PENGORGANISASIAN

PENGORGANISASIAN
(ORGANIZING)

A. Definisi
Organisasi dapat didefinisikan sebagai kelompok orang yang saling berinteraksi dan bekerja sama untuk merealisasikan tujuan bersama.
Dari definisi diatas dapat diketahui bahwa dalam suatu organisasi mengandung tiga elemen yang saling berhubungan yaitu :
1. sekelompok orang
2. interaksi dan kerja sama
3. tujuan bersama

B. Prinsip Organisasi
Langkah yang harus ditempuh sebelum merumuskan struktur organisasi adalah melaksanakan 8 prinsip organisasi :


1. Sasaran/ tujuan
Prinsip ini menunjukkan terdapatnya hubungan yang erat antara organisasi dan tujuan. Organisasi dirancang untuk merealisasikan atau mencapai tujuan. Dengan kata lain jika tidak ada tujuan maka organisasi tidak akan terbentuk atau organisasi terbentuk karena adanya tujuan yang ingin direalisasikan.

2. Pengelompokan dan pembagian kerja
Pekerjaan dalam organisasi dipecah-pecah ke dalam beberapa tugas yang lebih kecil secara berurutan. Dengan adanya spesialisasi, jumlah objek yang harus diperhatikan dan dikerjakan menjadi lebih sedikit sehingga karyawan menjadi ahli dalam mengerjakan tugas tersebut. Dengan keahliannya tersebut karyawan mampu menciptakan keluaran yang lebih baik. Selanjutnya, tugas yang telah dibagi-bagi harus digabungkan ke dalam kelompok (departementalisasi) untuk mempermudah pengambilan keputusan.
3. Pendelegasian wewenang
Pendelegasian lebih mengarah kepada pemberian kewenangan/kekuasaan kepada departemen-departemen yang berada dibawahnya untuk mengambil keputusan yang diperlukan tanpa harus meminta persetujuan manajer puncak.
4. Rentang kendali
Rentang kendali adalah tingkat pengendalian atau tingkat pendelegasian tanggung jawab. Prinsip ini menganggap bahwa terdapat batas tertentu terhadap jumlah bawahan yang dapat dikelola oleh seorang manajer.
5. Perusahaan kesederhanaan
Segala kegiatan dalam sebuah organisasi harus didasarkan atas prinsip kesederhanaan, yaitu se-efektif dan se-efisien mungkin. Tidak boleh ada pemborosan sedikitpun dalam setiap pekerjaan yang dilakukan dalam suatu organsisasi.
6. Koordinasi
Organisasi terbentuk karena adanya koordinasi antar divisi atau hubungan timbal balik, saling memberi dan menerima, dan juga saling bekerja sama untuk melahirkan dan merealisasikan maksud, sasaran dan tujuan organisasi. Sehingga hal ini menjadi sangat penting agar organisasi dapat berjalan dengan lancar.

7. Kesatuan perintah dan tanggung jawab
Secara sederhana dapat diartikan bahwa karyawan hanya menerima perintah dari satu atasan agar tidak terjadi kesimpangsiuran atau tumpang tindih pekerjaan yang akan dilaksanakan. Setiap karyawan harus fokus pada pekerjaan dan tanggung jawab masing-masing sehingga aktivitas organisasi lebih terarah.
8. Karyawan
Proses pemberian arti pada lingkungan kerja (persepsi), kesiapsiagaan mental yang diorganisasi lewat pengalaman (sikap) dan ciri yang relatif mantap, kecenderungan, dan perangai (kepribadian) yang dimiliki karyawan sangat berpengaruh pada organisasi. Maka diperlukan proses pematangan diri melalui perilaku dan praktik belajar. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah motivasi, kecerdasan, tuntutan pekerjaan, dan lingkungan

C. Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah suatu manifestasi/ perwujudan organisasi yang menunjukkan hubungan antara fungsi otoritas dan tanggung jawab yang saling berinteraksi dari masing-masing orang yang terkait didalamnya.
Stoner dan Wankell (1986:243) membatasi bahwa struktur organisasi adalah susunan dan hubungan antarbagian komponen dan posisi dalam suatu perkumpulan (Organizational structure can defined as the arrangement and interrelationship of the component parts and positions of a company).
Gibson et. al (1980) menekankan bahwa struktur bertalian dengan hubungan yang relatif pasti yang terdapat di antara pekerjaan dalam organisasi. Hubungan yang pasti tersebut timbul dari proses keputusan dapat dilihat pada gambar berikut.


1. Pembagian Kerja (Division Of Labour)
Permasalahan yang berhubungan dengan pembagian kerja bertalian dengan sampai seberapa jauh pekerjaan dispesialisasi. Seluruh pekerjaan dispesialisasi sampai suatu tingkat dan kemampuan untuk membagi pekerjaan diantara pemegang pekerjaan.
Berikut ini keuntungan yang diperoleh atas adanya spesialisasi pekerjaan.
a. Apabila suatu pekerjaan terdiri atas sedikit tugas, manajemen mudah memberikan pelatihan penggantinya bagi bawahan yang diberhentikan, dimutasikan, atau mangkir. Aktivitas pelatihan yang minimum akan memerlukan alokasi biaya pelatihan yang rendah.
b. Apabila suatu pekerjaan hanya memerlukan tugas yang sedikit jumlahnya, bawahan dapat menjadi ahli dalam melaksanakan tugas tersebut. Keahlian yang tinggi akan menghasilkan keluaran yang lebih baik.

2. Departementalisasi (Departmentalization)
Proses penentuan deretan dan kedalaman pekerjaan individual adalah bersifat analitis, yaitu jumlah tugas organisasi dipecah-pecah ke dalam beberapa tugas yang lebih kecil yang berurutan. Selanjutnya, tugas yang dibagi harus digabungkan ke dalam kelompok. Proses penggabungan pekerjaan ke dalam kelompok dinamakan departementalisasi, dan permasalahan manajerial yang muncul adalah memilih suatu dasar bagi penggabungan pekerjaan tersebut.
Praktik departementalisasi sering didasarkan atas kebutuhan sebagai berikut.
a. Departementalisasi fungsional
Pengelompokan pekerjaan dilakukan menurut fungsi organisasi. Fungsi yang ada bergantung pada motif organisasi, misalnya organisasi bisnis, jasa dan sebagainya.
Beberapa organisasi lebih sering menggunakan dasar fungsional, karena penampilannya yang mudah dipahami orang, yaitu tampaknya logis apabila organisasi memiliki departemen yang terdiri atas para ahli dalam bidang khusus, seperti produksi atau pemasaran. Dengan memiliki departemen dari para ahli, manajemen menciptakan secara teoritis unit yang paling efisien yang mungkin diciptakan.
Kerugian utama dari dasar fungsional timbul disebabkan para ahli bekerja sama dan saling mendorong dalam bidang keahlian dan minat mereka. Dengan demikian tujuan organisasi mungkin dikorbankan untuk kepentingan tujuan departemen.
Bentuk struktur organisasi fungsional seringkali digunakan oleh perusahaan kecil yang menawarkan jajaran produk yang terbatas, karena memungkinkan sumber daya yang khusus dapat digunakan dengan efisien. Secara detail, Stoner dan Wankell (1986: 248) mengutip karakteristik struktur organisasi fungsional sebagai berikut.
Keunggulan Kelemahan
1. Sesuai dengan lingkungan yang stabil
2. Menunjang pengembangan keahlian
3. Memberi kesempatan bagi para spesialis
4. Memerlukan koordinasi internal minimum
5. Hanya sedikit memerlukan keterampilan antarpribadi 1. Pada organisasi besar, respons lebih lambat diterima
2. Menyebabkan terjadinya penyumbatan, karena pelaksanaan tugas sekuensial
3. Kurang inovatif, memiliki perspektif yang sempit
4. Dapat menimbulkan konflik tentang prioritas produk
5. Tidak menunjang berkembangnya manajer umum
6. Mengaburkan tanggung jawab atas tugas keseluruhan

Contoh struktur organisasi fungsional sebagai berikut.


b. Departementalisasi teritorial
Hal ini dilakukan dengan cara pembentukan kelompok atas dasar bidang geografis. Logikanya adalah bahwa semua aktivitas dalam daerah tertentu seharusnya ditugaskan kepada seorang manajer. Manajer tersebut bertugas melaksanakan seluruh operasi dalam bidang geografis tertentu.
Salah satu keuntungan dari pengelompokan ini adalah akan memberikan dasar pelatihan bagi tenaga manajerial. Organisasi dapat memberikan pelatihan kepada para manajer di daerah. Manajer kemudian menilai program dan kemajuan daerah dan memberikan pandangan yang sangat berharga agar produk atau jasa diterima di lapangan.
Struktur organisasi teritorial menghimpun suatu bagian, seluruh aktivitas yang dilaksanakan di wilayah tertentu di mana unit yang bersangkutan melakukan operasinya.

Karakteristik struktur organisasi produk sebagai berikut.
Keunggulan Kelemahan
1. Memberikan fleksibilitas kepada organisasi
2. Merangsang kerja sama antardisiplin
3. Melibatkan dan menantang perorangan
4. Mengembangkan top manajemen untuk perencanaan
5. Memotivasi perorangan untuk mengidentifikasi produk akhir
6. Memungkinkan para ahli ke wilayah penting apabila diperlukan 1. Risiko timbulnya perasaan anarki
2. Mendorong pergulatan otoritas
3. Dapat mengarah pada diskusi daripada aksi
4. Menurut keterampilan antarpribadi yang tinggi
5. Implementasinya memerlukan biaya yang tinggi
6. Risiko duplikasi usaha oleh tim proyek
7. Berpengaruh pada moral kerja ketika personel diatur kembali

Contoh struktur organisasi teritorial sebagai berikut.


c. Departementalisasi produk
Pada organisasi bisnis besar yang produknya beraneka ragam, aktivitas dan bawahannya dikelompokkan atas dasar produk. Karena organisasi berkembang, sulit bagi perusahaan untuk menetapkan unit produk. Bentuk organisasi ini memungkinkan bawahan untuk mengembangkan seluruh keahliannya dalam penelitian, membuat, dan mendistribusikan suatu lini produk. Sentralisasi otoritas, tanggung jawab, dan tanggung gugat dalam departemen produk tertentu memungkinkan manajemen mengoordinasikan aktivitas.
Struktur organisasi berdasarkan produk seringkali dipandang sebagai organisasi menurut divisi yang menghimpun dalam suatu unit kerja seluruh tenaga kerja yang terlibat dalam produksi dan pemasaran suatu produk atau sekelompok produk yang berkaitan. Struktur organisasi produk seringkali dianut oleh perusahaan besar dan perusahaan multiproduk.
Karakteristik struktur organisasi produk sebagai berikut.
Keunggulan Kelemahan
1. Sesuai dengan perubahan yang cepat
2. Memungkinkan adanya visibilitas produk yang tinggi
3. Memungkinkan konsentrasi penuh terhadap tugas
4. Kejelasan tanggung jawab
5. Memungkinkan pengolahan tugas ganda secara paralel
6. Memudahkan pelatihan bagi manajer umum 1. Membantu perkembangan politik dalam alokasi sumber daya
2. Kurang mendukung koordinasi aktivitas antardivisi
3. Mendorong terabaikannya prioritas jangka panjang
4. Memungkinkan menurunkan pendalaman kompetisi
5. Menimbulkan konflik antara tugas divisi dengan prioritas perusahaan


Contoh struktur organisasi produk sebagai berikut.


3. Rentang Kendali (Span Of Control)
Pada umumnya, permasalahan rentang kendali akan sama dengan keputusan mengenai berapakah jumlah bawahan yang dapat dikendalikan oleh seorang manajer. Artinya, apakah organisasi akan lebih efektif apabila rentang kendali tersebut relatif luas atau sempit? Pertanyaan tersebut pada dasarnya menyangkut penentuan jumlah aktivitas antarpribadi yang dapat ditangani oleh seorang manajer departemen. Selain itu, rentang kendali harus ditentukan untuk mencakup bukan saja bawahan yang ditugaskan secara normal, tetapi juga mereka yang berhubungan dengan manajer.

4. Delegasi (Delegation)
Permasalahan delegasi kekuasaan bertalian dengan keuntungan relatif dari desentralisasi, yaitu delegasi kekuasaan sampai pada tingkat paling rendah dalam hierarki manajerial. Konsep desentralisasi tidak berkenaan dengan penyebaran geografis dari unit-unit organisasi yang terpisah tetapi konsep tersebut berhubungan dengan hal yang didelegasikan kepada manajer untuk mengambil keputusan tanpa persetujuan dari manajemen yang lebih tinggi. Dalam beberapa segi, konsep tersebut berhubungan dengan pengaruh yang dimiliki oleh seseorang karena karakteristik pribadinya.
Mintzberg (1983: 304) mengemukakan bahwa setiap organisasi memiliki lima bagian dasar sebagai berikut.
a. The operating core
Para karyawan yang melaksanakan pekerjaan dasar yang berhubungan dengan produksi dari produksi dan jasa.
b. The strategic apex
Manajer puncak yang diberi tanggung jawab keseluruhan untuk organisasi yang bersangkutan.
c. The middle line
Para manajer yang menjadi penghubung operating core dengan strategic apex.
d. The technostructure
Para analis yang memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan bentuk standardisasi tertentu dalam organisasi.
e. The support staff
Orang yang mengisi unit staf, yang memberi jasa pendukung tidak langsung kepada organisasi.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "PENGORGANISASIAN"

Post a Comment