diatas, status atau kedudukan merupakan tujuan jangka panjang yang perlu mendapat tanggapan dari wirausaha. Perusahaan selayaknya mempunyai perencanaan karyawan untuk jangka panjang yang dikaitkan dengan pengembangan perusahaan. Bidang ini menguji tanggung jawab wirausaha, apakah usahanya bersifat sementara atau spekulatif, ataukah akan dikelola secara serius dan untuk jangka waktu yang lama, pengembanngan karier karyawan dapat dilakukan promosi kerja.
Promosi kerja dalam usaha kecil mungkin saja sama dengan proses promosi karyawan pada perusahaan besar, diperlukan penyesuaian-penyesuaian tertentu agar penerapannya lebih cocok dan berpengaruh baikbagi perusahaan. Misalnya karyawan yang telah menunjukkan prestasi dan masa kerja yang sudah cukup lama, berhak untuk dipromosikan sebagai pengawas atau supervisor. Jika memang mampu dan menguasai bidangnya. Diharapkan dengan kedudukannya yang baru akan menambah semangat kerja dan pengabdiannya. Dan diharapkan mampu memotifasi karyawan yang lain dan mengarahkan mereka agar berprestasi lebih baik lagi.
Pengangkatan tersebut akan membantu wirausaha dalam melimpahkan atau pendelegasia wewenang jika sewaktu-waktu akan berpergian atau berhalangan. Pengembangan karier bagi karyawan dalam usaha dimaksudkan sebagai ahli teknologi dan informasi untuk mengembangkan usaha.
Ada lima metode pengembangan karier menurut Matshusshita antara lain adalah:
1. Pengembangan diri sendiri
2. On the job training
3. Of the training
4. Magang
5. Pindah posisi atau lokasi.

Pengembangan Diri Sendiri
Hal ini harus ada dalam suatu latihan, karena merupakan motovasi positif untuk belajar memperbaiki diri sendiri. Perusahaan harus menyediakan sarana dan prasarana yang tepat untuk belajar, misalnya perpustakaan, mini lab dan ruangan olah raga.
Setahun dua kali karyawan diminta mengisi lembaran evaluasi diri yang berisi kekurangan saya dan apa saja yang ingin saya pelajari. Meraka diwajibkan menentukan tujuan karier masing-masing.
Setelah karyawan diminta membuat rencana kerja berdasarkan tujuan yang telah dirumuskan. Tugas atasan hanya memantau situasi dan memberikan saran-saran periodik. Slogan menurut Matshushita “Marilah belajar dari setiap orang melalui sikap positif". Slogan ini diterapkan dengan terbentuknya kelompok belajar, diskusi dan mambaca. Didalam kelompok karyawan saling bertukar pikiran, pengalaman dan pengetahuan, dengan adanya kelompok ini dapat memperbaiki kemampuan diri sendiri.

On The Job Training
Bimbingan atasan merupakan bentuk dari pelatihan dan pendidikan yang diselenggarakan sendiri atas perusahaan. Setiap hari atasan dituntut mendemonstrasikan kepemimpinannya melalui bimbingan praktis diruang kerja masing-masing dengan ketekunan dan kesabaran.
Metode ini paling mudah, lebih mudah dan praktis, metode ini merupakan cara pendek dan hasilnya lebih baik. Hubungan atasan dan bawahan erat, bahkan atasan dapat mengembangkan dirinya melaluikegiatan (mengajar adalah belajar).
Atasan harus selalu mengevaluasi sikap dan mutu kerja dengan tetap berpedoman pada pengembangan panjang, konsultasi bawahan dan atasan harus dilakukan dengan kontineu. Ada lembaran evaluasi untuk mendukung efektifitas OJT. Lembaran ini berisi perkiraan kebutuhan pelatihan, prioritas dan cara pelaksanaannya serta kekurangan dan kelebuhan karyawan.
Contoh pelaksanaan OJT adalah memberi saran, membangkitkan semangat, mendorong bawahan menjadi pembinmbing karyawan yunior. Bahkan menginginkan penggantian atasan oleh bawahan untuk sementara waktu.









Gambar 1 : Karyawan dilatih membuat Krepik Buah

Off The Training
Penerapan OTT dilengkapi pengembangan diri sendiri seperti kuliah, seminar, lokakatya dan diskusi diharapkan dapat meningkatkan motivasi individu untuk belajar dan mengembangkan diri sendiri.

Magang
Mengembangkan potensi karyawan melalui magang adalah metode praktis dalam pengembangan karir karyawan, setiap individu dituntut mengetahui yang dimaksud dengan produksi, bagaimana dan dengan siapa produksi tersebut dibuat dan dijual dipasar, dan apa saja yang menjadi keinginan konsumen. Begitu pentingnya arti magang sehingga karyawan yang akan menduduki jabatan atau maneger seleksi, wajib magang selama dua bulan. Bahkan diruang produksi toko pengecer selama enam bulan merupakan salah satu program bagi karyawan baru.




























XIII. STRUKTUR ORGANISASI

Sewaktu perusahaan masih kecil, umumnya hanya dikelola sendiri oleh pemiliknya yang terkadang dibantu oleh keluarga mungkin dibantu pula olehbeberapa tenaga kerja pembantu, tetapi tidak jelas status dan tugas, sampai dimana wewenang dan tanggung jawabnya. Mereka mengerjakan segalanya, bahkan sampai urusan keluarganya. Namun jika ditanyakan tentang susunan organisasi sistem penggajian dan lain-lain yang menyangkut pengorganisasian biasanya tidak dapat menjawab. Keadaan ini sering terjadi pada perusahaan kecil yang sudah berbadan hukum CV, Firma dan PT.
Kesemrautan inilah yang dapat menjadi pangkal ketidak berhasilan perusahaan kecil. Perusahaan kecil sebaiknya mengenal dan menerapkan prinsip keorganisasian kerja awal. Karena pada dasarnya tiap organisasi walaupun kecil tetap termasuk perusahaan kecil yang harus menjalani prinsip-prinsip pengorganisasian.

Prinsip-Prinsip Organisasi
Pada dasarnya, perinsip dasar organisasi adalah sekelompok orang yang bekerja bersama-sama mencapai sasaran.Untuk keperluan usaha prinsip kerja sama itu dapat diperinci lagi sehingga seluruh prinsip organisasi adalah:
1. Prinsip sasaram atau tujuan
2. Prinsip pengelompokkan atau pembagian kerja
3. Prinsip pendelegasian, wewenang
4. Prinsip rentang kendali
5. Perusahaan kesederhanaan
6. Prinsip koordinasi
7. Kesatuan pemerintah dan tanggung jawab
8. Prinsip karyawan
Pertama-tama sasaran dan rencana untuk mengejar sasaran perusahaan ditetapkan bersama dengan cermat. Selanjutnya harus ditunjuk orang yang diserahi tugas memegang pusat wewenang dan pusat pertanggung jawaban. Orang ini yang memegang wewenang tertinggi untuk mengambil keputusan, memerintah dan sekaligus bertanggung jawab atas keberhasilan organisasi mencapa sasaran.
Kemudian orang yang ditunjuk itu memecahkan seluruh pekerjaan kedalam kelompok kerja beserta uraian tugasnya. Pengelompokkan dapat didasarkan atas wilayah, jens produk, langganan, fungsional dan waktu.
Kedalam tiap kelompok tersebut diuraikan tugas, wewenang, tanggung jawag dan laporan pertanggung jawaban. Dan juga diuraikan bagaimana hubungan antara fungsi atau kelompok agar tercapai koordinasi pekerjaan sebaik-baiknya.
Untuk tiap kelompok perlu ditentukan bagaimana pendelegasian wewenang dan kepada siapa tugas, wewenang dan pertanggung jawaban itu didelegasikan kepadanya harus diberi motivasi, bimbingan dan diawasi. Pelimpahan ini memberi manfaat, yaitu pimpinan dapat memberikan keputusan perhatian pada pekerjaan pokok saja, keputusan dapat diambil lebih cepat sebagai upaya mendidik bawahan agar lebih kreatif dan bertanggung jawab.
Akan tetapi memecahkan kelompok atau fungsi hendak selalu mengingat prinsip kesederhanaan tanpa melipakan efektifitas dan efisiensinya. Tenaga idak perlu ditambah bila hanya mengurangi efisiensi kerja. Apalagi jika biaya tidak dapat dikendalikan.
Seseorang perlu dibentuk rentang kendali sehingga memudahkan dan memperlancar untuk pengendalian, memberiperintah dan menampung laporan dari bawahan. Dalam hal ini sebaiknya seorang karyawan bawahan hanya mempunyai seorang atasan yang membri perintah dan sebagai tempat menerima laporan pertanggung jawaban atas pelaksanaan tugasnya.
Setelah organisasi tersusun perlu ditentukan karyawannya. Bagaimanapun cermatnya suatu organisasi tersusun, tidak akan berjalan dengan baik jika manusianya tidak memenhi persyaratan. Karena itu perlu dipikirkan bagaimana menempatkan karyawan yang tepat sesuai dengan kemampuan potensinya.
Organisasi yang sulit dapat tercapai jika masing-masing individu dalam organisasai, merasa memiliki organisasi sehingga mereka dengan dan disiplin penuh dideteksidan disiplin untuk mencapai tujuan organisasi.

Membentuk Oganisasi Kecil
Sebagai contoh dari organisasi industri kecil, misalnya Pak Agus mempunyai usaha industri kecil HARRY Collection yang memproduksi barang-barang kerajinan kulit dan produksi kulit lainnya. Untuk menunjang berbagai kegiatan produksi dari industri kerajinan kulit lainnya, ia membutuhkan orang-orang yang terampil dan memiliki pengalaman dalam bidang produksi kulit dan penjualan yang akan membantunya mencapai tujuan organisasi dengan tenaga-tenaga yang berdedikasi dan menjalankan berbagai kegiatan yang membantunya mencapai tujuan organisasi. Ia harus melakukan perencanaan kebutuhan karyawan yang dapat menggerakkan dan mengembangkan organisasinya tersebut. Setidaknya ia harus memiliki struktur organisasi sebagaimana digambarkan sebagai berikut:
Strujtur Organisasi Harry Collections
1. Direktur
2. Sekretaris
3. Manajer Pembelian
4. Manajer Keuangan
5. Manajer Showroom.

Deskripsi Tugas
Setelah suatu struktur suatu organisasi terbentuk serta individu-individu yang dianggap mampu ditentukan untuk menempati posisinya, maka wirausaha harus menenukan job description atau petunjuk tentang tugas-tugas yang harus dilaksanakan oleh masing-masing elemen dalam organisasi.
Petunjuk tugas dapat berupa tugas umum dan tugas tambahan. Dapat pula ditentukan criteria lain yang menyangkut jam kerja, prestasi dan hal-hal lainnya diluar perjanjian kerja yang telah ditentukan.
Dalam pencapaian tugas ymg cukup kompleks saling mempengaruhi seperti :
a. Direktur
• Pemilik merangkap pimpinan perusahaan
• Koordinasi tugas-tugas manajer dan supervisor
• Perencanaan dan pengawasan operasional
b. Sekretaris
• Membantu tugas-tugas direktur
• Mengerjakan tugas-tugas administrasif
• Menyiapkan berkas-berkas
• Bertanggung jawab kepada direktur
c. Manajer Pembelian
• Memilih dan menentukan pemasok
• Mengkoordinasikan dengan bagian produksi dan penjualan
• Bertanggung jawab kepada direktur
d. Manajer Produksi
• Merencanakan dan melaksanakan kegiatan produksi
• Mengatur jam kerja dan produksi
• Mwngatur pola pemakaian peralatan
• Menentukan tata tertib proses produksi
• Menanganipemeliharaan dan perbaikan peralatan
• Erancang dan meneliti hasil produksi
• Bertanggung jawab kepada direktur

e. Manajer Keuangan
• Merencanakan dan menentukan kebutuhan keuangan
• Mengatur pola dan system administrasi keuangan
• Bertanggung jawab atas keuangan perusahaan
• Merancang pola kerja sama keuangan dengan pihak ekstern
• Bertanggung jawab kepada direktur
f. Manajer Showroom
• Mengelola dan mengatur sirkulasi showroom
• Mengelola prosedur penjualan eksport
• Merencanakan dan mengatur strategi penjualan
• Merancang kerja sama bisnis dengan pihak ekstern
• Merencanakan dan menyusun program penjualan
• Bertanggung jawab kepada direktur
Setelah dirumuskan job deskription dari masing-masing fungsi jabatan dalam organisasi, barulah Harry Collection dapat segera melaksnakan kegiatan-kegiatan yang menunjang pencapaian tujuan organisasi atau usaha kecil tersebut.

Membentuk Organisasi Jasa
Misalnya Pak Ahmad melihat potensi adanya peluanguntuk mendirikan suatu Computer Course dan Rental. Untuk mencapai dari peluang tersebut maka ia membutuhkan orang-orang yang mampu menghimpun dana sebagai pemilik saham, ia juga mendirikan suatu organisasi yang memiliki tenaga-tenaga yang mampu dan ber dedikasi dalam mengerjakan berbagai kegiatan dan membantunya mencapai tujuan organisasi tersebut.
Setelah diketahui jumlah karyawan yang dibutuhkan perlu diadakan recruitment pegawai dengan melakukan seleksi yang cukup ketat, untuk mendapatkan individu yang bermutu dan mampu mengerjakan yang menunjang pencapaian tujuan organisasi
Selanjutnya kita dapat melihat struktur organisasi dari lembaga kursus dan persewaan computer milik Pak Ahmad sebagai berikut:
Struktur Organisasi Ahmad Computer:
1. Dewan komisaris
2. Direktur
3. Sekretaris
4. Koordinator kursus dan rental
5. Manajer keuangan
6. Manajer pemasaran
Sebagaimana suatu organisasi bagi usaha kecil milik Pak Ahmad dapat ditentukan deskripsif tugas sebagai berikut:
1. Dewan Komosaris
• Penyediaan dana perusahaan
2. Direktur
• Koordinasi tugas-tugas manajer dan supervisor
• Bertanggung jawab kepada dewan komisaris
• Perencanaan dan pengawasan operasional
3. Sekretaris
• Membantu tugas-tugas direktur
• Mengerjakan tugas-tugas administrasi
• Menyiapkan berkas-berkas
• Bertangggung jawab kepada direktur
4. Koordinator Kursus dan Rental
• Merencanakan dan melaksanakan kegiatan kursus
• Mengatur jam kerja dan pola mangajar staf pengajar
• Pengatur pola pemakaian computer
• Menentukan tarif sewa dan tata tertib penyewaan
• Menangani pemeliharaan dan perbaikan computer
• Bertanggung jawab kepada direktur
5. Manajer Keuangan
• Merencanakan dan menentukan kebutuhan keuangan
• Mengatur pola administrasi keuangan
• Bertanggung jawab atas keuangan perusahaan
• Merancang pola kerja sama keuangan dengan pihak ekstern
• Bertanggung jawab kepada direktur
6. Manajer Pemasaran
• Merencanakan dan mengatur strategi pemasaran
• Merancang kerja sama dengan pihak ekstern
• Merencanakan dan menyusun program penjualan
• Bertanggung jawab kepada direktur

Struktur Organisasi pada agroindustri “Aisyah” adalah sebagai berikut:





















Gambar 1
Struktur Organisasi Perusahaan Kripik Apel “Aisyah”

Struktur organisasi dimaksudkan agar pengelola organisasi dapat melaksanakan secara terpadu dan menyeluruh dalam mencapai tujuan perusahaan. Oleh karena itu untuk setiap karyawan atau bagian lainnya diberikan job description untuk mempertanggung jawabkan tugas dan tanggung jawabnya.
a. Pimpinan
• Menetapkan tujuan serta kebijaksanaan umum perusahaan

• Memimpin segala aktivitas perusahaan dan bertanggung jawab terhadap masalah perusahaan
• Mengambil inisiatif serta keputusan yang tidak mampu dilaksanakan oleh bawahannya
• Mengkoordinasi dan mengawasi seluruh kegiatan dari masing-masing bagian
• Mengorganisir perusahaan dan memberi wewenang pada bawahan untuk melaksanakan tugas-tugasnya.
b. Wakil Pimpinan
• Mengkoordinir bagian kepegawaian
• Bertanggung jawab atas pembelian bahan baku
• Melaksanakan prosedur penerimaan, penempatan dan pemberhentian pegawai sesuai dengan kebijakan (policy) pimpinan perusahaan.
• Mengurus tentang pembinaan dan pengembangan karyawan
• Mengawasi dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan masing-masing bagian
• Menjaga kestabilan kualitas dan kuantitas produk
• Memberikan laporan-laporan hasil produksi secara rutin kepada pimpinan.
c. Bagian Keuangan
• Bertanggung jawab kepada pimpinan
• Menyusun rencana anggaran yang lebih memadai dan mengurus administrasi perusahaan agar berjalan dengan baik
• Mencatat segala bentuk keuangan yang terjadi dilingkungan perusahaan dan pembukuan serta melaporkan kepada pimpinan
• Melaporkan secara periodik tentang keadaan atau posisi keuangan perusahaan
• Menyelesaikan urusan gaji karyawan
d. Bagian Produksi
• Mengkoordiasi segala kegiatan produksi.
• Menjaga kualitas dan kuantitas produksi kripik apel.
• Mengerjakan proses produksi kripik apel
• Bertanggung jawab atas hasil produksi
e. Bagian Pengemasan / Packing
• Bertanggung jawab atas tugas-tugasnya kepada pimpinan
• Bertanggung jawab atas penimbangan sesuai dengan ukuran-ukuran yang telah ditentukan
• Melakukan kegiatan pengepakan dengan baik untuk menghindari kerusakan dalam pengiriman dan mempermudah dalam pengangkutan
• Mencantumkan label produksi yang sudah ada keterangan tanggal kedaluwarsa, kode produksi dan ijin dari Departemen Kesehatan
f. Bagian Pemasaran
• Meningkatkan kepuasan konsumen dan pelanggan dengan meningkatkan kualitas pelayanan
• Menciptakan suasana kerja yang harmonis dan tenang
• Mengontrol dan mengecek barang-barang yang ada di dester
• Senantiasa memperhatikan perubahan lingkungan terus menerus dan menyesuaikan diri terhadap perubahan tersebut
• Membuat time schedule karyawan khususnya untuk orang-orang yang bertugas pada bagian pemasaran






XIV. PERSONALIA

Manusia merupakan unit dari sebuah organisasi. Tidak ada perusahaan yang dapat beroperasi tanpa manusia. Tetapi sesuai sifat manusinya, karyawan ini cenderung manjauhi pengendalian pengawasan. Pengusaha harus mampu merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan karyawannya.
Ada dua dasar alas an pengendalian personalia yaitu:
1. Untuk membina kemampuannya bagi kepentingan operasi perusahaan
2. Untuk membatasi biaya personalia perusahaan.
Namun demikian, pengendalian ini haruslah sedemikian rupa sehingga tidak merusak hakekat hubungan antar manusia yang sebenarnya.

Pengendalian Operasional
Tiap perusahaan pasti mempunyai berbagai kegiatan yang harus dilaksanakan, misalnya proses produksi, penjualan dan lain-lain. Untuk melaksnakan iu diperlukan jumlah karyawan yang memadai. Pimpinan harus tahu berapa jumlah pekerjaan yang harus diselesaikan, bagaimana batas- batas tuntutan itu dan berapa jumlah karyawan yang dibutuhkan. Pengelola harus tahu apakah karyawan yang telah dimiliki sudah mencukupi jumlah maupun kemampuannya. Mekanisme pengendalian yang sederhana ini dimaksudkan untuk mendapatkan kemampuan yang memadai dan membatasi biaya berdasarkan beban tugasnya.
Dalam penjualan, semua tenaga kerja termasuk wiraniaga dan agen penjualan harus selalu berhubungan dengan luas pasar, jumlah pelanggan potensial dan hasil kerja mereka. Untuk mewujudkan hal itu ada baiknya sejak semula pimpinan perusahaan kecil telah menggariskan kebijaksanaan yang mantap antara lain:

1. Pedoman kerja, standart kerja, jam kerja dan lain-lain
2. Adanya gaji dan tunjangan lain yang minimal cukup untuk hidup wajar bersama keluarganya
3. Menetapkan cara pemilihan tenaga kerja, persyaratan sangsi dan kenaikan pangkat
4. Memperhatikan kesatuan peraturan pemburuhan seperti cuti, keselamatan kerja dan lain-lain.

Tahapan Pengendalian Personalia
Untuk pengendalian yang efektif diperlukan berbagai tindakan diantaranya adalah menentukan standart kerja, mengatur hasil kerja, menilai prestasi kerja dan mengendalikannya. Prestasi kerja digunakan untuk mengetahui bagaimana produktifitas kerja tiap keryawan yaitu dengan membandingkan hasil kerja dengan standart yang telah ditentukan.
Bagi perusahaan kecil pengukuran kerja biasanya dilakukan dengan berdasarkan pengalaman. Dari pengukuran kerja ini ditetapkan suatu standart kerja biasanya dinyatakan dalam unit persatuan waktu, atau berdasarkan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu unit kerja atau hasil. Standart kerja inilah yang nantinya digunakan sebagai pembanding untuk melihat produktivitas tiap karyawan.

Prestasi Kerja = jam kerja yang disediakan x 100 %
Jam kerja yang digunakan

Atau = hasil x 100 %
Standart kerja


Oleh kaarena itu standart harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat mendorong tiap karyawan untuk lebih terampil dan meningkatkan diri dalam melaksankan tugasnya.
Jika hasilnya masih jauh dari 100 %, berarti kerja karyawan yang bersangkutan masih jauh dibawah standart. Sebaliknya, jika jauh diatas 100 % berarti sangat produktif. Bila dirasakan ketidaksesuaian maka dapat dilakukan perbaikan-perbaikan demi tercapainya produktifitas usaha.
Hal ini perlu diselidiki apa penyebabnya, mungkin perbaikan dapat dilakukan dengan mengubah tata letak peralatan, metode kerja, menggerakkan tenaga kerja lebih giat lagi atau dengan memberikan batasan atas waktu kerja yang tegas.
Jika upah atau gaji dibandingkan dengan standart kerja, maka akan dapat diperoleh biaya tenaga kerja persatuan waktu yang semestinya.

Biaya standart = Upah yang dibayar * 100 % ……. Rupiah/jam
Jam kerja

Biaya nyata = Upah yang dibayar * 100 % ……. Rupiah/jam
Jam kerja

Kelayakan biaya kerja = Biaya standart * 100 %
Biaya nyata

Jika hasil kurang dari 100 %, berarti upah atau gaji yang diberikan belum seimbang dengan kerja nyata karyawan. Sebaliknya, jika berhasil lebih dari 100 % perlu kiranya dipertimbangkan untuk memberikan penghargaan intensif, bonus atau kenaikan gaji atau upah.

Sistem Upah Penggajian
Masalah upah atau gaji umumnya merupakan masalah terpenting sekian banyak masalah personalia. Setiap pemilik perusahaan biasanya berusaha mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dari tenaga kerja atau karyawanya. Sebaliknya setiap karyawan menghendaki upah atau gaji ataupun penghargaan yang maksimal sebagai ganti dari tenaga dan pikiran yang dicurahkan untuk perusahaan. Karena itu, penentuan upah atau gaji haruslah dapat merangsang karyawan untuk menggerakkan segenap tenaga, pikiran dan perhatiannya untuk keberhasilan perusahaan.
Biasanya perusahaan kecil menentukan upah karyawan berdasarkan tingkat upah umum, yaitu tingkat upah pada perusahaan lain yang sejenis. Namun masih banyakj faktor-faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan besarnya upah karyawan. Diantaranya pendidikan, pengalaman kerja, besarnya tanggung jawab dan resiko kerja, sifat pekerjaan, kemampuan perusahaan dan situasi ekonomi. Selanjutnya dapat dipertimbangkan lagi faktor prestasi produktifitas masing-masing karyawan. Meskipun demikian, pada dasarnya ada tiga sistem upah antara lain adalah sistem upah menurut waktu, sistem upah menurut kesatuan hasil dan sistem upah premi.

Sistem Upah Menurut Waktu
Besarnya sistem upah ini ditentukan berdasarkan waktu kerja, yaitu upah per jam kerja, per hari, per minggu dan per bulan. Dengan sistem upah ini urusan pembayaran upah dapat diselenggarakan dengan mudah dan tidak sulit perhitungannya. Tetapi jika sistem upah ini dilaksanakan dengan murni tidak ada perbedaan karyawan yang rajin dan yang tidak. Sehingga dorongan untuk kerja lebih baik tidak ada.

Sistem Upah Menurut Ksatuan Hasil
Sistem upah ini lazim digunakan pada perusahaan industri. Jumlah upah yang diterima karyawan tergantung berapa banyak masing-masing karyawan menghasilkan atau melaksanakan pekerjaan. Dengan demikian karyawan akan lebih rajin untuk mencapai upah yang tinggi. Akan tetapi, jika hal ini dilakukan pengontrolan mutu yang ketat, bisa-bisa mutu barang yang dihasilkan rendah. Untuk itu dilakukan pengendalian mutu secara cermat dan ditetapkan batasan upah minimal tanpa memperhatikan hasil kerjanya atau perlu memasukkan persyeratan mutu, disamping jumlah hasil untuk menetapkan besarnya upah.


Sistem Upah Premi
Banyak teori tentang upah premi ini menurut Taylor, Emerson, Grantt, Hasley, Bedeux dan Rowan. Teori-teori ini pada dasarnya sama yaitu disediakan upah tambahan (premi) bagi karyawan yang bekerja lebih baik. Hanya saja ukuran yang digunakan berbeda.
Menurut Taylor, mula-mula ditentukan standart kerja dulu yaitu jumlah hasil kerja persatuan waktu. Bagi karyawan yang menghasilkan lebih banyak dalam waktu yang sama maka akan diberikan premi tertentu. Bagi yang kurang atau sama dengan standart kerja upah yang diberikan adalah upah standart. Contoh, perusahaan konveksi menetapkan standart kerja per bulan 150 potong dengan upah standart per potong Rp. 500,- dan upah maksimal Rp. 600,-. Maka jika seseorang atau karyawan menghasilkan 150 potong atau kurang akan mendapatkan upah Rp. 500,-/potong. Jika menghasilkan lebih dari 150 potong per bulan akan mendapatkan upah Rp. 600,-/potong.
Menurit Emerson, perlu ditentukan standart waktu umtuk menyelesaikan satu unit hasil kerja, misalnya 8 jam untuk menghasilkan atau menyelesaikan sebuah meja kayu lapis. Ditentukan pula upah standart per jam, misalnya Rp. 500,-/jam. Upah ini selalu ditambah dengan premi yang makin kecil untuk kenaikan tiap jam kerja. Misalnya seorang karyawan yang mampu menyelesaikan dalam 8, 9, 10 dan 11 jam masing-masing akan menerima upah tambahan sebesar 10 % x Rp. 500,-, 20 % x Rp. 500,-, 30 % x Rp. 500,- dan terakhir tidak mendapat tambahan karena premi menjadi 10 %.
Untuk teori yang lain pada prinsipnya sama, yang membedakan adalah cara pemberian premi dan besarnya premi. Misalnya, premi menurut Hasley diberikan pada mereka yang menyelesaikan tugas lebih cepat sebesar 50 % dari upah yang telah ditetapkan. Sedankan menurut Berdeux preminya sebesar 75 %.

Sistem Kombinasi
Sistem kombinasi adalah merupakan gabungan dalam suatu usaha kecik, dimana untuk para karyawan diberlakukan pengupahan yang berlainan, tergantung dari jenis pekerjaan dan tanggung jawab dalam menyelesaikan tanggung jawab. Pedoman pengupahan minimal biasanya mengacu pada ketentuan standart upah buruh minimal ditambah tunjangan transport dan uang makan serta bonus.
Sistem ini juga memacu semangat produktifitas selama wirausaha pandai mengkomunikasikannya dengan para karyawan.

Motivasi
Motivasi adalah untuk menimbulkan semangat kerja atau suasana sedemikian rupa sehingga karyawan melaksankan pekerjaan dengan penuh semangat dan bergairah. Bagi tiap karyawan motivasi tidak sama karena adanya perbedaan tujuan dan kebutuhan masing-masing karyawan untuk bekerja. Keberhasilan seorang pimpinan membangkitkan gairah kerja tergantung kemampuannya untuk memahami kebutuhan, emosi dan gagasan karyawan.
Motivasi yang dapat diberikan berupa insentif yang dapat dinilai dengan uang atau yang tidak dapat dinilai dengan uang, antara lain:
1. Gaji atau upah yang layak
2. Pekerjaan yang menarik
3. Kesempatan naik pangkat dan kemajuan
4. Diserahi pekerjaan dan tanggung jawab
5. Penghargaan atas pekerjaan yang telah diselesaikan
6. Kondisi lingkungan yang baik
7. Tata tertib dan disiplin yang bijaksana
Ada baiknya dari semula karyawan mengetahui dengan jelas prospeknya diperusahaan serta upahatau gaji dan jaminan akan didapat. Juga perlu ditekankan saling ketergantungan atau saling pertisipasi antara perusahaan dengan keryawan. Jika perusahaan maju, maka karyawan juga ikut maju, dan jika perusahaan hancur maka karyawan juga akan ikut hancur. Pimpinan harus bersifat jujur untuk memberitahu hasil yang telah dicapai perusahaan. Kegairahan kerja akan muncul jika pimpinan menghargai prestasi karyawan, penuh pengertian, simpati, jujur dan tidak mementingkan kepentingan diri sendiri.


PRODUKTIVITAS DAN LINGKUNGAN KERJA
Untuk menuju terwujudnya pendidikan berwawasan kewirausahaan, maka salah satu kuncinya adalah menciptakan “perusahaan” (lembaga) yang dinamis dan fleksibel, manajer bervisi ke depan, serta lingkungan kerja yang kondusif.
1. Organisasi perusahaan harus dinamis dan fleksibel.
Pengembangan organisasi perusahaan harus didasarkan atas visi, misi dan tujuan
yang jelas. Ada delapan roh oganisasi (perusahaan) agar sukses dan panjang umur yaitu : (1) roh kesucian dan kesehatan. (2) roh kebaikan dan kemurahan.
(3) roh cinta dan suka cita (4) roh keunggulan dan kesempurnaan

2. Peran manajer sangat menentukan.
Manajer harus memiliki visi ke depan agar mampu mengarahkan dan meningkatkan kinerja perusahaan. Sekurang-kurangnya ada 8 kompetensi manajer bervisi ke depan, ialah : (1) kemampuan strategi (2) kemampuan sintesis, (3) kemampuan organisasi, (4) kemampuan komunikasi, (5) kemampuan negosiasi, (6) kemampuan presentasi, (7) dinamika, dan (8) ketangguhan.

3. Penciptaan lingkungan kerja yang kondusif.
Ada delapan persyaratan kualitas kehidupan lingkungan kerja disebut kondusif, ialah :
(1) Upah yang layak dan pantas bagi pekerjaan yang dilakukan dengan baik
(2) Kondisi kerja yang aman dan sehat
(3) Kesempatan untuk belajar dan menggunakan keterampilan-keterampilan
baru
(4) Kesempatan untuk mengembangkan dan memajukan karir
(5) Integrasi sosial ke dalam organisasi
(6) Perlindungan terhadap hak-hak individu
(7) Keseimbangan antara tuntutan kerja dan bukan kerja
(8) Rasa bangga terhadap kerja itu sendiri dan terhadap organisasi


MEMBANGUN ETOS KERJA KEWIRAUSAHAAN
Salah satu sumber bala yang menimbulkan bencana nasional akhir-akhir ini adalah karena tidak dimilikinya etos kerja yang memadai bagi bangsa kita. Belajar dari negara lain, Jerman dan Jepang yang luluh lantak di PD II. Tetapi kini, lima puluh tahun kemudian,
mereka menjadi bangsa termaju di Eropa dan Asia. Mengapa? Karena etos kerja mereka tidak ikut hancur. Yang hancur hanya gedung-gedung, jalan, dan infrastruktur fisik. Max Weber menyatakan intisari etos kerja orang Jerman adalah : rasional, disiplin tinggi, kerja keras, berorientasi pada kesuksesan material, hemat dan bersahaja, tidak mengumbar kesenangan, menabung dan investasi.
Di Timur, orang Jepang menghayati “bushido” (etos para samurai) perpaduan Shintoisme dan Zen Budhism. Inilah yang disebut oleh Jansen H. Sinamo (1999) sebagai “karakter dasar budaya kerja bangsa Jepang”.
Ada 7 prinsip dalam bushido, ialah : (1) Gi : keputusan benar diambil dengan sikap benar berdasarkan kebenaran, jika harus mati demi keputusan itu, matilah dengan gagah, terhormat, (2) Yu : berani, ksatria, (3) Jin : murah hati, mencintai dan bersikap baik terhadap sesama, (4) Re : bersikap santun, bertindak benar, (5) Makoto : tulus setulus-tulusnya, sungguh-sesungguh-sungguhnya, tanpa pamrih, (6) Melyo : menjaga kehormatan martabat, kemuliaan, dan (7) Chugo : mengabdi, loyal. Jelas bahwa kemajuan Jepang karena mereka komit dalam penerapan bushido, konsisten, inten dan berkualitas.
Indonesia mempunyai falsafah Pancasila, tetapi gagal menjadi etos kerja bangsa kita karena masyarakat tidak komit, tidak inten, dan tidak bersungguh-sungguh dalam menerapkan prinsip-prinsip Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Maaf cakap “Ketuhanan Yang Maha Esa” misalnya, sering ditampilkan sebagai “Keuangan yang maha kuasa”. Kemanusiaan yang adil dan beradab, diterapkan menjadi “Kekuasaan menentukan apa yang adil dan siapa yang beradab”, “Persatuan Indonesia” prakteknya menjadi “persatuan pejabat
dan konglemerat” dsb.
Inilah bukti dari ramalan Ronggowarsito dan inilah zaman edan. Dampak kondisi ini etos kerja yang berkembang adalah etos kerja asal-asalan. Beberapa pernyataan berikut adalah gambaran ungkapan yang sering muncul ke permukaan yang menggambarkan etos kerja asal-asalan, atau istilah Sinamo (1999) sebagai “etos kerja edan”, ialah : (1) bekerjalah sesuai keinginan penguasa, (2) bekerja sebisanya saja, (3) bekerja jangan sok suci, kerja adalah demi uang, (4) bekerja seadanya saja nggak usa ngoyo, tak lari gunung dikejar, (5) bekerja harus pinter-pinter, yang penting aman, (6) bekerja santai saja mengapa harus ngotot, (7) bekerja asal-asalan saja, wajar-wajar saja, kan gajinya kecil, (8) bekerja semau gue, kan di sini saya yang berkuasa. Ungkapan-ungkapan seperti tersebut di atas menggambarkan tidak adanya etos kerja yang pantas untuk
dikembangkan apalagi menghadapi persaingan global. Maka dari itu wajarlah jika bangsa ini harus menerima pil pahit bencana nasional krisis yang berkepanjangan yang tak kunjung usai.
Untuk mencapai kualifikasi Wirausaha Unggul maka SDM Perusahaan harus memiliki Etos Kerja Unggul. Jansen H. Sinamo (1999) mengembangkan 8 Etos Kerja Unggulan sebagai berikut :
1. Kerja itu suci, kerja adalah panggilanku, aku sanggup bekerja benar.
Suci berarti diabdikan, diuntukkan atau diorientasikan pada Yang Suci. Penghayatan kerja semacam ini hanya mungkin terjadi jika seseorang merasa terpanggil. Bukan harus dari Tuhan, tapi bisa juga dari idealisme, kebenaran, keadilan, dsb. Dengan kesadaran bahwa kerja adalah sebuah panggilan suci, terbitlah perasaan untuk melakukannya secara benar.
2. Kerja itu sehat, kerja adalah aktualisasiku, aku sanggup bekerja keras :
Maksudnya adalah bekerja membuat tubuh, roh dan jiwa menjadi sehat. Aktualisasi berarti mengubah potensi menjadi kenyataan. Aktualisasi atau penggalian potensi ini terlaksana melalui pekerjaan, karena kerja adalah pengerahan energi bio-psiko-sosial. Akibatnya kita menjadi kuat, sehat lahir batin. Maka agar menjadi maksimal, kita akan sanggup bekerja keras, bukan kerja asal-asalan atau setengah setengah.
3. Kerja itu rahmat, kerja adalah terimakasihku, aku sanggup bekerja tulus :
Rahmat adalah karunia yang diberikan oleh Yang Maha Kuasa. Respon yang tepat
adalah bersyukur dan berterima kasih. Ada dua keuntungan dari bekerja sebagai rahmat, (1) Tuhan memelihara kita, dan (2) disamping secara finansial kita mendapat upah, juga ada kesempatan belajar, menjalin relasi sosial, dsb. Pemahaman demikian akan mendorong orang untuk bekerja secara tulus.
4. Kerja itu amanah, kerja adalah tanggung jawabku, aku sanggup bekerja tuntas.
Melalui kerja kita menerima amanah. Sebagai pemegang amanah, kita dipercaya,
berkompeten dan wajib melaksanakannya sampai selesai. Jika terbukti mampu, akhlak terpercaya dan tanggung jawab akan makin menguat. Di pihak lain hal ini akan menjadi jaminan sukses pelaksanaan amanah yang akan menguklir prestasi kerja dan penghargaan. Maka tidak ada pekerjaan yang tidak tuntas.
5. Kerja itu seni/permainan, kerja adalah kesukaanku, aku sanggup bekerja kreatif :
Apapun yang anda kerjakan pasti ada unsur keindahan, keteraturan, harmoni, artistik seperti halnya seni. Untuk mencapai tingkat penghayatan seperti itu dibutuhkan suatu kreativitas untuk mengembangkan dan menyelesaikan setiap masalah pekerjaan. Jadi bekerja bukan hanya mencari uang, tetapi lebih pada mengaktualisasikan potensi kreatif untuk mencapai kepuasan seperti halnya pekerjaan seni.
6. Kerja itu ibadah, kerja adalah pengabdianku, aku sanggup bekerja serius :
Tuhan mewajibkan manusia beribadah (dalam arti ritual) dan beribadah (dalam artian kerja yang diabdikan pada Tuhan). Kerja merupakan lapangan konkrit melaksanakan kebajikan seperti: untuk pembangunan bangsa, untuk kemakmuran, untuk demokrasi, keadilan, mengatasi kemiskinan, memajukan agama, dsb. Jadi bekerja harus serius dan sungguh-sungguh agar makna ibadah dapat teraktualisasikan secara nyata sebagai bentuk pengabdian pada Tuhan.
7. Kerja itu mulia, kerja adalah pelayananku, aku sanggup bekerja sempurna
Secara moral kemuliaan sejati datang dari pelayanan. Orang yang melayani adalah orang yang mulia. Pekerjaan adalah wujud pelayanan nyata bagi institusi maupun orang lain. Kita ada untuk orang lain dan orang lain ada untuk kita. Kita tidak seperti hewan yang hidup untuk dirinya sendiri. Manusia moral seharusnya mampu proaktif memikirkan dan berbuat bagi orang lain dan masyarakat. Maka kuncinya ia akan sanggup bekerja secara sempurna.
8. Kerja itu kehormatan, kerja adalah kewajibanku, aku sanggup bekerja unggul :
Sebagai kehormatan kerja memiliki lima dimensi : (1) pemberi kerja menghormati kita karena memilih sebagai penerima kerja (2) kerja memberikan kesempatan berkarya dengan kemampuan sendiri, (3) hasil karya yang baik memberi kita rasa hormat, (4) pendapatan sebagai imbalan kerja memandirikan seseorang sehingga tak lagi jadi tanggungan atau beban orang lain, (5) pendapatan bisa menanggung hidup orang lain. Semuanya adalah kehormatan. Maka respon yang tepat adalah menjaga kehormatan itu dengan bekerja semaksimal mungkin untuk menghasilkan mutu setinggi–tingginya. Dengan unggul di segala bidang kita akan memenangkan persaingan.

















Gambar 1 : Etos Kerja Karyawan

XV. SISTEM ADMINISTRASI

Banyaknya perusahaan kecil yang tidak membiasakan diri membuat catatan-catatan tentang kegiatan yang terjadi dalam perusahaannya. Data-data transaksi, keuangan, perjanjian dagang, harta, persediaan dan sebagainya sangat terbatas sekali. Tidak jarang bahwa janji dagang atau pesanan terlupakan karena tidak dicatat dengan baik. Proses produksi menjadi terhambat hanya karena akibat tidak diketahui bahwa persediaan bahan baku sudah habis karena tidak adanya catatan gudang atau produksi.
Para pengurus hanya menghandalkan daya ingat dengan sedikit catatan untuk menunjang kebiasaan yang diambilnya. Mereka cenderung menggunakan naluri dalam mengelola perusahaannya. Dalam prinsip pengelolaan modern, catatan tentang semua aktivitas perusahaan mutlak diperlukan Jika catatan aktivitas perusahaan tidak tersedia, tentunya evaluasi itu tidak dapa dilakukan dengan baik.
Pencatatan semua kegiatan perusahaan yang sangat diperlukan bagi kelancaran dan pengelolaan perusahaan tugas administrasi. Tugas tersebut meliputi pencatatan transaksi, keuangan, produksi, persedian, perkantoran dan lain-lain yang mempengaruhi kelancaran perusahaan.

Administrasi Perusahaan Kecil
Ketidak beresan administrasi dapat mengganggu kelancaran jalannya perusahaan. Karena masalah administrasi tidak dapat diabaikan dalam pengelolaan perusahaan kecil. Lalu bagaimana administrasi yang baik dan apa saja yang harus dicatat berhubungan dengan pengelolaan perusahaan kecil?
Semua itu tergantung keadaan yang bersangkutan. Tetapi pada prinsipnya semua hal dan kejadian yang perting bagi pengelolaan perusahaan harus dicantumkan. Hal ini memerlukan pangalaman, bentuk dan model pencatatan yang bermacam-macam dan perlu diperhatikan catatan harus rapi, sistematik, tertib dan sederhana sehingga mudah diperiksa dan dikendalikan. Biasanya yang banyak digunakan adalah dalam bentuk daftar atau kolom-kolom, atau sering juga dengan sistem kartu.
Untuk mengetahui hal-hal yang perlu dicatat maka perlu ditelusuri semua kegiatan perusahaan kemudian dikelompokkan menurut jenis kegiatannya.
Dibawah ini beberapa contoh macam catatan dan kegiatan yang mungkin dapat dipakai sebagai pembanding didalam perusahaan kecil.

Tabel 1. Macam catatan dan materi atau kegiatannya.

Macam catatan Materi atau kegiatan yang dicatat

Catatan perjanjian dagang  Dengan siapa janji itu dibuat, waktu, isi janji dan keterangan lain yang perlu
Catatan pemasaran  Nama-nama distributor atau agen, identitas, waktu pengiriman, pemberian komisi jadwal pengiriman barang dan keterangan lainnya.
Catatan pemesanan dan pengiriman


Catatan gudang


Catatan proses produksi

Catatan kepegawaian

Catatan surat menyurat  Nama dan alamatjumlah pemesanan pengiriman barang, waktu pengiriman barang dan sebagainya.
 Jenis nama dan barang, jumlah arus keluar masuk barang dari gudang tanggal dan kondisi barang.
 Jenis, jumlah, arus keluar masuk barang, kondisi barang dan lain-lain.
 Data dan identitas pegawai, jumlah upah/gaji, prestasi kerja dan catatan lainnya.
 Mencatat semua surat yang masuk maupun yang keluar dengan mencatat tanggal proses surat, isi surat dan keterangan lainnya yang penting.
Contoh diatas adalah sebagian saja dari tugas pencatatan perusahaan. Masalah lain yang perlu dicatat dapat ditentukan sesuai kegiatan dan kepentingan selanjutnya catatan tersebut disimpan sehingga mudah untuk digunakan kembali.

Sistem Pembukuan Perusahaan Kecil
Pembukuan merupakan bahan informasi untukmengetahui keadaan keuangan perusahaan seperti transaksi keuangan, biaya, laba, rugi, pajak yang harus dibayar dan sebagainya. Juga diketahui jika ada penyimpangan sehingga perbaikan dapat dilakukan dengan segera. Diketahui pula bagaimana kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban finansialnya dan dapat diramalkan bagaimana hari depan perusahaan. Disamping itu kejelasan catatan keuangan merupakan keharusan pada waktu mengajkan pinjaman kepada lembaga pengkreditan.
Data yang dicatat tergantung jenis dan kegiatan usaha serta informasi yang dibutuhkan agar perusahaan dapat beroperasi secara efisien. Banyak ragam prisedur pencatatannya diantaranya adalah metode tata buku atau akunting.

Ada dua macam tata buku yaitu:
1. Tata buku berpasangan, buku ini sering digunakan oleh perusahaan menengah dan perusahaan besar.
2. Metode tata buku tunggal yang lebih sederhana dan mudah diterapkan diperusahaan kecil.
Dalam tata buku tunggal, proses proses pembukuan diawali dengan membuat daftar inventaris dan neraca. Kemudian kejadian sehari-hari dalam perusahaan ditata dalam buku harian. Dari buku harian ini dapat dibuat ikhtisarnya dan disusun keuangan yang meliputi neraca dan perhitungan laba ruginya.

Membuat Inventaris dan Neraca
Didalam daftar inventaris diterangkan keadaan harta dan utang menyebutkan harga masing-masing pada waktu tertentu, disebut pula nilai harga bersihnya beserta modelnya. Dari daftar inventaris ini dibuat neraca yang menunjukkan himpunan antara harta dan utang. Data-data dikutip dari daftar inventaris dengan menampilkan harta disebelah kiri dan utang disebelah kanan. Sisi-sisi tabel neraca ini sering disebut dengan debet kredit.
Kedua daftar diatas biasanya dibuat sekali setahun. Dalam daftar inventaris semua jumlah dicatat dalam sebuah lajur berturut-turut kebawah yang disebut bentuk stuffer. Sedang bentuk neraca yang terdiri dari dua bagian kanan dan kiri disebut skontro.

Membuat Buku Harian
Buku harian menyebut tangggal kejadian, keterangan dan jumlahnya yang dicatat berdasarkan bukti-bukti, faktur dan sebagainya.
Karena banyaknya kejadian yanng dicatat maka sebaiknya setiap jenis kegiatan dibuat dibuku tersendiri sehingga tidak semberawut. Semua kegiatan bisa ditulis dalam buku harian, tetapi bisa juga dipisah-pisahkan misalnya buku bank, kas, pembelian, penjualan, produksi dan buku memorial pelengkap. Untuk membantu buku harian sering pula perusahaan membuat buku tambahan yang diantaranya buku utang (kredit), piutang (debitur), gudang dan sebagainya. Jadi banyak pembukuan yang dapat dibuat dalam perusahaan dan semua itu tergantung jenis dan kegiatan usahanya serta kebutuhannya. Kesemuanya dibutuhkan bagi perusahaan kecil.
Banyak catatan lain yang semestinyadibuat, baik yang menyangkut keuanagan maupun tidak. Bentuk catatan itu hendaknya sesederhana mungkin sehingga mudah dipergunakan dan dibawa, jika dipandang perlu maka tugas-tugas pembukuan dan administrasi dapat diserahkan pada tenaga mahir, satu hal lagi yang tidak boleh dilupakan yaitu dalam pembukuan catatan perlu disediakan dana atau biaya. Untuk menghemat biaya itu diharapkan ketelitian agar jangan sampai ada catatan yang tumpang tindih, jangan membuat catatan yang sebenarnya tidak dilakukan dan catatan yang tidak akan diperlukan sebaiknya dimusnakan.


Prosedur Pencatatan Operasional
Prosedur pencatatan operasional dilakukan sesuai dengan pola kegiatan yang mengikuti setiap aktivitas operasioanal. Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi:
a. Kegiatan Pembelian:
1. Prosedur pembelian bahan
2. Prosedur permintaan penawaran harga dan penelitian pemasok
3. Prosedur order pembelian
4. Prosedur penerimaan barang
5. Prosedur pencatatan utang.
b. Kegiatan Penerimaan:
1. Prosedur order penjualan
2. Prosedur persetujuan kredit
3. Prosedur pengiriman uang
4. Prosedur penagihan
5. Prosedur pencatatan piutang.
c. Kegiatan Kas Masuk dan Kas Keluar:
1. Bagian administrasi dan Keuangan (BAK) mengirim Surat Tangan (ST) kepemesanan
2. BAK menerima ST, Faktur Penjualan (FJ) dan Kas atau Cek dari pemesanan.
3. BAK mencatat adanya kas masuk
4. BAK menerima ST dan Laporan Pengiriman Barang (LPB) dari pemasok
5. BAK mengirim kas, cek serta surat tagihan ke pemasok
6. BAK mencatat adanya kas keluar
7. BAK menerima laporan persediaan barang dan laporan penggunaan biaya-biaya dari bagian pemasran
8. BAK menerima laporan pemakaian bahan baku dan laporan penggunaan biaya-biaya dari bahan operasional.


Pencatatan Prosedur Pemesana
Yang dimaksud costing dalam berproduksi adalah menghitung biaya proses produksi untuk menentukan harga pokok produksi. Unsur-unsurnya adalah:
1. Biaya bahan langsung
2. Biaya tenaga langsung
3. Biaya pabrik tak langsung
Biaya bahan langsung merupakan biaya dari perolehan semua bahan yang dapat langsung diperhitungkan kedalam harga pokok dari barang jadi yang diproduksi. Untuk perusahaan genteng misalnya tanah merah.
Biaya tenaga langsung merupakan biaya tenaga kerja ynag ikut berperan langsung dalam proses produksi. Untuk pabrik mebel misalnya upah tukang.
Biaya pabrik tak langsung merupakan biaya-biaya yang dikelaurkan sehubungan dengan adanya proses produksi. Untuk biaya pabrik tak langsung terdiri atas;
1. Biaya bahan penolong, misalnya lembaga percetakan
2. Biaya tenga tak langsung yaitu biaya upah untuk tenaga yang tidak terlibat langsung dalam proses produksi, misalnya sopir truk.
3. Biaya pemeliharaan dan servis peralatan
4. Biaya asuransi dan sejenisnya.
5. Biaya fasilitas penunjang, misalnya listrik, telpon dan PAM.
Untuk memudahkan perhitungan dan kegiatan produksi memberikan informasi langsung mengenai biaya. Volume dan laba (BVL) atau suatu jenis produk, serta kapan harus dimulai dan saat harus selesai. Misalnya pada industri kulit akan memberikan informasi langsung tentang BVL dari masing-masing tumpukan produk seperti dari anyaman, sovenir atau tas kulit.






XVI. MANAJEMEN KEUANGAN

Keuangan merupakan benteng terakhir daris ebuah perusahaan. Bila keuangannya tidak dikelola dengan baik maka jebollah atau lancarlah bentengnya yang berati lobang spontan perusahaan. Oleh karena itu, dalam mengelola keuangan perlu prinsip kehati-hatian, hemat dan tidak sembrono. Disisi lain perlu dibuat perencanaan yang baik, pelaksanaan dan pengendalian keuangan.
Semua pengusaha tentu sependapat bahwa uang dan keuanagan merupakan yang terpenting dalam berusaha. Keduanya merupakan darah dan nafas perusahaan. Menurut perdagangan modern, uang dan keuanagan merupakan salah satu fungsi manajemen disamping produksi, personalia dan pemasaran karena ada keseimbangan dalam pengelolaannya.
Pengendalian keuangan umumnya tanpa pedoman. Perincian pertahun, triwulan, perbulan atau mingguan tidakm ada. Kelemahan ini akan terungkap ketika akan mengambil kredit di bank. Kebanyakan tidak memiliki sistem pembukuan yang teratur dan rapi. Ada juga yang sudah membuat pembukuan tetapi merka sering tidak tahu akan diapakan pembukuan itu. Ada pula yang sudah membuat laporan keuangan tetapi tidak pernah dimanfaatkan atau belun tahu tata cara memanfaatkannya.
Hal yang sering dianggap remeh adalah tidak hanya batasan yang tegas dan jelas antara harta pribadi dan perusahaan. Seorang pengusaha yang juga pemilik tunggal sering mengabaikan gajinya sendiri atau anggota keluarganya yang ikut terlibat dalam usaha tersebut.

Kunci Mengurus Keuangan
Kunci utama dalam mengelola keuangan adalah pembukuan dan administrasi yang rapi dan tepat. Menurut pengalaman, pengendalian keuangan yang lemah dan administrasi yang kacau menjadi salah satu penyebab utama gagalnya perusahaan.
Setiap rupiah yang keluar dan masuk harus dicatat secermat mungkin. Tiap transaksi bagaimanapun kecilnya selalu dicatat dengan bukti yang jelas dan lengkap, seperti kuitansi, faktur dan sebagainya. Dalam mengelola keuangan, hal-hal yang perlu dipertimbangkan antara lain:
1. Buat pembukuan yang teratur dan rapi, catat semua keterangan lainnya
2. Periksa kesahan semua bukti pembayaran
3. Pisahkan harta pribadi dengan keuangan perusahaan
4. Tentukan gaji para tenaga kerja termasuk pemilik sendiri atau siapapun yang digunakan tenaganya oleh perusahaan
5. Gunakan jasa bank dengan sebaik-baiknya
6. Buatlah anggaran untuk semua aspek keuangan dan bandingkan dengan realitanya.Buat pembukuan yang teratur dan rapi, catat semua keterangan lainnya.

Mengelola Sistem Keuangan
Mengelola sistem keuangan ibarat memelihara jantung manusia agar dapat mengedarkan darah keseluruh daerah tubauh sehingga bagian-bagian tersebut mampu menjalankan fungsinya. Demikian juga dengan sistem keuangan, harus dikelola sebaik mungkin sehingga dapat diedarkan kebagian kegiatan usaha. Untuk itu disediskan dana yang cukup besar agar mereka dapat menjalankan tugas sebaik-baiknya.
Setelah perusahaan siap operasi, harus disediakan dana untuk operasi yaitu dana yang akan dibutuhkan untuk kelangsungan usaha. Pada dasarnya modal kerja harus diarahkan kepada persediaan pembekalan, kesediaan untuk konsumen yang belum membayar, sediaan kas unuk gaji dan biaya operasi, penjualan, administrasi dan lain-lain.
Dana diperoleh dari pemilik sendiri atau ditambah dari rekan kerja yang ikut menitipkan modalnya atau dari rekan komanditer (CV), atau ditambah dari rekan persero (PT).
Jika ingin memperbesar produsi operasi mungkin dapat ditambah dana dari utang dagang yaitu pembayaran mundur kepada pembekalan. Atau bisa juga menarik uang muka dari konsumen atau dari pinjaman bank.
Pengelola harus mampu mengendalikan dan aagar jangan sampai kurang atau berlebihan. Untuk sebaiknya dibuat sistem pencatatan atau pembukuan sebaik-baiknya, jangan sampai menunggu setelah usaha mulai berkembang.

Proyeksi Pendapatan Jangka Pendek dan Jangka Panjang
Dalam penyusunan proyeksi biaya dan pendapatan prosesnya dapat digambarkan sebagai berikut:

SIKLUS PERENCANAAN KEUANGAN USAHA KECIL







Dengan memperhatikan siklus diatas, wirausaha dapat menetukan kebutuhan aktiva lancar dan aktiva tetap darisatu usaha kecil yang dikelolanya dalam jangka panjang. Pedoman dalam menentukan aktiva lancar adalah menentukan memenuhi kebutuhan jangka pendek dan berhubungan langsung dengan proses produksi. Sedangkan pedoman untuk menentukan aktiva tetap umumnya bersifat jangka panjang dan tidak langsung berhubungan dengan proses produksi.

Menyusun Anggaran Keuangan
Anggaran keuangan (budget) adalh suatu rencana jangka pendek yang sangat yang sangat kuantitatif dan biasanya dinyatakan dengan ukuran uang. Anggota ini disusun tahunan kemudian dirinci menjadi bulanan. Anggaran ini akan menyangkut rencana pendapatan, pengeluaran dan pembiayaan. Anggaran juga dapat dipakai sebagai alat pengendali keuangan.
Biasanya yang dianggarkan adalah penjualan, promosi, kontribusi, produksi dan banyaknya pengadaan, biaya umum, negara, laba rugi, arus uang san sebagainya. Untuk mempermudah penyusunan mula-mula disusun anggaran induk yang mencakup semua rencana kegiatan usaha secara menyeluruh. Kemudian dirinci kedalam anggaran bulanan. Setelah disusun diperiksa kembali berulang kali, jika perlu diadakan perubahan dan perbaikan. Jika akan muncul kesulitan maka akan dapat dipersiapkan cara mengatasinya.
Jika semua telah dilaksanakan, catatlah semua relasiasinya dan bandingkan dengan anggaran yang telah ditetapkan. Dengan pembangding itu akan diperoleh bahan untuk perbaikan pada rencana selanjutnya.

Pengelolaan UangTunai
Hal lain dalam anggaran adalah uang tunai (KAS). Banyak perusahaan kecil yang menunjukkan kemampuan untuk mendapatkan laba yang besar tetapi ini gagal karena kekurangan uang tunai. Meraka mengira bahwa cadangan uang tunai hanya untuk melunasi sewa menyewa. Untuk pembiayaan lainnya seperti peralatan, gaji dan pajak diambil dari pendapatan sehari-hari. Jika suatu saat harus melunasi pembayaran yang mendadak umumnya menjadi kalang kabut dan dapat mengakibatkan bangkrut. Untuk mencegah kejadian ini paling tidak mengurangi kemungkinan itu harus dibuat anggaran tunai dengan cermat dan teliti.

Anggaran Arus Kas
Dalam hal ini pengusaha harus merencanakan semua yang berhubungan dengan masuk keluarnya uang tunai dan melihat apa kesulitannya. Sehingga akan segera disediakan mana dan kapan uang tunai harus disediakan. Jika dana diperkirakan akan mengalami kekurangan, maka jauh hari dilakukan usaha untuk menutupnya sehingga kekosongan kas secara mendadak dapat dihindari.
Agar kebutuhan kas dapat diketahui dari waktu kewaktu maka perlu dibuat anggaran arus kas. Karena dalam penyusunannya harus dibuat ramalan-ramalan. Maka pengalaman tahun lau merupakan bahan yang bermanfaat.
Pada dasrnya yang dianggarkan adalah pemasukan dan pengeluaran uang tunai. Karena penerimaan masih harus diramalkan, maka perencanaan penjualan hrus diketahui. Untuk penggeluaran perusahaan sudah banyak direncanakan yaitu pembelian, pembekalan, upah/gaji, pajak, pembayaran bunga dan pinjaman bank. Semua bentuk pengeluaran apapun yang menyangkut uang tunai harus dianggarkan.
Anggaran kas merupakan alat pengendalian penggunaan dan dalam satu periode operasional usaha kecil yang berfungsi:
1. Menentukan komposisi kas pada berbagai waktu
2. Meramalkan pemasukan dan pengeluaran kas dalam satu periode
3. Sebagai dasar pemberian kredit
4. Alat pengendali dan pengawasan untuk membandingkan terget dengan realita atau pelaksanaan penggunaan dana kas.
Dalam penyusunan anggaran kas yang perlu dicermati adalah:
1. Anggaran penerimaan kas
2. Anggaran pengeluaran kas
3. Anggaran penagihan piutang
Dan senantiasa dihubungkan dengan unit waktu, seprti :
1. Anggaran kas jangka pendek
2. Anggaran kas jangka panjang
Pengaturan kas yang baik akan memberikan kemudahan dalam pengembangan kas selanjutnya, begitu pula sebaliknya.

Saldo Kas dan Bentuk Anggaran Arus Kas
Setelah anggaran arus kas disusun, dari penerimaan dapat diketahui selisihnya yaitu saldo kas atau kas netto untuk setiap waktu. Stu hal yang harus diingat bahwa saldo kas bukanlah laba perusahaan. Anggaran arus kas ini sama sekali bukanlah laba rugi, hal ini jangan sampai disalah artikan.
Bentuk susunan arus kas dapat berupa kolom-kolom dan semua kolom diisi dengan angka-angka perkiraan kas. Dapat juga digabung dengan realisasinya sehingga dapat diperbandingkan. Anggaran kas ini dapat dibuat bulanan dalam 3 bulan, 4 bulan dan sampai sejauh yang dapat diperkirakan.
Semua tahapan usaha diawasi secra ketat agar kebocoran laba dapat ditekan serendah mungikin. Laba telah diamankan karena semua pengeluaran telah diatasi dengan pendapatan yang telah dicapai. Perusahaan telah siap dinilai bank kreditur karena rencana pengembalian pinjaman telah dijadwalkan dalam anggaran kas.

UD. MEGA SALAM
DEVISI KERIPIK TEMPE
ANGGARAN ARUS KAS
JANUARI-PEBRUARI 2007 (x1000)
Keterangan Januari Pebuari
Taksiran Realisasi % Taksiran Realisasi %
Saldo kas awal bulan
Pemasukan
 Penjualann tunai
 Tagihan piutang
 Pinjaman ke BMT
 Bagi hasil dari BMT 500

4.000
500
2000
200

5000
400
2.000
240

+ 25
- 20
100
+ 20 3.240

5000
100

100 3.240

4.500
100
-
60

-10
100
-
- 40
Jumlah Pemasukan 7.700 7.640 +125 8.440 7.900 - 7,4
Pengeluaran
 Pembelian
 Biaya Adm
 Gaji
 Angsuran ke BMT
4000
500
500
-
3500
400
500
-
-12,5
-20
100
4000
500
500
220
4100
450
500
220
100
-10
100
100
Jumlah Pengeluaran 5000 4.400 5.220 5.270 -10
Saldo Akhir 2.700 3.240 3.220 2.630 -18,4

Sumber & Penggunan Dana
Menurut perolehannya maka sumber dana terdiri dari:
1. Pemilik (peserta modal dan lainnya).
2. Kreditur (bank, utang pada pihak asing).


Sumber intern atau ari dalam perusahaan meliputi:
1. Laba usaha
2. Penyusutan aktiva
Dalam praktek bisnis sehari-hari, perusahaan sehubungan dengan sumber dana berasal dari:
1. Mengadakan pinjaman
2. Menjual saham baru
3. Menjual aktiva
4. Menambah laba (tidak membayar deviden).
Penggunaan atau pengeluaran:
1. Pembelian aktiva
2. Pengangsuran pinjaman
3. Membayar kembali atau membeli saham
4. Membayar deviden.

Depresiasi Penyusutan
Pemakaian aktiva lancar seperti kas dan persediaan mudah diamati dan langsung memberikan sumbangan atas penciptaan suatu produk atau jasa. Namun untuk jenis aktiva tetap bentuk sumbangsihnya tidak terlihat langsung. Oleh karena itu perlu ditentukan nilai depresiasinya atau sumbangsihnya pada setiap periode produksi. Penerapan depresiasi juga dimaksudkan sebagai upaya penggantian aktiva dalam jangka waktu.
Depresiasi dapat dihitung berdasarkan:
1. Metode Garis Lurus
Metode garis lurus menentukan sumbagsih suatu aktiva tetap adalah sama untuk setiap periode produksi. Misalkan perusahaan membeli suatu mesin A dengan harga Rp. 5.000.000,00. Dari pengalaman yang lalu penggunaan mesin akan optimal dipakai selama 10 tahun. Harga jual mesin bekas Rp. 1.000.000,00, maka depresiasi atau nilai penyusutan mesin adalah :
Rp. 5.000.000,00 – Rp.1.000.000,00 = Rp. 400.000,00
10
2. Metode Keseimbangan Prestasi
Metode ini menentukan nilai depresiasi yang moderat atau rata-rata perubahan dari keseinbangan prestasi sesuai dengan kondisi aktiva tetap. Misalnya suatu mesin seharga Rp. 3.000.000,00 dan umur ekonomisnya adalah 5 tahun tanpa nilai residu. Maka nilai penyusutan sebagai berikut:

TAHUN PENYUSUTAN
Ke-1 Rp. 1.000.000,00
Ke-2 Rp. 800.000,00
Ke-3 Rp. 600.000,00
Ke-4 Rp. 400.000,00
Ke-5 Rp. 200.000,00
Jumlah Rp. 3.000.000,00

Metode Kapasitas Terpakai
Metode ini menentukan sumbangsih dari suatu aktiva berdasarkan jumlah jam kerja mesin yang digunakan dalam setiap periodeberproduksi. Metode ini dipilih jika wirausaha sulit untuk menentukan um1ur ekonomi Dari suatu aktiva misalkan perusahaan membeli mesin seharga Rp. 5.000.000,00. Mesin tersebut mampu digunakan untuk menghasilkan 10.000 unit produk atau jasa. Jika pemakaian memenuhi maksimal jam kerja atau mesin telah rusak, maka mesin bekas dapat dijual dan harganya Rp. 500.000,00. Jika dalam suatu periode berproduksi menghasilkan 500 unit, berapa nilai depresiasinya ?
Maka nilai depresiasinya untuk 10.000 unit :
= Rp. 5.000.000,00 – Rp. 500.000,00
= Rp. 4.500.000,00
nilai depresiasi per unit :
= Rp. 4.500.000,00
10.000
= Rp. 450.000,00
nilai depresiasi per periode berproduksi :
= 550 x 450,00
=Rp.225.000,00
Penggunaan metode depresiasi pada aktiva usaha kecil dapat memilih satu dari ketiga metode diatas. Jika masih mendapat masalah dalam penentuan metode penilaiannya, maka dapat digunakan kebijakan yang berpedoman pada tiga hal :
1. Umur ekonomi aktiva
2. Nilai sumbangsihnya terhadap unit produksi atau jasa
3. Harga jual setelah dipakai
Penetapan metode yang diterapkan akan membantu wirausaha dalam perencanaan aktiva serta penggantiannya untuk jangka panjang serta tidak merugikan usaha kecil dalam menentukan harga jual produk dan perencanaan keuangan.




















XVII. ANALISA LAPORAN KEUANGAN

Laporan keuangan ini amat penting bagi perusahaan juga bagi kepentingan ekstern. Dengan adanya laporan keuangan yang tersaji dengan baik dan benar akan membantu pengusaha untuk mengambil keputusan yang cepat, tepat dan akurat.
Banyak bentuk laporan keuangan tapi yang paling bermanfaat berupa neraca dan laporan laba rugi atau neraca pendapatan. Keduanya tidak hanya penting bagi urusan dalam perusahaan, tetapi juga bagi pihak-pihak lain, seperti pihak bank, pembekal, penarik pajak dan lainnya.
Dengan laporan bentuk ini akan dapat ditarik banyak kesimpulan mengenai apa yang telah terjadi, apa yang sudah atau belum efektif dan efisien dan sebagainya.
1. Neraca atau Daftar Keadaan Keuangan
Neraca harus menggambarkan keuangan perusahaan pada suatu saat, yaitu posisi harta, hutang dan modal. Dan biasanya disalikan tiap akhir tahun. Tetapi mungkin juga disajikan pada pertengahan tahun bahkan pada kuartal pertama.
Neraca dapa disajikan dalam bentuk laporan dan akun. Neraca berbentuk laporan biasanya membandingkan keadaan sekarang dengan keadaan yang lalu. Dengan neraca ini perkembangan perusahaan akan lebih cepat diketahui daripada memakai neraca akun
2. Laporan Laba Rugi
Untuk mendapat laporan laba rugi diperlukan laporan harga pokok penjualan (HPP) biaya pemasaran dan administrasi. Keterangan penunjang ini bukan untuk pihak luar tetapi hanya untuk pihak pengelola saja. Perhitungan didasarkan pada pendapatan, biaya dan ongkos produksi, biaya pemasaran dan administrasi. Perhitungan ini juga merupakan pelengkap bagi neraca keuangan sehingga keduanya dapat memberikan gambaran jelas tentang keadaan dan kemajuan perusahaan.

Laporan Neraca
Bagan Struktural Neraca
Agar lebih jelas dan memahami suatu neraca maka perlu pengertian tentang struktur neraca seperti dibawah ini:

NERACA
Aktiva Passiva
Aktiva lancar Utang lancar
Aktiva tetap  Utang jangka panjang
 Modal

Aktiva Passiva
Penggunaan dana Sumber-sumber dana

NERACA UD. MEGA SALAM
31 DESEMBER 2006
(dalam ribuan Rp)
Aktiva Passiva
Kas Rp. 150,- Kredit modal kerja Rp. 600,-
Kas BMT Rp. 300,- Kredit BMT Rp. 600,-
Piutang Rp. 750,- Utang dagang Rp. 60,-
Persediaan Rp. 1100,- Utang pajak RP. 90,-
Aktiva lancar Rp. 2300,- Passiva lancar Rp. 1350,-
Mesin Rp. 300,- Modal pemilik Rp. 1750,-
Kenderaan Rp. 1000,- Laba ditahan Rp. 1500,-
Pabrik Rp. 1000,-
Aktiva tetap Rp. 2300,-
Total aktiva Rp. 4600,- Total passive Rp.4600,-










RUGI/LABA UD. MEGA SALAM
31 DESEMBER 2006
(dalam ribuan rupiah)
Penjualan bersih Rp. 9000,- 100%
Harga pokok Rp. 6000,- 67%
Rp. 3000,- 33%
Laba kotor
Biaya operasi
 Biaya penjualan Rp. 600,-
 Biaya asal dan umum Rp. 600,-
Rp. 1200,- 13%
Laba sebelum bagi hasil dan pajak Rp. 1800,- 20%
Bagi hasil ke BMT Rp. 120,- 1,3%
Laba sebelum pajak Rp. 1680,- 19%
Beban pajak Rp. 90,- 1%
Laba sebelum 215 Rp. 1590,- 18%
215 (2,5 %) Rp. 39,25,- 0,8%
Laba bersih Rp. 1550,25,- 17%

Setelah perusahaan mampu menyajikan laporan keuangan baik yang dilakukan sendiri ataupun pihak lain selanjutnya menganalisa laporan keuangan tersebut.
Dengan analisa laporan keuangan ini perusahaan dapat mengetahui permasalahan yang timbul dan mencari solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut. Analisa keuangan meliputi:
1. Analisa rasio (nisbah)
2. Analisa perubahan neraca
3. Analisa model kerja
Analisa Rasio (Nisbah)
Dengan laporan keuangan ini perusahaan dapat mengetahui permasalahan yang timbul dan mencari solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut. Analisa keuangan meliputi:
1. Rasio likuiditas
2. Rasio solvabilitas
3. Rasio aktivitas
4. Rasio rentabilitas
Perhitungan rasio ini berguna untuk mengatasi kemampuan usaha kecil, misalnya kemampuan dalam memenuhi kewajiban, efesiensi dan efektifitas usahanya serta meningkatkan keberhasilan untuk menjaga kelangsungan hidup.

1. Rasio Likuiditas
Rasio ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangannya pada suatu saat. Dan analisa rasio ini dapat diketahui apakah organisasi ini sehat atau sakit. Alat-alat analisisnya natara lain:
a. Rasio Lancar
Untuk mengetahui perbandingan aktiva lancer dengan utang lancer adalah
Rumus RL = Aktiva lancar = 2300,- = 1,7 kali
Utang lancar 1350,-
Artinya setiap rupiah utang lancar dan jaminan harta lancar Rp. 1,7. Bila standart ditentukan 2 kali, perusahaan hati-hati dengan hutang lancarnya karena perusahaan likuid.

b. Rasio cair
Perhitungan rasio cair lebih luas dibangdingkan dengan rasio lancar.


Rumus RC = Aktiva lancar – persediaan
Hutang lancar
= 2.300.000 – 1.100.000
1.350.000
= 0,08 kali

Ini berarti setiap satu rupiah utang lancar jumlah standartnya 9 kali berarti perusahaan dikatakan tidak sehat rasio cairnya ini menjadi perhatian pihak perbankan dimana mereka menghendaki agar hutang-hutang perusahaan segera dilunasi.
c. Rasio Kas
Rasio kas merupakan perhitungan rasio yang paling hati-hati. Untuk mengetahui kemampuan utang yang segera harus dipenuhi oleh kas dan surat berharga (sekuritas).

Rumus = Kas + sekuritas
Hutang lancar
= 150.000 + 300.000
1.350.000
= 0,33 kali

Ini berarti setiap satu rupiah utang lancar hanya tersedia utang tunai dan kas dibank sebesar 0,33. Ini berarti adanya beberapa kekurangan uang tunai, jika sewaktu-waktu ada tagihan maka akan terjadi suatu ketidaksiapan.

d. Rasio Solvabilitas (Leverage)
Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa jauh suatu aktiva dalam perusahaan dan biaya dengan utang.
Alat-alat analisisnya antara lain :
- Rasio Utang
Gambaran perbandingan dari kebutuhan dana yang dibiayai dengan utang.

RH = Total utang
Total asset
= 1.350.000
4.600.000
= 0,92 kali : 1
Artinya setiap 1 rupiah asset perusahaan dapat menjamin 0,92 rupiah hutang perusahaan.

- Rasio Modal
Perbandingan unit utang yang dijamin oleh unit modal sendiri.

- Rasio Aktivitas
Rasio ini digunakan untuk menghitung sejauh mana efektivitas manajemen dalam mengelola sumber-sumber dana perusahaan dalam 1 periode. Alat analisanya antara lain:
1. Perputaran kekayaan.
Untuk mengetahui perputaran kekayaan perusahaan dalam satu periode usaha atau periode berproduksi.

Rumus PK = penjualan
Total asset (perperiodik)
= 9.000.000
4.600.000
= 1,9 kali : 1
Artinya untuk setiap 1 rupiah asset perusahaan mampu menghasilkan penjualan sebesar Rp. 1,9.
2. Perputaran Modal Kerja
Untuk mengetahui perputaran dari modal kerja dalam 1 tahun.
Rumus PMK = Penjualan
Aktiva lancar – utang lancar
= 9.000.000
2300 – 1.350.000
= 9,4 : 1
Artinya dana yang tertanam dalam modal kerja berputar rata-rata 9,4 kali dalam 1 tahun, atau setiap satu rupiah modal kerja menghasilkan penjualan 9,4.
3. Perputaran persediaan
Untuk mengetahui perputaran dana yang ditanam dalam persediaan pada satu periode.
PP = Penjualan x 1 kali
Persediaan
= 9.000.000
1.100.000
= 8,18 kali
Artinya dana yang tertanam persediaan berputar-putar rata-rata 8,18 kali dalam satu tahun.

- Rasio Keuntungan
Rasio ini digunakan untuk mengukur produktifitas dan hasil yang dicapai oleh manajemen yang ditunjuk oleh laba yag dicapai.

RK = Laba bersih setelah (215) x 100 %
Penjualan
= 1.550.000 x 100 %
9.000.000
= 17,2 % atau 0,17 : 1
Artinya satu rupiah penjualan mampu menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 0,17.
Latihan analisisnya adalah:

1. Rasio pengembalian modal
Untuk mengukur pengembalian modal dalam menghasilkan keuntungan.

RPM = Laba bersih x 100 %
Total asset
= 1.550.250 x 100 %
4.600.000
= 0,33 : 1
Setiap satu rupiah asset menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 0,33.

2. Rasio pengembalian modal sendiri
Untuk mengukur kemampuan modal sendiri dalam menghasilkan laba.

RPMS = Laba bersih x 100 %
Modal sendiri
= 1.550.000 x 100 %
1.750.000
= 88,5 % atau 0,88 : 1

Artinya setiap satu rupiah modal sendiri menghasilkan laba bersih (setelah 215) Rp. 0,88.
e. Perubahan Neraca
Tahap selanjutnya komposisi neraca akan berubah sesuai dengan hasil-hasil dan kerugian operasi atau usaha yang ditunjuk oleh laporan laba rugi. Perubahaan yang terjadi merupakan prestasi manajemen dan aktivitas terhadap sumber-sumber dan penggunaan dana perusahaan selama periode usaha.

f. Kebutuhan Modal Kerja
Dalam pratek wirausaha sering mengalami kesulitan untuk menentukan besarnya modal kerja yang diperlukan. Contoh di bawah ini akan mencoba membahas hal tersebut. Pada akhir tahun 2005, CV. Family One ditangani mempunyai neraca yang menunjukkan posisi sebagai berikut:
1. Saldo kas dan bank = Rp. 300.000,-
2. Saldo piutang = Rp. 300.000,-
3. Nilai persediaan = Rp. 450.000,-
Hasil operasi selama tahun 2006 ditunjukkan oleh laba rugi sebagai berikut:




Laporan Laba Rugi CV. Family One
31 Desember 2006
Penjualan bersih
Harga pokok
Laba kotor
Biaya operasi:
 Biaya penjualan
 Biaya administrasi dan umum
Laba sebelum bunga dan pajak
Bunga bank
Laba sebelum pajak
Beban pajak
Laba bersih



Rp. 400.000,-
Rp. 400.000,- Rp. 6.000.000,-
Rp. 4.500.000,-



Rp. 800.000,-

Rp. 700.000,-
Rp. 40.000,-
Rp. 660.000,-
Rp. 60.000,-
Rp. 600.000,-

Laba ditahan pada tahun lalu senilai Rp. 400.000,- laba usaha tahun ini juga tidak dibagi sehingga neraca pada tahun 2006 adalah
Neraca CV. Family One
31 Desember 2006
Aktiva Passiva
Kas
Kas di bank
Piutang
Persediaan
Aktiva lancer
Mesin
Kenderaan
Pabrik

Aktiva tetap Rp. 100.000,-
Rp. 200.000,-
Rp. 500.000,-
Rp. 750.000,-
Rp. 1.500.000,-
Rp. 50.000,-
Rp. 100.000,-
Rp. 300.000,-

Rp. 450.000,- Kredit modal kerja
Kredit bank
Utang dagang
Utang pajak
Passiva lancer
Modal pemilik
Laba ditahan
Rp. 200.000,-
Rp. 200.000,-
Rp. 40.000,-
Rp. 60.000,-
Rp. 500.000,-
Rp. 500.000,-
Rp. 1.000.000,-


Rp. 1.500.000,-
Total aktiva Rp. 2.000.000,- Total passiva Rp. 2.000.000,-

Dari neraca dan laporan diatas dihitung perputaran modal kerja CV. Family One. Untuk itu perlu diketahui apa saja yang termasuk unsur-unsur dalam modal kerja. Setalah diketahui perputaran dari unsur-unsurnya, perputaran dari modal kerja dapat diketahui. Unsur-unsur tersebut adalah:
1. Kas (termasuk kas di bank)
2. Piutang
3. Persediaan
Lama perputaran dari masing-masing unsur:
1. Perputaran kas
= Total penjualan dalam 1 tahun
Rata-rata kas dalam 1 tahun
= Rp. 6.000.000,-
Rp. 300.000,-
= 20 kali/tahun
Perputaran kas setiap 18 hari atau 20 kali/tahun
2. Perputaran piutang
= Total penjualan dalam 1 tahun
Rata-rata piutang dalam1 tahun
= Rp. 6.000.000,-
Rp. 600.000,-
= 10 kali/tahun
Perputara piutang setiap 24 hari atau 15 kali/tahun
3. Perputaran persediaan
= Total penjualan dalan 1 tahun
Rata-rata persediaan dalam 1 tahun
= Rp. 6.000.000,-
Rp. 600.000,-
= 10 kali/tahun
Perputaran piutang setiap 24 hari atau 15 kali/tahun
Lamanya unsur-unsur kerja berputar:
= ( 18+24+36 ) hari
= 78 hari/tahun
Perputaran modal kerja = 360 hari
78 hari
= 4,5 kali/tahun
4. Beberapa kebutuhan modal kerja pada tahun 2006 jika dikehendaki omset seperti periode yang lalu (2005).
Omset penjualan tahun 2005 = Rp. 6.000.000,-
Perputaran modal kerja = 4,5 kali
Maka kebutuhan modal kerja = Rp. 6.000.000,-
4,5
= Rp. 1.333.333,-
Jika neraca tahun 2005 menunjukkan modal kerja yag tersedia sebesar Rp. 1.550.000,-.
Maka kebutuhan modal kerja = Rp. 1.550.000,00 – Rp. 1.333.333,00
= Rp. 216.667,00
Artinya kebutuhan modal kerja telah terpenuhi.
5. Jika dikehendaki omset penjualan pada tahun 2006 sebesar 200 % dari periode sebelumnya maka berapa modal kerja yang dibutuhkan ?
Jawab :
Kebutuhan modal kerja = Rp. 1.333.333,00 x 200 %
= Rp. 2.666.666,00
Karena pada neraca akhir tahun 2005 modal kerja yang tersedia hanya Rp. 1.550.000,-.
Maka kebutuhan modal kerja = Rp. 2.666.666,00.– Rp. 1.550.000,00
= Rp. 1.116.666,00.












XVIII. ANALISIS USAHA

Analisa usaha adalah suatu upaya untuk melihat proses suatu usaha periode tertentu. Analisa usaha penting dilakukan untuk melihat apakah usaha tersebut memperoleh untung atau mengalami kerugian. Disamping itu analisa usaha juga berguna untuk mengambil keputusan apakah usaha tersebut layak dilanjutkan. Kelemahan usaha agroindustri berskala rumah tangga adalah disamping harga komoditas yang cenderung fluktuatif, juga manajemen yang biasanya bersifat konvensional. Hal ini akan menyulitkan pengembangan usaha. Analisa agroindustri bersifat spesifik untuk tiap-tiap komoditas. Berikut ini akan dijelaskan analisa usaha beberapa komoditas agroindustri sebagai rujukan pengembangan usaha.

Contoh 1 : Analisa Usaha Agroindustri Sari Apel
A. Rincian Perhitungan Kebutuhan Energi Produksi Sari Apel

1. Kebutuhan Listrik
Kebutuhan listrik total dihitung berdasarkan daya masing-masing alat selama proses produksi
a. Kebutuhan listrik untuk sealer
Daya listrik untuk sealer : 300 W, 220 V
Total pengemas yang di seal : 300 lembar/hari
Waktu sekali pakai : 3 detik
Waktu pemakaian 1 hari : 300 lembar x 3 detik = 900 detik
= 0,25 jam
Daya untuk 1 hari : 0,25 jam x 300 watt = 75 wh = 0,075 KWH

b. Kebutuhan listrik untuk pompa air
Jumlah kebutuhan air/hari :
- Proses pencucian : 6 liter/proses x 3 = 18 liter
- Proses perebusan : 10 liter/proses x 3 = 30 liter
- Proses pengenceran : 20 liter/proses x 4 = 80 liter
- Proses pasturisasi : 18 liter/proses x 5 = 90 liter
- Proses pendinginan : 42 liter/proses x 5 = 210 liter
- Pasturisasi alat : 10 liter/proses x 3 = 30 liter
- Pembersihan dan pencucian alat : 100 liter = 100 liter
Total kebutuhan air/hari 518 liter
Waktu yang dibutuhkan untuk mengalirkan 1 liter air : 0,12 menit
Waktu yang dibutuhkan untuk mengalirkan 518 liter air : 62,16 menit = 1,036 jam
Daya pompa air besar : 500 watt
Daya pompa air kecil : 125 watt
Daya total yang dibutuhkan untuk mengalirkan air : 500 + 125 watt = 625 watt
Kebutuhan listrik untuk air per hari = 1,036 x 625 watt = 647,5 wh = 0,65 KWH
Golongan tarif listrik perusahaan : R3
Batas daya : 7700 KVA
Daya yang terpakai per hari : 0,075 + 0,65 = 0,725 KWH
Daya yang terpakai per bulan : 18,85 KWH
Biaya beban/ bulan : Rp.34.260
Biaya pemakaian listrik/bulan : 18,85 x 621* = Rp.11.705,85
Total biaya : biaya beban + biaya pemakaian
: 34.260 + 11.705,85 = Rp.45.965,85
PPJ : 7% x Rp.45.965,85 = Rp.3.217,6
Total biaya /rekening listrik/bln : total biaya + PPJ
: Rp.45.965,85 + Rp.3.217,6 = Rp. 49.200
* Merupakan tarif biaya pemakaian listrik untuk golongan tarif R3 (TDL untuk keperluan rumah tangga) dengan batas daya di atas 6.600 KVA
2. Kebutuhan gas
Kebutuhan gas total dihitung berdasarkan jumlah gas digunakan selama proses produksi /hari.
- Ekstraksi/Perebusan : 1 kg/proses x 3 = 3 kg
- Pengenceran : 0,5 kg/proses x 4 = 2 kg
- Pemanasan akhir dan : 0,7 kg/proses x 4 = 2,8 kg
penambahan BTM
- Pasturisasi : 0,8 kg/proses x 5 = 4 kg
Total 11,8 kg

3. Kebutuhan bensin per bulan
- Pembelian bahan baku : 1 liter
- Pembelian bahan pembantu : 4 liter
- Pembelian gas : 8 liter

Rincian Biaya variabel
A. Biaya bahan baku
Jenis Jml/hr Jml/bln Jml/th Harga/sat (Rp) Total harga/th (Rp)
Apel (kg) 16 416 4992 1500 7.488.000
Total 7.488.000

B. Biaya Bahan Pembantu
Jenis Jml/hr Jml/bln Jml/th Harga/sat (Rp) Total harga/th (Rp)
Gula pasir (kg) 12 312 3744 6.500 24.336.000
Na Benzoat (gr) 0,6 15,6 187,2 25 4.680
Essen (ml) 8 208 2496 200 499.200
Asam sitrat (gr) 80 2080 24960 20 499.200
Pewarna (ml) 12 312 3744 66,67 249.600
Total 25.588.680
C. Biaya Bahan Pengemas dan label
Jenis Jml/hr Jml/bln Jml/th Harga/sat (Rp) Total harga/th (Rp)
Cup 220 ml (pcs) 300 7800 93.600 90 8.424.000
Plastik sealer(pcs) 300 7800 93.600 28 2.620.800
Label (pcs) 300 7800 93.600 30 2.808.000
Kardus (pcs) 13 338 4.056 2.000 8.112.000
Total 21.964.800


D. Biaya energi*
Jenis Jml/hr Jml/bln Jml/th Harga/sat (Rp) Total harga/th (Rp)
Listrik : (KWH)
- Air
- Sealer
0,65
0,075
16,9
1,95
202,8
23,4
-
-

49.200
Gas (kg) 11,8 306,8 3681,6 4.583,3 16.873.878
Bensin (l) - 13 156 5.000 780.000
Total 17.703.078
* Rincian perhitungan biaya untuk energi dapat dilihat pada lampiran 3
E. Biaya Tenaga Kerja Langsung
Jenis Upah/hr
(Rp) Upah/bln
(Rp) Upah/th
(Rp) Jml tenaga kerja Total upah/th (Rp)
Tenaga kerja langsung 12.500 325.000 3.900.000 2 7.800.000
Total 7.800.000

Rincian Biaya produksi selama 1 tahun
No Jenis Biaya (Rp)
1. Biaya tetap :
- Biaya penyusutan
- Gaji tenaga kerja tak langsung
2.713.000
12.000.000

2. Biaya variabel :
- Biaya bahan baku
- Biaya bahan pembantu
- Biaya bahn pengemas dan label
- Biaya energi
- Biaya tenaga kerja langsung
7.488.000
25.588.680
21.964.800

17.703.078
7.800.000

Total biaya 95.275.558

Asumsi :
1. Jumlah jam kerja/hari : 8 jam
2. Jumlah hari kerja/bulan : 26 hari
3. Jumlah hari kerja/tahun : 312 hari
4. Kapasitas produksi/hari : 300 kemasan @ 220 ml
5. harga jual/kemasan : Rp.1.200,-
Harga pokok penjualan (HPP) :

= Total biaya per tahun
Total produksi per tahun

= Rp.95.257.558,-
93.600

= Rp.1.018/kemasan

Keuntungan yang diperoleh = Harga penjualan – HPP
= Rp.1.200,- – Rp.1.018,-
= Rp.182/kemasan
= 17,9%
Analisis titik impas (Break even point /BEP)
BEP terjadi apabila total biaya sama dengan nilai jual sari apel. BEP penjualan sari apel adalah sebagai berikut :
BEP = Biaya tetap
P-V
= Rp.14.713.000,-
Rp.1.200,- – Rp.860,519,-
= 43.339,7 kemasan/tahun
= 139 kemasan/hari
= 5,8 ≈ 6 kardus/hari
Keterangan :
P : Harga jual/kemasan
V : Biaya variabel per unit
= Biaya variabel/tahun
Jumlah produksi/tahun
= Rp.80.544.558,-
93.600
= Rp.860,519,-

Berdasarkan hasil perhitungan di atas dapat diketahui bahwa nilai harga pokok penjualan produksi sari apel lebih kecil dari harga jualnya. Hal ini berarti produksi sari apel dan harga jual yang ditetapkan selama ini menghasilkan keuntungan bagi perusahaan yaitu sebesar Rp.182/kemasan sari apel. Analisis titik impas (BEP) dilakukan untuk mengetahui jumlah sari apel per kemasan atau per kardus minimal yang harus terjual agar produsen mencapai titik impas dan tidak mengalami kerugian. Dari perhitungan didapatkan bahwa agar mencapai BEP perusahaan harus mampu menjual sari apel sebanyak 43.339,7 kemasan/tahun atau 139 kemasan/hari atau 6 kardus/hari.



Gambar 1 : Sari Apel & Sari Nanas



CONTOH KASUS II : ANALISIS USAHA SALE PISANG AMBON

Bahan Utama
No Biaya variabel Jumlah Harga satuan (Rp/unit) Biaya (Rp)
1. Bahan Baku
Pisang Ambon
27,5
750
20.625
2. Bahan penunjang
- minyak goreng (kg)
- karbit (ons)
- kayu (ikat)
- tepung beras (kg)
- plastik (bks)
3
1
1
3,5
2
4.500
800
1.500
3.000
3.500
13.500
800
1.500
10.500
7.500
Total 38,00 14.050 54.425

Alat
No. Nama alat Jumlah alat (unit) Harga (Rp) Nilai (Rp) Umur ekonomis (hari) Penyusutan
1
2
3
4
5
6
7
8 Ember
Gunting
Mangkok
Pisau
Sotel
Serok
Talam
Wakul 1
2
2
3
1
1
1
1 60.000
5.000
3.000
3.000
7.500
6.500
15.000
40.000 60.000
10.000
6.000
9.000
7.500
6.500
15.000
40.000 730
365
365
365
365
365
365
365 328,767
109,589
65,753
98,630
82,192
71,232
164,38
438,356
Total 1.359,099

Tenaga Kerja
Untuk biaya tenaga kerja, pengeluaran upah tenaga kerja merupakan faktor biaya yang sifatnya berlainan sesuai dengan tugasnya. Pada agroindustri sale pisang tugas tenaga kerja pada masing-masing proses produksi adalah sebagai berikut:
1. Pengolahan
jumlah tenaga kerja 2 orang selama 3 hari dengan upah Rp. 7.500,- /HOK. Sehingga total biaya sebesar Rp. 45.000,-


2. Pengemasan
jumlah tenaga kerja 2 orang selama 1 hari dengan upah Rp. 7.500,-/HOK sehingga total biaya sebesar Rp. 15.000,-
3. Total biaya tenaga kerja Rp. 60.000,-
Adapun dari uraian diatas bahwa, dari 27,5 kg pisang menghasilkan 25 kg sale pisang. Yang dikemas setiap 1 bungkusnya seberat 100g, sehingga diperoleh jumlah sale pisang sebanyak 250 bungkus, dengan harga per bungkus Rp.800,- Total penerimaan sebesar Rp. 200.000,-
Adapun pendapatan yang diperoleh dari usaha sale pisang ini dapat dilihat pada tabel berikut
No. Uraian Nilai (Rp)
1 Penerimaan 200.000
2 Biaya total produksi 115.884,10
3 Pendapatan 84.115,9
4 R/C Ratio 1.73

Dari hasil analisis diatas dapat dilihat bahwa nilai R/C Ratio pada usaha sale pisang ambon sebesar 1,73, hal ini dapat diartikan bahwa setiap 1 rupiah yang dikeluarkan dalam proses produksi sale pisang menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 1,73,-. Dengan demikian usaha ini sudah efisien dan layak untuk dijalankan karena nialai R/C Rationya lebih besar dari satu.


Analisis break event point (BEP)
BEP harga =
=
= 463,54 / bungkus




BEP produksi =
=
= 144,86 / bungkus
Dari hasil perhitungan analisa break event point (BEP) dapat dilihat bahwa, untuk BEP harga diperoleh hasil sebesar Rp. 463,54 / bungkus. Dari hasil ini dapat diketahiu bahwa pengusaha sale pisang ambon telah mencapai titik impas pada harga Rp. 463,54 / bungkus. Sedangkan untuk BEP produk dengan harga / bungkus sebesar Rp. 800,- dan dengan total biay sebesar Rp.115.884,10,- pengusaha memperoleh titik impas sebesar Rp. 144,86 / bungkus. Dari uraian diatas dapat dijelaskan bahwa pada usaha sale pisang ambon ini pengusaha mampu menghasilkan 250 bungkus dalam satu kali proses produksi yang berarti kapasitas produksi sale pisang sudah mencapai titik impas sehingga pengusaha memperoleh keuntungan.












Contoh Kasus III : ANALISA USAHA NATA DARI LIMBAH CAIR TAPE
Jenis Peralatan yang Digunakan
No Nama Peralatan Fungsi Spesifikasi Jumlah
1. Timbangan *) menimbang bahan-bahan kapasitas 3 kg 2
2. Nampan plastik*) tempat fermentasi nata 21 cm x 35 cm x 5 cm 462
3. Bak besar**) tempat mencuci nata dan tempat pengirisan nata kapasitas 10 liter, plastik 7
4. Bak besar**) tempat untuk perendaman nata dan larutan gula kapasitas 50 liter, plastik 3
5. Kompor minyak**) untuk memanaskan bahan baku kapasitas @ 5 liter 4
6. Panci (20 L)**) tempat untuk merebus bahan baku kapasitas 20 liter, bahan
anti karat 4
7. Pengaduk kayu*) alat untuk mengaduk larutan panjang 1 m, terbuat dari kayu 4
8. Takaran volume**)
(Gelas ukur plastik) alat untuk mengukur bahan baku dan bahan tambahan kapasitas 1 liter 2
9. Rak fermentasi*) tempat untuk meletakkan nampan fermentasi steinless steel, tersusun dari 4 rak 2
10. Sealer*) alat untuk mengemas kapasitas 200 kemasan 3
11. Botol kaca**) tempat untuk pembuatan starter A. xylinum kapasitas 630 ml 200
12. Alat saring/saringan*) alat untuk menyaring bahan baku plastik, mesh 1 mm 3
13. Jerigen**) tempat untuk limbah cair industri tape plastik, kapasitas antara 20 L 3
14. Pisau**) untuk mengiris nata steinless steel 3
Sumber : *) Pambayun (2002)
**) Anonymous (2005)

Kelayakan Finansial
Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk mengetahui tingkat kelayakan skala industri kecil unit pengolahan nata dari limbah cair industri tape. Analisis kelayakan finansial ini meliputi analisis kebutuhan modal, biaya operasional, Break Even Point dan analisis kelayakan investasi yang meliputi Payback Period dan Return on Investment dengan asumsi-asumsi sebagai berikut:
• Kebutuhan modal seluruhnya dibiayai seluruhnya dengan modal sendiri tanpa meminjam dari pihak lain.
• Umur ekonomis unit pengolahan 5 tahun.
• Biaya tidak terduga sebesar 5%.
• Biaya tetap dan biaya tidak tetap mengalami kenaikan tiap tahun sebesar 5%.
• Kenaikan harga terhadap bahan baku, bahan pembantu, bahan pengemas, tenaga kerja dan utilitas sebesar 5% per tahun.
Kebutuhan Modal
Perancangan unit pengolahan nata skala industri kecil dari limbah cair industri tape ini memerlukan biaya investasi sebesar Rp. 34.340.870,00. Biaya investasi tersebut terdiri dari biaya modal tetap sebesar Rp. 20.229.000,00 dan biaya modal kerja selama 3 bulan sebesar Rp. 14.111.870,00. Kebutuhan modal dibiayai seluruhnya dengan modal sendiri tanpa meminjam dari pihak lain. Adapun rincian modal tetap dapat dilihat pada Lampiran 10 sedangkan modal kerja selama 3 bulan dapat dilihat pada Lampiran 11.
Biaya Operasional
Biaya operasional yang dibutuhkan pada unit pengolahan nata skala industri kecil dari limbah cair industri tape meliputi biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap merupakan pengeluaran yang jumlahnya relatif tetap dari tahun ke tahun, dan tidak berubah dengan adanya perubahan dalam jumlah produksi. Biaya tidak tetap adalah semua pengeluaran yang berhubungan langsung dengan operasi pengolahan dan besarnya berubah sesuai jumlah produksi. Biaya tetap untuk unit pengolahan nata skala industri kecil dari limbah cair industri tape selama 1 tahun adalah sebesar Rp. 7.586.964,00 sedangkan biaya tidak tetap selama 1 tahun adalah sebesar Rp. 46.015.704,00.

Harga Pokok Penjualan dan Harga Jual
Hasil perhitungan HPP dan Harga Jual pada Lampiran 15, diperoleh HPP sebesar Rp. 449,57 dengan profit mark up sebesar 10% maka dihasilkan harga jual sebesar Rp. 575,00 per kemasan cup @ 220 ml. Harga jual yang dihitung merupakan harga jual di tingkat produsen. Harga jual tersebut masih berada dibawah harga jual produk sejenis dipasaran dengan harga Rp. 900,00. Kondisi ini diharapkan dapat meningkatkan daya saing produk nata yang selama ini ada dsipasaran. Kenaikan dari biaya bahan baku, bahan pembantu, bahan pengemas, gaji tenaga kerja, serta utilitas mempengaruhi besarnya harga pokok produksi dan harga jual. Perhitungan HPP dan harga jual dapat dilihat pada

Break Even Point, Payback period dan Return on Investment
Hasil perhitungan BEP menunjukkan bahwa BEP (titik pulang pokok) akan tercapai pada 40.128 kemasan cup @ 220 ml sebesar Rp. 22.990.800,00 atau sebesar 34% dari kapasitas produksi. Berdasarkan perhitungan tersebut unit pengolahan nata dari limbah cair industri tape skala industri kecil dengan menggunakan indikator investasi sebesar Rp. 34.340.870,00 dan tenaga kerja 4 orang sudah mendapatkan keuntungan karena tingkat penjualan di atas titik BEP. Sedangkan indikator tersebut sesuai dengan ketentuan skala industri kecil menurut Deperindag (2005) yang menyebutkan bahwa investasi untuk skala industri kecil formal sebesar 5-200 juta dan wajib Tanda Daftar Industri (TDI) serta tenaga kerja  5 orang.
Analisis Payback Period adalah untuk mengukur kecepatan pengembalian modal investasi yang dinyatakan dalam tahun. Pada perhitungan Payback Period menghasilkan 3 tahun 2 bulan, hal ini menunjukkan bahwa modal akan kembali setelah proyek berjalan 3 tahun 2 bulan. Sedangkan analisis Return on Investment adalah untuk mengukur tingkat pengembalian modal. Berdasarkan perhitungan Return on Investment menghasilkan 45% yang berarti bahwa tingkat pengembalian modal pada unit pengolahan nata dari limbah cair industri tape sebesar 45%.

PROSES PEMBUATAN NATA
 Kapasitas produksi untuk bahan baku per hari 60 L
 Bahan pembantu yang diperlukan per hari:
a. KH2PO4, MgSO4, ZA = 0,054 kg (masing-masing 0,018 kg)
b. Gula pasir = 4,5 kg (7,5% dari bahan baku)
c. Asam asetat = 0,6 L (1% dari bahan baku)
 Pada proses perebusan terjadi penambahan volume antara bahan baku dengan bahan pembantu = 60 L + 0,054 kg + 4,5 kg + 0,6 L = 65,154 kg
 Pada proses penginokulasian dalam 1 nampan diisi 1 L larutan dan ditambah 7,5% starter. Jadi 1 nampan terdapat 1,75 L larutan yang akan di fermentasi.
 Dari rendemen nata de cassava sebesar 43,67% maka diasumsikan nata yang terbentuk 43,67% x 65,154 kg = 29 kg
 Pada proses perebusan nata memerlukan 14,5 L air sehingga menjadi 43,5 kg
 Pada proses pelarutan gula (perbandingan 0,5 kg gula pasir:1 kg nata:2 L air) membutuhkan 14,5 kg gula pasir + 58 L air = 72,5 L larutan gula
 Pada proses perendaman larutan gula dan nata = 72,5 kg + 29 kg = 101,5 kg sehingga kemasan cup nata @ 220 ml per hari = 101500 : 220 ml = 461
PROSES PEREMAJAAN STARTER
 Kapasitas bahan baku per hari 20 L
 Bahan pembantu yang diperlukan per hari:
a. KH2PO4, MgSO4, ZA = 0,018 kg (masing-masing 0,006 kg)
b. Gula pasir = 1,5 kg (7,5% dari bahan baku)
c. Asam asetat = 0,2 L (1% dari bahan baku)
 Pada proses perebusan terjadi penambahan volume antara bahan baku dengan bahan pembantu = 20 L + 0,018 kg + 1,5 kg + 0,2 L = 21,718 kg
 Pada proses penginokulasian dalam 1 botol diisi 550 ml larutan dan ditambah 10% starter A. xylinum. Jadi 1 botol terdapat  610 L larutan yang akan di fermentasi atau 1525,154 ml/20 botol.
KAPASITAS TEORITIS
 Kapasitas Alat:
 Bak besar = 10 kg dan 50 kg
 Kompor minyak = 5 L
 Panci = 20 kg
 Botol kaca = 630 ml
 Jerigen = 20 kg
 Pisau = 10 kg
 Sealer = 200 kemasan
PERHITUNGAN WAKTU PROSES
Rumus = 60 dt x jumlah bahan yang diproses
Kapasitas teoritis
PEREMAJAAN STARTER
 Penyaringan = 60/20 x 20 = 2 menit
 Penambahan nutrisi = 60/5 x 1,718 = 2 menit
(Bahan pembantu sudah ditimbang terlebih dahulu sesuai kebutuhannya)
 Perebusan = 60/20 x 21,718 = 75 dt = 1,15 menit
(Perebusan hingga mendidih  15 menit jadi total waktu perebusan  16,15 menit)
 Pengisian dalam botol = 60/20 x 550 = 1650 dt = 28 menit
 Penginokulasian = 60/20 x 1525,154 = 4575,462 dt = 77 menit
PEMBUATAN NATA
 Penyaringan = 60/20 x 60 = 180 dt = 3 menit
 Penambahan nutrisi = 60/5 x 5,154 = 61,8 dt = 2 menit
(Bahan pembantu sudah ditimbang terlebih dahulu sesuai kebutuhannya)
 Perebusan = 60/20 x 65,154 = 195,462 dt = 3 menit
(Perebusan hingga mendidih  15 menit jadi total waktu perebusan 17 menit)
 Pengisian dalam nampan = 60/1 x 65,154 = 3909,24 dt = 65 menit
 Penginokulasian = 60/1 x 114, 0195 = 6841,17 dt = 115 menit
 Pemanenan dan pencucian = 60/1 x 65,154 = 3909,24 dt = 65 menit
 Pengirisan = 60/1 x 29 = 1740 dt = 30 menit
 Perebusan nata = 60/20 x 43,5 = 130,5 dt = 3 menit
(Perebusan hingga mendidih  15 menit jadi total waktu perebusan @  17 menit)
 Pelarutan gula = 60/20 x 72,5 = 217,5 dt = 4 menit
(Pelarutan hingga mendidih  15 menit jadi total waktu perebusan  19 menit)
 Proses perendaman gula = 60/50 x 101,5 = 121,8 = 3 menit
 Proses pengemasan (cup) = 60/1 x 101,5 = 6090 dt = 101,5 menit = 1 jam 42 menit
 Proses sealer = 60/200 x 461 = 138,3 dt = 3 menit
(Total waktu proses pengemasan 1 jam 45 menit atau  2 jam)
Asumsi Perhitungan Jumlah Peralatan
 Efisiensi = 65 % (hal ini dikarenakan produksi masih dilakukan dengan cara manual)
 Rumus Perhitungan:
Kapasitas teoritis dari kapasitas alat
Kapasitas aktual = kapasitas teoritis x efisiensi
Jumlah yang diperhitungkan = kapasitas produksi per proses
Jumlah fasilitas = Jumlah yang diperhitungkan
kapasitas teoritis



Tabel Perhitungan Jumlah Peralatan
No. Nama Operasi Fasilitas Kap. Teoritis Kap. Aktual Jumlah yang diperhitungkan Jumlah fasilitas aktual
1 Penyaringan jerigen dan alat saring 20 13 60 3
2 Perebusan panci 20 13 65,154 4
3 Pengadukan pengaduk kayu 20 13 65,154 4
4 Pendinginan nampan 1 0,65 65,154 66
5 Penginokulasian nampan 1 0,65 65,154 66
6 Pemanenan dan pencucian bak besar 10 6,5 65,154 7
7 Pengirisan pisau 10 6,5 29 3
8 Perebusan nata panci 20 13 43,5 3
9 Pelarutan gula panci 20 32,5 72,5 4
10 Perendaman larutan gula + nata bak besar 50 32,5 101,5 3
11 Pengemasan sealer 200 65 461 3
Sumber : Pambayun (2002)
Asumsi:
 Pengaduk kayu digunakan juga untuk pengadukan larutan gula
 Panci untuk perebusan juga digunakan untuk pelarutan gula
Kebutuhan Bahan Baku, Bahan Pembantu, Bahan Pengemas dan Utilitas

A. Kebutuhan Bahan Baku dan Bahan Pembantu
Jenis Jumlah per hari Jumlah per bulan Jumlah per tahun Harga per satuan (Rp) Biaya per tahun (Rp)
Limbah cair industri tape (L) 60,00 1.440,00 17.280,00 200,00 3.456.000,00
Amonium Sulfat/ZA(Kg) 0,018 0,432 5,184 2000,00 10.368,00
KH2PO4 (Kg) 0,018 0,432 5,184 1.500,00 7.776,00
MgSO4 (Kg) 0,018 0,432 5,184 1.500,00 7.776,00
Gula pasir (Kg) 6,00 144,00 1.728,00 5.400,00 9.331.200,00
Starter A. xylinum (L) 2,00 48,00 576,00 20.000,00 11.520.000,00
Asam asetat (L) 0,6 14,4 172,8 12.000,00 2.073.600,00
Total 26.406.720,00


B. Kebutuhan Bahan Pengemas
Jenis Jumlah per hari Jumlah per bulan Jumlah per tahun Harga per satuan (Rp) Biaya per tahun (Rp)
Gelas plastik kecil (cup) 414,00 9.936,00 119.232,00 60,00 7.153.920,00
Plastik roll (lebar 10 cm) (pak) 1,00 24,00 288,00 2.450,00 705.600,00
Total 7.859.520,00

C. Kebutuhan Energi
Jenis Jumlah per hari Jumlah per bulan Jumlah per tahun Harga per satuan (Rp) Biaya per tahun (Rp)
Listrik : proses (kwh)*) 0,17 4,08 48,96 275,00 13.464,00
Minyak tanah (L) 5,00 120,00 1.440,00 1.000,00 1.440.000,00
Bensin (L) 1,00 24,00 288,00 2.400,00 691.200,00
Total 2.144.664,00

D. Kebutuhan Air
Jenis Jumlah per hari Jumlah per bulan Jumlah per tahun Harga per satuan (Rp) Biaya per tahun (Rp)
Air (m3)**) 1 24 288 3.350,00 964.800,00
Total 964.800,00







E. Kebutuhan Tenaga Kerja
Jenis Jumlah per hari Jumlah per bulan Jumlah per tahun Harga per satuan (Rp) Biaya per tahun (Rp)
Operasional 3 72 864 10.000,00 8.640.000,00
Adiministrasi 1 24 288 12.500,00 3.600.000,00
Total 12.240.000,00

Keterangan:
*) Tarif air minum industri kecil pemakaian air minimal 25 m3/bulan adalah Rp. 3.350,00 (PDAM, bulan Mei 2005)
**) Tarif listrik untuk industri kecil (450 VA-14 kVA, dengan pemakaian > 80jam/bulan) adalah Rp. 275,00 (PLN, bulan Mei 2005)








Rincian Modal Tetap


No. Jenis Jumlah Satuan Harga per satuan (Rp) Biaya (Rp)
1 Perijinan 500.000,00
2 Sewa bangunan
(Luas 110 m2) 1 5.000.000,00
3 Instalasi
Listrik 1.000.000,00
Air 1.000.000,00
Telepon 500.000,00
4 Peralatan produksi
Bak besar (20 L) 7 10.000,00 70.000,00
Bak besar (50 L) 3 50.000,00 150.000,00
Timbangan 2 50.000,00 100.000,00
Jerigen 3 10.000,00 30.000,00
Pisau 3 3.000,00 9.000,00
Nampan plastik 462 3.000,00 1.386.000,00
Kompor minyak 4 60.000,00 240.000,00
Alat saring/saringan 3 5.000,00 15.000,00
Gelas ukur plastik 2 5.000,00 10.000,00
Panci (20 L) 4 60.000,00 240.000,00
Pengaduk kayu 4 5.000,00 20.000,00
Sealer 3 250.000,00 750.000,00
Rak fermentasi 2 100.000,00 200.000,00
Botol kaca 200 300,00 60.000,00
5 Peralatan kantor
Kalkulator 1 25.000,00 25.000,00
Meja Kerja (set) 1 300.000,00 300.000,00
Peralatan Tulis (set) 1 25.000,00 25.000,00
6 Alat transportasi
Sepeda motor 1 7.500.000,00 7.500.000,00

Sub total 19.280.000,00
Biaya tak terduga 5% dari sub total 964.000,00
Total 20.229.000,00
Rincian Modal Kerja (per 3 bulan)

Jenis Biaya Jumlah satuan per 1
bulan Jumlah satuan per 3 bulan Harga per satuan (Rp) Biaya per 3 bulan (Rp)
Gaji Tenaga Kerja
Operasional 72 216 10.000,00 2.160.000,00
Administrasi***) 1 3 300.000,00 900.000,00
Bahan Baku dan Pembantu
Limbah cair industri tape 1.440,00 4.320,00 200,00 864.000,00
Amonium sulfat/ZA 0,432 1,296 2000,00 2.592,00
KH2PO4 0,432 1,296 1.500,00 1.944,00
MgSO4 0,432 1,296 1.500,00 1.944,00
Gula Pasir 144,00 432,00 5.400,00 2.332.800,00
Starter A. xylinum 48,00 144,00 20.000,00 2.880.000,00
Asam asetat 14,4 43,2 12.000,00 518.400,00
Bahan Pengemas
Gelas plastik kecil (cup) 9.936,00 29.808,00 60,00 1.788.480,00
Plastik roll (lebar 10 cm) (pak) 24,00 72,00 2.450,00 176.400,00
Utilitas
Listrik : proses (kwh) 4,08 12,24 275,00 3.366,00
Minyak tanah (L) 120,00 360,00 1000,00 360.000,00
Bensin (L) 24,00 72,00 2.400,00 172.800,00
Air (m3) 24,00 72,00 3.350,00 241.200,00
Pemeliharaan alat dan bangunan
Bangunan (3% dari nilai awal) 150.000,00
Peralatan produksi (5% dari nilai awal) 61.450,00
Peralatan kantor (5% dari nilai awal) 17.500,00
Alat transportasi (5% dari nilai awal) 375.000,00
Sub total 13.439.876,00
Biaya tak terduga (5% dari sub total) 671.994,00
Total 14.111.870,00
Keterangan: ***) Upah tenaga kerja tidak langsung sesuai dengan UMR Kecamatan Sukorejo Rp. 300.000,00


Rincian Biaya Penyusutan dan Biaya Re-Investasi

a. Biaya Penyusutan

No. Jenis Biaya (Rp) Umur (Tahun) Penyusutan
(Rp/tahun) Nilai Sisa
1 Penyusutan peralatan produksi
Bak besar 70.000,00 3 23.500,00
Timbangan 100.000,00 1 100.000,00 10.000,00
Jerigen 30.000,00 2 15.000,00
Pisau 9.000,00 2 4.500,00
Nampan plastik 1.386.000,00 3 462.000,00 100.000,00
Kompor minyak 240.000,00 3 80.000,00 50.000,00
Alat saring/saringan 15.000,00 0,5 7.500,00
Gelas ukur plastik 10.000,00 2 5.000,00
Panci (20 L) 240.000,00 2 120.000,00 80.000,00
Bak besar (50 L) 150.000,00 2 75.000,00
Pengaduk kayu 20.000,00 1 20.000,00
Sealer 750.000,00 5 150.000,00 240.000,00
Rak fermentasi 200.000,00 5 40.000,00 75.000,00
Botol kaca 60.000,00 2 30.000,00
2 Penyusutan peralatan kantor
Kalkulator 25.000,00 3 8.500,00
Meja Kerja (set) 300.000,00 10 30.000,00
Peralatan Tulis (set) 25.000,00 0,5 12.500,00
3 Penyusutan alat transportasi
Sepeda motor 7.500.000,00 5 1.500.000,00 750.000,00
4 Penyusutan bangunan 5.000.000,00 10 500.000,00 2.500.000,00
Total 3.181.500,00 3.805.000,00





CONTOH KASUS IV : ANALISIS USAHATANI MENTIMUN
1. Analisis untung rugi
a. Pendapatan:
1) total produksi : 40 ton
2) harga ditingkat petani : Rp. 600/Kg
3) nilai total pendapatan : 40.000 Kg x Rp. 600
: Rp. 24.000.000
b. Total biaya produksi ` : Rp. 10.638.500
c. Keuntungan
1). Selama 4 bulan : Rp. 24.000.000 – Rp. 10.638.500
: Rp. 13.361.500
2) setiap bulan : Rp. 3.340.375
Berdaarkan prhitungan diatas, dapat diketahui bahwa jika harga jual mentimun ditingkat petani adalah sebesar Rp.600/Kg, maka dari setiap hektar lahan mentimun dapat diperoleh keuntungan bersih sebesar Rp. 13.361.500 atau 125,60%.
2. Analisis Kelayakan
a. Input data
1) total pendapatan : Rp. 24.000.000
2) total biaya produksi : Rp. 10.638.500
b. Analisis B/C Ratio
B/C Ratio =
=
= 2,26
Berdasarkan analisis kelayakan usahatani diperoleh B/C Ratio 2,26,- yang berarti dari biaya produksi yang telah dikeluarkan yaitu ebesar Rp.10.638.500,- akan diperoleh pendapatan sebesar 2,26 kali lipat.

3. Analisis pengembangan modal
c. Input data
1) Besar modal usahatani : Rp. 10.638.500
2) Hasil penjualan : Rp. 24.000.000
d. Analisa pengembangan usaha
P = x 4 bulan
= x 122 hari
= 54 hari
4. Anaklisis Efisiensi Penggunaan Modal
1) ROI = x 100%
= x 100%
= 125,60%
2) Rasio keuntungan terhadap pendapatan
= x 100%
= x 100%
= 55,67%













DAFTAR PUSTAKA

Bayu Krisnamurthi (2003). Langkah Sukses Memulai Agribisnis. Penebar swadaya. Jakarta.

Badan Pusat Statistik (BPS), 2001. Pengukuran dan Analisis Ekonomi Kinerja Penyerapan Tenaga kerja, Nilai Tambah dan Ekspor Usaha Kecil dan Menengah. Jakarta.

Depnaker RI, 1999. Situasi Tenaga Kerja dan Kesempatan Kerja di Indonesia (Suatu Tinjauan yang dilaksanakan pada tahun 1998). Jakarta.

Geoffrey G. Meredith et al, (2002). Kewirausahaan. PPM Jakarta.
Irawan, Faried WM. & MN. Sudjoni. 2007. Prinsip & Kasus Pemasaran. BPFE. Yogyakarta.

Ismiatun, 2004. Analisa Nilai Tambah Agroindustri Kripik Apel
(Studi Kasus Di Agroindustri “ Aisyah” Desa Temas Kecamatan Batu Kota Batu). Skripsi SI Fakultas pertanian UNISMA.

Joko Sutrisno, 2003, Pengembangan Pendidikan Berwawasan Kewirausahaan Sejak Dini. Institute Pertanian Bogor.


Maskur wiratmo, (2001). Pengantar Kewiraswataan. BPFE. Yogyakarta.
M. Tohari (2000). Membuka Usaha Kecil. Kanisius. Yogyakarta.
Suryana (2003). Kewirausahaan. Salemba Empat. Jakarta.

MN. Sudjoni, 2006. Manajemen Produksi & Operasi. Fakultas pertanian Universitas Islam Malang.

MN. Sudjoni dkk, 2008. Home Agroindustry Model. Fakultas Pertanian Universitas Islam Malang.

Moeljo Kurniawan, 2006. Pengembangan Klaster UKM Agribisnis di Jawa timur. CV. Caprina Aggroindustry Malang.

Shunjiro Urata, 2000. Policy Recomendation for SME Promotion in The Republic of Indonesia. Report Study team Under JICA Program.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Bunga Rampai Usaha Kecil Menengah"

Post a Comment